Part 35

5.3K 257 4
                                    

Giska menghempaskan tubuhnya sedikit kasar ke sandaran kursi yang ia duduki, pekerjaan nya hari ini cukup berat dan membuatnya harus sedikit mengeluarkan tenaga ektra, tubuh serta pikirannya di buat bekerja keras kali ini.

Beban di pikirannya cukup banyak, bukan hanya tentang pekerjaan, tapi ada hal lain lagi yang membebani pikirannya, hal lain yang ada kaitannya dengan kejadian di villa beberapa hari lalu.

Tiga hari berlalu tapi kejadian itu masih membekas di pikirannya, ia selalu merasa sedih kala di tuduh dan di pojokan seperti itu, ini kali pertama ia mendapat perlakuan seperti itu dari orang lain.

Selama hidupnya, kehidupan dirinya selalu biasa saja, adem ayem tanpa ada masalah seperti ini, kehidupan nya di Surabaya lebih indah di banding dengan di Jakarta, rindu rasanya kehidupan di Surabaya sana.

Namun dirinya tidak boleh egois sekarang, ia sudah menjadi seorang istri, kehidupannya sudah berbeda, ada tanggung jawab yang harus dia pikul, dan lagi ia tidak boleh mengeluh hanya karna satu masalah yang datang pada diri kita.

Selama ada Ravin di sisinya, ia akan selalu kuat dan tegar menghadapi segala cobaan yang datang, ia akan terus bersama dengan Ravin, suami nya itu tegas mengambil sikap, tidak terprovokasi oleh ucapan orang lain.

Ravin selalu percaya kepadanya, ia bersyukur karna Ravin menjadi suaminya, kisah cinta dan rumah tangga mereka baru di mulai, baru seumur jagung, mereka berdua masih belajar dalam membangun bahtra rumah tangga mereka.

"Hai, Gis!"

Lamunan Giska buyar saat suara Berta terdengar di telinganya, selain itu satu tepukan dari Berta sedikit membuat Giska terperanjat. Setelah itu Giska menoleh sambil sedikit merekahkan senyum di bibirnya.

"Ngelamun aja kamu ini! Sudah waktunya pulang," ucap Berta.

"Eh! S-sudah waktunya pulang mbak?" Giska justru bertanya.

Berta mengangguk. "Iya. Sampai segitunya kamu ngelamun. Mari pulang sama-sama!"

"Duluan aja mbak. Aku mau beresin ini dulu," balas Giska.

Berta mengangguk. "Kalau begitu saya duluan ya, Gis!"

"Iya mbak."

Setelah itu Berta pergi meninggalkan ruang kerja, setelah itu di susul oleh beberapa karyawan lain, semakin lama ruangan tersebut menjadi sepi dan menyisakan Giska sendirian yang masih berkutat membereskan meja tempatnya bekerja.

Namun beban di pikirannya kembali mengusik, lagi-lagi Giska melamun dan membuat aktivitasnya tertunda, Giska justru termenung sambil memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu.

Waktu beranjak kembali, semakin lama Giska termenung semakin lama pula waktu yang tersita.

Giska kembali terperanjat oleh lamunan nya sendiri, saat terbayang sosok Ravin di benak nya lamunan itu langsung buyar, Giska yang awalnya termenung kembali tersenyum kala mengingat sosok sang suami yang sangat di cintainya.

Harusnya dia tidak memikirkan hal tidak berguna seperti itu, di sisinya ada orang-orang yang akan selalu menguatkan dirinya, tak peduli apa pun yang terjadi harusnya dia percaya dan yakin, kalau semua akan baik-baik saja.

Cobaan akan datang silih berganti ke bahtera rumah tangganya, namun sekuat apa pun cobaan yang datang, ia harus bisa menyikapinya dengan bijak, tidak boleh ada kesedihan yang akan menjadi bebean di pikirannya.

"Eheum!"

Sebuah deheman lagi-lagi membuat Giska terperanjat, untung barang-barang yang akan ia bereskan tidak terjatuh karna hal itu.

Giska kembali menoleh, disana sudah berdiri Fredy yang sedang memasang senyum di bibirnya. Giska menghela napas pelan saat melihat sosok bos nya itu, entah kenapa ia tidak suka dengan bos nya, apa lagi Berta sudah mewanti-wanti supaya tidak menarik perhatian sang bos.

(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now