BAB 36

1.9K 182 4
                                    

Seperti biasa, kala malam tiba, sekumpulan orang berjubah mengadakan pertemuan rahasia di sebuah ruangan yang hanya diterangi oleh kobaran api dari sebuah perapian tua. Setelah semua anggota lengkap, kesunyian mulai terganti oleh bisik-bisik perdebatan.

"Dia menolaknya, Yang Mulia," ucap salah seorang pria berjubah sambil membungkuk di hadapan wanita tua yang duduk di kursi goyang, yaitu Ratu Wolfgang.

"Aku tahu ini akan terjadi, tetapi hutang tetaplah hutang. Kau tetap harus menjemput gadis itu di hari yang telah ditentukan," ujar Ratu Wolfgang sambil mengamati kuku-kuku tajamnya yang membentuk bayangan di dinding. Ia lalu menoleh kepada salah seorang pria berjubah lainnya, "Konrad!"

Konrad menoleh dan segera membungkuk untuk memberi hormat. "Ada apa, Yang Mulia?"

"Kau tahu, kan, apa yang harus kau lakukan?" tanya Ratu Brigham enteng.

Konrad mengangguk. "Aku mengerti."

"T-Tapi bagaimana jika saat aku datang lagi, Raja Heloise tetap menolak?" tanya pria jubah di sebelahnya ragu-ragu.

Ratu Wolfgang tertawa melengking keras, membuat merinding siapa pun yang mendengarnya. "Kali ini dia tidak akan bisa menolaknya."

****

Sementara itu, di waktu yang sama, Raja Heloise terbangun dari tidur lelapnya. Ia duduk dan mengerjapkan kedua matanya yang letih. Ia merenung untuk sesaat.

Sepertinya aku baru saja mendengar suara itu.

Di puncak rasa cemasnya, Raja Heloise turun dari ranjang mewah dan bergegas menyingkap tirai, sehingga ia lebih leluasa melihat apa yang ada di balik jendela. Bulan purnama dan ... lolongan serigala. Tidak salah lagi. Ia tiba-tiba teringat akan kejadian lampau yang telah memakan begitu banyak korban di Kerajaan Heloise. 

Jika ini benar permainan mereka, seharusnya aku tidak perlu takut. Mereka yang seharusnya takut padaku dan persenjataanku!

Ia terus menerus mengumpat dalam hatinya, sampai akhirnya memutuskan untuk kembali tidur. Namun, setelah itu ia justru bermimpi buruk karena beban pikirannya. Malam itu benar-benar menguras kewaspadaannya.

****

Keesokan paginya, dengan kantung mata tebal akibat kurang tidur semalam, Raja Heloise kembali menerima surat penting. Kali ini, surat tersebut datang dari Kerajaan Brigham. Ia segera membaca surat itu tanpa menunda-nunda.

[Untuk Yang Mulia Raja Heloise],

[Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas pembatalan pesanan sejumlah senjata besi dari Kerajaan Brigham dikarenakan tingginya permintaan dari kerajaan lain dan kami kesulitan memenuhinya].

[Sekali lagi, maaf atas keterbatasan kami].

[Konrad, Tangan Kanan Raja Brigham].

Spontan Raja Heloise meremas surat itu dan membantingnya ke lantai dengan sekuat tenaga. Dadanya penuh sesak oleh amarah dan kekecewaan yang meluap-luap. Ia tidak menyangka rencananya bisa meleset sangat jauh dari perkiraannya.

"PENGAWAL!!!" seru Raja Heloise lantang-lantang.

Dua orang pengawal yang sedang berjaga-jaga di pintu masuk aula mendadak masuk karena seruan keras itu.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya mereka berdua serempak. Tidak biasanya raja mereka bersuara selantang itu.

"Bagaimana kondisi persediaan senjata kita?" tanya Raja Heloise khawatir.

The Unwanted Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now