BAB 34

2.1K 207 3
                                    

Scania kini kembali berada di atas kuda milik Elric, dengan Elric yang tentu saja duduk di belakangnya memegang tali kekang kuda. Mereka berdua sedang dalam perjalanan untuk pulang ke wilayah tembok perbatasan. Kuda itu berjalan dengan santai di area yang cukup padat oleh kerumunan di pusat kota. Banyak penjual dan pembeli melakukan tawar menawar di sekitar mereka, dan jalan yang mereka lalui mulai menyempit karena terhalang orang-orang yang berlalu-lalang.

Saat keduanya tengah melamun, Scania tiba-tiba melihat dari kejauhan ada seorang lelaki yang duduk di atas kuda, mendekat ke arah mereka. "Elric! Aku melihat Drake menuju ke sini."

Elric memicingkan matanya. "Bersikaplah seolah kau tidak mengetahui apapun mengenai pembunuhan itu. Bersikaplah seperti biasa," bisiknya tegas. "Jangan panik."

Rupanya benar, Drake dan kudanya menuju ke arah mereka, dan pada akhirnya mereka berpapasan. Kali ini, ia tidak lagi membawa karung besar yang mereka lihat sebelumnya, mungkin ia telah menyembunyikannya di suatu tempat yang tidak diketahui banyak orang. Ia menyeringai sangat lebar begitu melihat Elric ada di depannya. "Hei, sobatku Elric!"

"Hei, Drake! Kau memang selalu ada di mana-mana," gurau Elric mencairkan suasana.

Drake terkekeh, lalu mereka berpisah karena berbeda tujuan. Pertemuan yang singkat itu sedikit membuat kerutan di dahi Drake, apalagi saat ia melihat Scania ada bersama Elric.

Bukankah seharusnya gadis itu sudah tertangkap oleh pihak kerajaan?

Drake memperlambat laju kudanya.

Ah, siapa peduli?! Yang penting aku dapat seratus koin emasnya!

****

Setibanya di rumah, Elric mengajak Scania berjalan-jalan di sekitar tembok perbatasan. Suasana di sore hari begitu teduh dan dingin. Desau angin menerpa pakaian Scania sehingga berkibar pelan. Ia berjalan mengitari sebagian kecil sisi tembok. Tangannya menggapai-gapai sisi yang paling dekat dengannya, dan mulai menepuk-nepuknya sekuat tenaga.

"Tembok ini sangat besar, Elric." Scania berkacak pinggang mengamati area tembok yang menjulang tinggi di hadapannya. "Siapa yang sudah membangun ini semua, ya?"

Elric bersandar pada tembok itu, dan membiarkan Scania melangkah ke sisi lain dengan raut wajah terkagum-kagum. "Prajurit Brigham di masa lalu yang membangunnya, tepatnya saat terjadi pengusiran kelompok Wolfgang."

Gadis itu menoleh pada Elric. "Tolong ceritakan padaku, kenapa mereka harus diusir?" heran Scania.

"Karena mereka bisa mengendalikan serigala," jawab Elric. "Sudah kubilang, mereka melatihnya dari kecil." Ia mencoba mengingat sesuatu di masa lalu. "Tadinya, tak ada yang mengetahui hal itu. Tak ada yang menyangka, mereka melakukan kejahatan dengan kemampuan mereka. Kecurangan yang memakan banyak korban."

Scania tiba-tiba teringat akan sepenggal kata-kata dari isi surat Nenek Eda. Kaum Wolfgang akan melakukan hal yang tak termaafkan. "Kejahatan apa itu?"

Raut wajah Elric berubah menjadi lebih serius. "Mereka menjual jasa pengusir serigala."

Scania mengangkat alisnya. "Oh, licik sekali! Mereka mengatur agar para serigala menyerang suatu daerah, lalu mereka datang dan berpura-pura sebagai pahlawan, lalu meminta upah. Apakah aku benar?"

Elric mengangguk. "Ya, kira-kira seperti itu," balasnya. "Tapi, aku yakin populasi serigala sudah cukup banyak berkurang. Mereka pasti mati di balik tembok ini tanpa sumber air yang cukup."

Scania meraba salah satu bagian tembok dengan gembok besar tergantung di bagian atasnya. Gadis itu kembali menoleh pada Elric yang rupanya sedang serius mengamati tingkah lakunya yang sangat norak. "Elric." Ia memanggil lelaki itu berulang kali.

The Unwanted Princess [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang