BONUS EXTRAPART SEASON 1

4.8K 237 10
                                    

PREQUEL
Siang itu di Hutan Biru, tiga anak kecil tampak sedang berbaris rapi dengan jarak beberapa langkah satu sama lainnya. Mereka bernama Elric, Milo dan juga Gordon. Mereka tidak sedang berkejaran atau bermain lempar bola. Mereka masing-masing memegang busur dan anak panahnya, dan memandang lurus ke depan dengan serius.

Milo dan Gordon berhasil mengenai sasaran. Tiga dari total lima burung yang bertengger telah jatuh ke tanah. Milo baru saja memanah dua ekor, sedangkan Gordon hanya seekor burung. 

"Aku bisa panah mereka semua jika aku mau, tapi aku sisakan dua untukmu," ujar Milo pada Elric yang sejak tadi tidak dapat memanah satu pun merpati.

Grand Duke Eustace melipat kedua lengannya. Dua alis tebalnya mengerut saat mengamati Elric yang menurutnya justru malas-malasan saat menarik anak panahnya. Ia akhirnya mencoba  memanas-manasi keadaan. "Jangan mau kalah dari adik sepupumu, Elric! Bukankah sebentar lagi kau akan jadi pangeran?"

Elric memicingkan matanya. Ia menarik anak panahnya dan malah menancap di dahan pohon dan satu lagi tercemplung di kubangan air. Ia menyeringai ke arah gurunya itu tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Eustace marah. "Cukup! Aku tahu kau sengaja melakukannya! Seorang keturunan kerajaan harus serius dalam mempelajari apapun termasuk dalam pelajaranku."

Merasa tidak menyukai kegiatan itu lagi, Elric memilih untuk kabur dengan cara naik ke atas pohon. Elric duduk di  pohon itu lalu bermain harmonika sambil menikmati deru angin yang menerbangkan rambutnya. Mendadak ia merasa sangat mengantuk dan menjatuhkan busur panahnya ke tanah, dan fokus melihat pemandangan dari atas pohon.

Milo dan Gordon terburu-buru mengejar Elric yang tampaknya sudah tidak peduli dengan pelajaran memanah pada hari itu. Mereka memanggil Elric dan menyuruhnya untuk segera turun.

"Yang Mulia," Gordon menengadah ke arah Elric. "Lebih baik kembali sebelum membuat Grand Duke Eustace marah."

"Terlambat, dia sudah marah," bisik Milo pada Gordon.

Grand Duke Eustace datang menyusul untuk menegur Elric. 

"Mengapa kau tidak pernah serius?! Aku tahu kemampuanmu cukup baik. Aku pernah diam-diam melihatmu memanah banyak hal," ketusnya.

Merasa terpanggil, Elric akhirnya turun dari pohon dan membungkuk di hadapan gurunya dengan sopan.

"Aku hanya tidak mau melukai makhluk yang tidak bersalah demi pengakuan dari orang lain. Tanpa aku memanah merpati itu, aku yakin kemampuanku sudah cukup baik," ucap Elric datar.

Diam-diam, Pangeran Hilderic sejak tadi mengamati mereka semua. Ia lalu muncul dan menggelengkan kepalanya karena tingkah laku Elric. Semua orang yang melihatnya segera membungkuk dan memberi hormat. "Maaf Grand Duke Eustace, ada yang perlu aku bicarakan dengan putraku. Empat mata saja."

Grand Duke Eustace mengerti dan pergi dari ke tempat lain. Begitu juga Milo dan Gordon kecil turut menyusul di belakangnya. Dengan begitu, berakhirlah pelajaran memanah pada hari itu.

"Apakah acara penobatannya sudah dimulai, Ayah? Apa kau adalah seorang raja sekarang?" Elric penasaran dan menggandeng tangan ayahnya.

Pangeran Hilderic tertawa. "Kenapa kau tanyakan itu?"

"Karena kau adalah putra mahkota. Semua orang tahu itu."

"Kenapa kau ingin sekali aku jadi Raja Brigham?"

"Entahlah. Aku rasa itu terdengar keren."

Pangeran Hilderic tertawa pelan. "Apa karena kau ingin jadi pangeran?"

Elric mengangguk. "Hmm, siapa sih yang tidak mau jadi pangeran?"

Pangeran Hilderic tersenyum. "Sebenarnya penobatan baru akan  dimulai. Aku berencana mengajakmu ke aula besar."

The Unwanted Princess [TAMAT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt