BAB 16

4K 363 7
                                    

"Jadi, kalian sedang menjalankan transaksi jual-beli dengan aku sebagai objeknya?!" omel Scania marah. Ia tak habis pikir mengapa mereka memperlakukannya seolah ia adalah barang dagangan. Mereka berdua seharusnya meminta persetujuannya, dan sudah pasti ia tidak akan setuju. Tujuannya datang ke sini bukan untuk itu, tapi untuk mengembalikan sebuah buku kecil yang ia bawa.

Elric memandang gadis itu dengan bingung, lalu ia bertanya pada Drake. "Hey, apakah ia belum tahu bahwa dirinya adalah budak?"

"Apa?! Budak katamu?" tanya Scania marah. Ia sangat terkejut sekaligus sedih saat mendengar ucapan itu.

Drake menghela napas. Ia lalu mendekati Elric dan membisikkan sesuatu ke telinganya. "Ibunya menitipkannya padaku untuk sementara, jika kau sebutkan harga yang bagus, kau bisa bawa dia."

Elric tampak tidak senang mendengarnya. "Kenapa aku harus memilihnya? Bagaimana jika ibunya datang dan mengambilnya lagi?"

"Oh, aku meragukannya," balas Drake. "Jika suatu saat itu terjadi, maka uangmu akan kembali seratus persen," lanjutnya. "Lagi pula, belum tentu ia tahan bekerja denganmu."

"Ya, kau benar. Semua budak yang pernah aku beli darimu tidak pernah bertahan lama." Elric mengangkat anak panah di tangannya. "Dan kau selalu mengembalikan uangku."

"Tentu saja, kau bisa percaya padaku," ucap Drake tertawa riang. "Bawa saja dia. Aku kurang suka dengannya. Ia terlalu berisik, tidak seperti budak-budakku yang lain."

"Baiklah, sepakat kalau begitu." Elric segera menarik lengan Scania dengan paksa agar ia keluar dari barisan para budak. "Bagaimana jika sepuluh koin emas?"

Drake menghela napas dan berpikir keras. "Lima belas koin emas."

"Mahal sekali. Biasanya aku selalu menebus budak-budakmu dengan delapan koin emas." Elric terlihat tidak senang. "Sepuluh koin itu sudah bagus, menurutku."

"Oh, aku rasa tidak ada yang terlalu mahal untuk seorang gadis yang sangat mirip dengan Eleora, bukan?" Drake menyeringai. Ia rupanya sudah tahu kelemahan partnernya. Sebuah strategi yang sangat bagus, pikir Drake.  Ia lalu mengatakan, "Aku bahkan yakin kau tetap akan menebusnya untuk dua puluh koin emas."

Elric mengakui dalam hatinya, ia seperti melihat Eleora di hadapannya. Ia lalu mengangkat bahunya dengan tenang dan memberikan segenggam koin emas pada Drake. Drake menerimanya dengan senang hati, lalu buru-buru memasukkan semua koin itu dalam sebuah laci dan segera menguncinya. 

Scania tertegun melihat transaksi di hadapannya. Ia tidak percaya bahwa kini ia telah resmi menjadi seorang budak dari pria tak dikenal. Ia terjebak dengan tangan terikat.

"Silakan bawa dia," kata Drake sopan.

Scania terhenyak. Aku baru saja terjual, pikirnya. Kini aku benar-benar menjadi budak yang baru saja terjual, umpatnya lagi dalam hati. Scania bingung bagaimana caranya ia kabur, sedangkan Elric, pria tinggi dan kekar itu justru memegang lengannya sangat kuat. Scania mau tidak mau akhirnya berjalan mengikuti langkah sang Majikan menuju seekor kuda hitam yang telah menunggu tepat di depan pintu toko. Kuda itu meringkik ketika melihat kemunculan pemiliknya dari dalam toko.

"Naiklah!" perintah Elric to the point.

Scania tampak ketakutan. "Kedua tanganku jelas-jelas masih terikat, aku bahkan tidak bisa berpegangan pada kuda ini."

Elric menghela napas. Ia mengambil salah satu anak panah yang terkumpul di tas kecil pada punggungnya, lalu menyobek tali yang menjerat Scania dalam satu tebasan. Scania spontan tersenyum ketika kedua tangannya yang nyaris kebas itu, akhirnya dapat digerakkan kembali.

Elric menelan ludahnya ketika melihat senyuman Scania. Ia begitu terpana. Ia tidak tahu apa yang kini ia rasakan. Dalam bayangannya kini muncul Eleora yang memiliki senyuman yang sama persis seperti yang ada pada seorang budak lusuh di hadapannya. Tak ada yang lebih ia rindukan selain senyuman itu.

"Cepatlah naik! Kau tidak boleh membuat tuanmu menunggu," gerutu Drake yang sejak tadi masih sempat mengawasi Scania dari jendela tokonya. Ia menoleh ke kanan dan kirinya sambil mencari siapa tahu akan ada pelanggan lain yang datang pada hari itu.

Elric kembali sadar bahwa ia, mulai sekarang, akhirnya bisa melihat senyuman itu setiap hari. Gadis itu akan pulang bersamanya dan menjadi budaknya. Betapa hari itu, ia merasa menjadi laki-laki paling beruntung sedunia. Ia tak menyangka keterlambatannya tadi justru merupakan sebuah keberuntungan baginya.

"Ini sulit bagiku. Kudamu terlalu tinggi dan besar. Aku bahkan belum pernah melihat kuda seperti ini sebelumnya," protes Scania. Ia memperhatikan dress panjangnya yang penuh tambalan dan kaki-kaki kuda yang begitu jenjang. Ia tidak yakin apakah ia bisa menaiki kuda hitam itu.

Drake memutar bola matanya. "Sudah kubilang dia sangat berisik dan banyak protes. Kau harus banyak bersabar menghadapinya," cibirnya ketus.

Elric lalu menarik tali kekang kudanya agar mendekat ke arah mereka. Ia awalnya membungkuk, lalu ia melipat kaki kanannya agar Scania bisa memijaknya untuk menaiki kuda. "Cepatlah!" tukas Elric pada Scania.

Scania mendengkus. Ia menggigit bibirnya sambil berusaha memijak paha kanan Elric, lalu akhirnya dengan susah payah ia menduduki kuda itu. Di atas kuda, Scania kini bisa melihat pemandangan pasar lebih luas dari sebelumnya. Begitu ramai. Bahkan lebih ramai dari Pasar Heloise yang biasa ia datangi.

Beberapa saat setelah itu, Elric menyusul Scania naik ke atas punggung kuda. Ia duduk di belakang Scania. Scania terkejut ketika lengan kanan Elric melingkari pinggangnya, sedangkan tangan kirinya memegang tali kekang kuda. Elric segera menghempaskan tali itu dan kuda pun mulai berjalan. Ia merasakan kehangatan dari seorang pria di punggungnya. Jantung Scania berdebar-debar. Wajahnya pun memerah malu.

****

Aku butuh "VOTE" supaya semangat nulis part selanjutnya. Silakan klik VOTE ya.

The Unwanted Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now