BAB 46

2.1K 190 1
                                    

Elric kini membaringkan Scania di atas sofa hangat depan perapian yang menyala. Gerimis membuat Elric enggan membiarkan Scania terlalu lama di luar, ditambah lagi luka menganga di punggung Scania tidak boleh kotor sedikit pun. Kedua mata gadis itu masih terpejam. Kulit pipi, lengan dan kakinya terasa dingin. Elric segera menyelimuti gadis itu, dan memeluknya. Seolah-olah gadis itu akan mati kedinginan kalau Elric tidak melakukannya.

Mengapa kau bisa ada di sana?

Elric saat itu merasa sangat bersalah karena melepaskan Scania begitu saja. Seharusnya ia menjaganya, sehingga hal seperti ini tidak mungkin terjadi. Luka-luka semacam ini seharusnya tidak boleh ada pada tubuh lemah Scania.

"Scania, aku terlambat," kata Elric lirih. Ia menatap wajah gadis itu dengan perasaan yang campur aduk.

****

"Yang Mulia!" ucap Konrad penuh semangat. "Pangeran Brigham yang hilang itu ternyata menyamar menjadi pengawal kita."

Beberapa pengawal menarik paksa Milo masuk ke aula rahasia. Di sana ia disejajarkan dengan Martha yang masih belum sadarkan diri. Mereka berdua kini dalam kondisi terikat oleh tali yang cukup erat. Wajah Milo babak belur dan dari sudut bibirnya mengalir darah segar karena beberapa kali mencoba melawan para pengawal, namun gagal.

Ratu Wolfgang tertawa bersamaan dengan sambaran petir di langit malam.

"Putra dan putri mahkota ada dalam kendaliku, mimpi apa aku semalam?" Ia berkelakar. "Kalian benar-benar pasangan yang serasi, sama-sama sial," semburnya. "Kau sudah tidak dibutuhkan lagi, wahai Putra Mahkota. Lempar dia ke hutan terlarang!"

Seorang pengawal membungkuk dengan sopan. "Maaf, Yang Mulia. Apakah kami harus melakukan hal yang sama pada tawanan yang satunya?"

Ratu Wolfgang berpikir sejenak. "Kurasa dia masih berguna di sini. Dia masih dibutuhkan untuk melahirkan keturunan-keturunan Wolfgang yang baru. Mumpung ia masih keturunan murni Kerajaan Heloise." Ia tertawa lagi sampai terbatuk-batuk.

Milo digiring oleh para pengawal dan disaksikan langsung oleh Konrad dan Drake. Baju besi yang ia kenakan dilucuti. Mereka sama sekali tidak membiarkan Milo membawa senjata apa pun saat melemparnya ke hutan yang tandus itu, sehingga ia tidak bisa berkutik ketika para serigala mulai mengendus keberadaannya.

****

Scania mendadak merasakan mual dan pusing. Tubuhnya terasa seperti terguncang ke depan dan belakang. Perlahan, ia membuka matanya. Sekelilingnya tampak gelap. Derap langkah kuda akhirnya menyadarkannya bahwa ia kini tidak lagi berada di antara kepungan serigala.

Scania memberontak. "Di mana aku?!"

"Wow, tenanglah!" Elric mempererat cengkramannya di pinggang Scania. Ia mendadak memelankan laju kudanya, khawatir Scania akan menjatuhkan dirinya dan terseret di sepanjang jalan. "Kau bersamaku sekarang."

Scania memegang lengan Elric yang melingkar di sekitar perutnya. "E-Elric?"

"Iya, ini aku." Elric menghirup wangi rambut Scania yang telah lama ia rindukan. Elric mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut mengenai penyebab keberadaanya di hutan terlarang, karena tidak mau membuat gadis itu tertekan. "Kau sudah aman."

"Kita mau pergi ke mana?" Scania bingung. Kepalanya terasa berat.

"Kau ternyata adalah seorang putri, Scania. Dan sekarang kau terluka cukup parah," jawab Elric. "Aku akan membawamu kepada orang tua kandungmu di Istana Heloise. Mereka pasti punya pengobatan terbaik."

"Tidak! Tidak!"

"Bukan ibumu yang itu, Scania. Ini berbeda, ini sungguh-sungguh orang tua kandungmu."

"B-Bukan itu maksudku--"

****

The Unwanted Princess [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang