BAB 31

2.1K 246 1
                                    

Scania, yang pada saat itu hampir mencapai setengah dari keseluruhan isi buku, mendadak berhenti membacakannya. Setelah mendengar teriakan Martha, ia segera memindahkan tatapannya dari halaman buku. Gadis itu bangkit dari kursinya dan mendekat ke meja makan untuk melihat keadaan Martha.

Semua pelayan dari Heloise mengerumuni meja makan, termasuk Wren, namun tidak melakukan apapun yang berarti. Wren dan para pelayan lainnya hanya bisa mengeluh dan panik. Mereka semua kebingungan dengan kondisi Martha. Tak ada satu pun yang mengerti apa yang sedang terjadi. 

"Tolong beri Martha ruang untuk bernapas!" seru Raja Heloise sambil mengusir kerumunan yang semakin padat.

Martha, yang saat itu terkulai lemah di kursinya dengan napas tersengal-sengal, melotot menunjuk Scania yang tengah mencemaskannya. "K-Kau ... S-Sca-Scania!" erangnya. Wajahnya memerah dan ia bahkan tidak sanggup untuk bicara sambil bernapas. "K-Kau m-memantraiku!"

Mendengar itu, beberapa pengawal dari Heloise mendekati Scania sambil menghunuskan pedangnya. "Jangan macam-macam pada Tuan Putri Martha!"

Scania terkejut dan mundur beberapa langkah. "A-Aku tidak mengerti," bantahnya. "Aku bahkan tidak melakukan apapun selain membaca buku."

"Simpan pedang kalian! Bukankah hak untuk mengeksekusi tahanan ini telah jatuh ke tangan Kerajaan Brigham?!" geram Milo pada beberapa pengawal yang mencoba mendekati Scania.

Melihat pangeran masih saja berusaha melindungi Scania, tangan Martha mencengkram erat bajunya. "A-Aku bisa ... merasakannya. Setiap kali Scania ... membacakannya ... tub-tubuhku semakin sakit."

Wren menatap Scania dengan amarah yang berkobar-kobar. "Scania! Hentikan mantra-mantra itu!" perintahnya. "Dengarkan ibumu ini, cepat hentikan sihirmu sebelum kau melukai Yang Mulia lebih banyak!" Wren kali ini benar-benar meradang. Ia merasa sangat malu karena memiliki anak seperti Scania.

Mendengar semua prasangka itu, Konrad tersenyum puas. Ia begitu lega karena tidak perlu repot-repot mencemaskan alibinya. Tak pernah ia sangka bahwa semua kesalahannya dapat berpindah pada Scania secara otomatis. Betapa keberuntungan kini berada di pihaknya.

Sementara itu, kening Scania makin mengerut, ia kini mulai merasa tertekan. Di satu sisi, ia kasihan pada kondisi kesehatan Martha yang memburuk, namun di sisi lain, ia juga tidak mau disalahkan karena itu memang bukan kesalahannya. Ia tidak tahu harus menjelaskan dengan cara apa lagi pada mereka semua. Bahkan ibunya sendiri yang ia rindukan karena beberapa hari ini tidak bertemu, masih menuduhnya dengan hal yang bukan-bukan.

Sebelum keributan ini semakin meluas, akhirnya Raja Brigham buru-buru mengeluarkan perintah, "Milo!" serunya sambil menghampiri putranya. "Sekarang buktikan bahwa sihir dari gadis itu telah lenyap darimu."

Milo memicingkan matanya. "Bukti apa lagi? Bukankah aku sudah menyanggupi pernikahan yang kau inginkan, Yang Mulia?"

Raja Brigham menggeleng. "Aku dan ibumu akan pergi mengantar Putri Heloise agar pulang dengan selamat," jelasnya. "Sedangkan kau, tugasmu adalah," lanjutnya. "Mengeksekusi gadis pendongeng itu! Jatuhi dia hukuman mati!"

Milo terperanjat mendengarnya, kedua bahunya mendadak lemas. Scania tidak tahan lagi, ia akhirnya menjatuhkan air matanya mendengar keputusan itu. Sementara Martha, di sela usahanya untuk bernapas, masih bisa menyeringai tipis.

"Kita pulang sekarang! Persiapkan putriku dengan baik!" perintah Raja Heloise pada seluruh pengawal dan pelayan dari istananya.

Semua prajurit berhamburan untuk membantu Martha berdiri. Mereka rupanya telah mempersiapkan kursi khusus yang bisa diangkat seperti tandu. Setelah Martha duduk di atasnya, singgasana itu diangkat menuju kereta kuda beserta seluruh pelayan yang berjalan mengiringinya. 

The Unwanted Princess [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora