16. Pengakuan?

81 16 0
                                    

Di malam yang sama, namun di sisi lain, Jevan tengah belajar dengan fokus di kamarnya. Lelaki itu tidak tahu saja, bahwa Dahnia sedang terus-terusan memikirkannya.

Tiba-tiba notifikasi pesan dari handphone nya mengalihkan perhatian Jevan, lantas cowok itu segera membuka pesan yang baru masuk tersebut.

Dahnia :
Lo lagi apa? Udah mendingan?

Dahnia yang sudah tak tahan terus memikirkan Jevan akhirnya memilih untuk mengirim pesan pada cowok itu.

Jevan tersenyum, lalu ia mengetikan balasan untuk Dahnia. Cowok itu langsung meletakan kembali ponselnya itu di atas meja.

Jevan itu tipe anak yang kalau sedang belajar tidak bisa diganggu, dia harus fokus tanpa ada sedikitpun gangguan.

Udah mendingan.
Gue skrg lg belajar, kali ini
gak sampai tengah malam kok.
gue off ya, bye.
Good night.

Itu jawaban dari Jevan untuk Dahnia. Lalu ia kembali fokus belajar tidak lupa mematikan datanya agar tidak ada pesan masuk lagi yang mengganggu acara belajarnya.

Tidak tahu saja bahwa di dalam kamarnya, Dahnia sudah teriak-teriak kebaperan hanya karena Jevan mengatakan 'Good night' di akhir pesannya.

Satu jam kemudian, tepatnya pukul jam sembilan malam, Jevan menjentikan jari-jarinya seusai selesai belajar. Ia memasukkan buku-buku pelajaran untuk besok ke dalam tas, dan hendak bersiap untuk tidur.

Namun, rencananya malam ini untuk tidur lebih awal itu tidak berjalan mulus. Ia kembali mendengar suara bentakan ayahnya dari kamar kedua orangtuanya. Mereka bertengkar lagi.

Jevan menggeram di tempatnya, berusaha menutup telinganya dengan bantal agar tidak mendengar pertengkaran itu, namun tetap saja ia bisa mendengar suara-suara yang membuatnya muak, hingga akhirnya ia memilih untuk menggambil tas sekolahnya, dan memasukan seragamnya untuk besok serta perlengkapan lainnya.

Setelah selesai, dia beranjak keluar dari kamar dan menutup pintunya. Tak lupa sebelumnya ia mengambil kunci motornya di atas meja belajar. Ia lalu berjalan cepat menuju pintu depan.

Malam ini sepertinya Jevan lebih memilih menginap di rumah Ragil. Ia sudah menyerah mencoba bertahan tidur di tengah pertengkaran orangtuanya itu. Namun ketika melewati ruang tengah, suara Anggara langsung mengintrupsi begitu melihat Jevan yang hendak keluar sambil membawa tas.

"Mau ke mana?" tanya Anggara yang saat itu tengah menonton televisi bersama Sara.

Jevan melirik ke arah kakaknya. "Mau nginap di rumah teman," jawab Jevan.

Anggara mengerutkan dahinya. "Ngapain nginap? Lo masih sakit, di luar dingin, nanti kena angin malam, gak bagus. Udah sana tidur aja di kamar," titah Anggara yang langsung dibantah oleh Jevan.

"Lo pikir gue bisa tidur sambil dengerin ayah sama ibu berantem kayak gitu? Udah muak gue dengernya kak! Mending nginap di rumah teman dari pada harus denger mereka bertengkar terus," bantah Jevan tegas.

Lantas tanpa menghiraukan panggilan dari Anggara yang tak membiarkannya pergi, Jevan langsung saja melengos keluar dan mengambil motornya di garasi.

Jevan hendak menaiki motornya, namun sebelumnya, ia memakai dulu jekatnya yang sudah ia bawa dari kamarnya tadi. Dia tidak sebegitu nekat, Jevan juga sadar bahwa dirinya masih belum pulih sepenuhnya, makanya untuk sedikit mengurangi dinginnya malam yang akan menembus tubuhnya, Jevan sudah menyiapkan jaket.

RIVAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang