BAB 21

3.6K 335 2
                                    

Scania melongo mendengar jawaban dari Elric. "Elric, apa kau sadar bahwa dari seluruh penduduk Brigham, rumahmu ini adalah satu-satunya yang paling dekat dengan tembok itu?"

Elric mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tentu saja sadar, dan tak ada masalah dengan itu."

Scania mengacak-acak rambutnya setelah mengetahui respon kalem dari Elric. Jelas-jelas ia tinggal sendirian di daerah yang cukup berbahaya, tapi ia malah tenang-tenang saja. "Yah, kau benar, manusia memang butuh tantangan. Pasti kau bosan berburu hewan yang itu-itu saja, dan berburu serigala buas adalah hobi yang cukup menantang, bukan?"

Elric tertawa. Awalnya pelan, namun lama kelamaan ia begitu terpingkal-pingkal hingga menepuk pahanya sendiri. "Hobi? Kau pikir aku melakukannya karena kesenangan?"

Scania menangkat alisnya. "Apa ada yang salah dari ucapanku?"

"Itu bukan iseng-iseng, Scania," bantah Elric dengan raut wajah serius. "Itu adalah sebuah tugas besar yang diwariskan turun temurun."

Scania terdiam mencoba mencerna kata-kata pria di sebelahnya. "Maksudmu?"

Elric menggelengkan kepalanya. "Sepertinya aku bicara terlalu banyak. Tidurlah. Kau sekarang sudah tahu bahwa di luar sana, terutama malam hari, sangat tidak aman. Jadi jangan coba-coba pergi tanpa sepengetahuanku," larang Elric dengan tegas. "Tadi itu kau hanya beruntung, karena kau adalah penyelinap paling ceroboh yang pernah aku temui."

"Yah, kecerobohanku baru saja menyelamatkanku," gerutu Scania saat teringat perbuatannya yang kurang hati-hati sehingga membuat keributan saat hendak kabur diam-diam. "Jika kau tak mau budakmu kabur lain kali, jangan coba beli budak yang ternyata bukan seorang budak."

"Semua orang tahu bahwa ini daerah yang kurang aman. Semua budak yang aku beli pasti kabur, Scania. Tapi tidak di malam hari. Mereka tidak gegabah sepertimu." Elric tersenyum tipis. "Bagaimana jika niatku ingin menyelamatkanmu dari Drake?" balas Elric tak mau kalah. "Bahkan awalnya aku pergi ke sana untuk membeli peralatan pertukangan, bukan mencari budak."

Scania mengangkat dagunya. "Mengapa aku yang kau pilih?" herannya. "Ada banyak wanita di sana yang bisa kau selamatkan."

Elric tak mampu menjawabnya. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia melakukan hal itu. Mengapa ia sepeduli itu, ia tidak mengerti.

"Siapa itu Eleora?" tanya Scania lagi setelah tiba-tiba teringat seluruh percakapan di toko Drake.

"Cukup, aku mau tidur." Elric melangkah pergi. 

Scania memutar otaknya. Dia ingin tahu lebih banyak lagi. "Lalu siapa yang harus bertanggung jawab atas keberadaan serigala di wilayah Brigham kalau bukan Si-Petugas-Turun-Temurun?" ejek Scania mencoba memancing kemarahan Elric.

Rupanya trik Scania berhasil. Elric menghentikan langkahnya dan langsung membalikkan badannya dengan wajah masam. "Terserah kau mau menuduhku seperti apa, itu urusanmu," ucapnya. 

Melihat kesedihan di wajah Elric, Scania jadi melunak. "Aku tidak bisa berjanji akan berada di sini selamanya, Elric." Scania memelankan intonasinya. "Sama sepertimu, aku sendiri juga punya tugas yang diberikan padaku. Dan aku tidak mau tugasku gagal."

Elric menghela napas. "Memangnya apa tugasmu?"

Scania menggeleng. "Mengapa aku harus memberitahu tugasku padamu, sedangkan kau merahasiakannya?" 

Elric kembali duduk di sebelah Scania. "Dengar, ya. Sebenarnya aku tidak terlalu ingin tahu mengenai tugasmu, karena bagiku memang tidak penting," jelasnya. "Aku akan menjelaskan padamu tentang suatu hal yang lebih penting dari tugasmu, semata-mata agar kau tahu bahwa keberadaanku di sini tidaklah main-main. Dan satu hal lagi, serigala yang berkeliaran di sini bukan sepenuhnya salahku."

Scania menyimak dengan antusias.

"Di balik tembok itu terdapat hutan terlarang, yang penuh dengan serigala buas, Scania." Elric memandang lurus ke depan, mencoba membayangkan keadaan hutan itu. "Hutan itu sebenarnya lebih mirip hamparan tanah tandus, daripada hutan. Manusia normal seharusnya tidak akan mau hidup di sana, tapi kenyataannya kaum Wolfgang telah menetap di sana, dan kudengar mereka menyatakan diri sebagai sebuah kerajaan," lanjutnya. "Sejak dulu mereka diketahui memiliki kemampuan menjinakkan serigala. Mereka membesarkan serigala-serigala itu," jelasnya. "Memang, seharusnya dengan keberadaan tembok itu, tidak akan ada serigala yang bisa menembusnya, tapi kenyataannya mereka lolos, entah bagaimana caranya."

"Apakah tembok itu tidak punya kelemahan?" tanya Scania penasaran.

Elric menatapnya tajam. "Seharusnya tidak. Tembok itu terbuat dari batu yang sangat kuat," jawabnya yakin. "Tapi tembok itu punya pintu. Pintu itu terkunci sampai sekarang. Tak ada masalah."

"Elric." Scania mengerutkan dahi. Sorot matanya berubah. "Di mana kau simpan kunci itu?"

"Aku tidak bisa memberi tahumu, Scania. Itu rahasia," paparnya. "Lagi pula, tempat itu sangat aman karena aku telah memenuhinya dengan perangkap dan jebakan."

"Perangkap dan jebakan?" Scania merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Elric. "Apakah itu di dalam gudang? Apakah kau biasa menggantung kunci itu di dinding gudang bagian dalam?"

Elric terdiam, memandang Scania dengan penuh kecurigaan.

"Apakah aku benar?" selidik gadis itu.

Elric terkejut. "Bagaimana kau bisa tahu?"

"Katakan padaku, sudah berapa lama kau tidak memeriksa isi gudangmu?" Scania mendesaknya.

Elric memalingkan wajahnya. "Sudah sangat lama."

"Sudah kuduga," bisik Scania. Ia dari awal memang mengira bahwa gudang itu tak pernah disentuh, karena banyak sarang laba-laba muncul saat ia membuka pintunya. Pikirannya yang semula penuh keraguan, kini sangat yakin dengan sangkaannya. Ia akhirnya menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. 

Elric kembali berdiri. "Setidaknya sekarang kau sudah paham kalau keberadaan serigala itu bukan salahku. Kunci itu aman denganku. Sekarang aku rasa pembicaraan kita sudah selesai."

Scania menarik kain baju Elric untuk mencegahnya pergi. "Kau salah, Elric," tepisnya. Badannya gemetar saat mencoba berbicara lagi. "Sewaktu aku tak sengaja membuka gudang, sama sekali tidak ada kunci yang tergantung di dalam sana."

****

The Unwanted Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now