Part 26

6K 337 16
                                    

"Gue mau ngomong sama lo!"

Perkataan Ravin kepada Giska di barengi oleh tarikan tangan yang di lakukan Ravin ke sang istri. Ravin langsung membawa Giska masuk ke dalam kamar untuk berbicara berdua dari hati ke hati.

Kesungguhan sangat terlihat dari raut wajah pemuda tersebut, walau pun begitu tarikan yang di lakukan Ravin tidak menyakiti Giska sama sekali, bahkan itu sangat lembut selembut ketulusan yang Ravin tunjukan.

Malam ini Ravin akan menyelesaikan semuanya, ia tidak ingin menyesal di kemudian hari, ia akan menegaskan semuanya, semua yang akan di lakukannya malam ini demi masa depan mereka berdua.

Giska yang di perlakukan seperti itu tidak bisa menolak, ia membiarkan Ravin melakukan semuanya dan diam-diam Giska tersenyum lembut melihat kesungguhan yang Ravin tunjukan padanya.

Malam ini akan menjadi malam yang panjang, malam yang semoga saja akan merubah pernikahan mereka kedepannya, walau pun Giska tidak terlalu yakin tapi dari raut wajah Ravin selama ini menunjukan kalau saat ini pemuda tersebut sangat serius.

"K-kamu mau bicara apa sih? Aku pikir engga ada lagi yang perlu di bicarain lagi! Semuanya sudah jelas," ujar Giska pelan.

"Gak. Lo harus dengerin gue dulu," balas Ravin tegas.

"Apa lagi sih, Vin? Aku udah muak ngejalanin ini semua, aku cape, disini cuma aku yang berjuang sendiri, aku yang selalu mencoba bertahan walau sikap kamu ke aku cuek terus, aku cape Vin! Cape."

"M-maaf! Tapi setidaknya lo dengerin penjela---"

"Cukup, Vin. Aku gak mau denger lagi penjelasan dari kamu."

Ravin teriris mendengar itu, entah kenapa ia merasa kesal saat Giska berkata seperti itu, bahkan kedua tangannya sudah mengepal kuat namun ia masih mencoba bersabar, ia tidak ingin emosi memperburuk semuanya.

Ravin menghela napas beberapa kali guna menetralkan emosi di hatinya, setelah di rasa baikan ia memberanikan diri untuk menatap langsung manik mata Giska.

Dengan wajah yang serius Ravin langsung menahan Giska, kedua tangannya memegang bahu sang istri, ia tidak ingin Giska menatap ke arah lain, sorot mata tajam dan menunjukan kesungguhan hatinya membuat Giska sedikit terpaku.

"Dengerin gue baik-baik! Gue gak mau nyesel nantinya maka dari itu gue bakal bicara jujur kali ini. Gue memang gak pernah nerima pernikahan ini sebab ada perempuan lain di hati gue, gue menjaga hati untuknya walau di saat status gue udah menjadi suami elo, namun entah kenapa akhir-akhir ini hati gue merasakan sesuatu yang lain, yang awalnya gue ogah deket sama lo perlahan tapi pasti gue mulai nyaman, gue mulai merasa betah dan bahagia saat deket sama lo, perlahan tapi pasti rasa itu muncul dan terus tumbuh, rasa cinta buat perempuan lain yang ada di hati gue perlahan terbagi dan mulai tersisihkan, awal nya gue menamfik semua itu karna gue pikir perasaan itu bakalan hilang tapi entah kenapa gue gak bisa, gue gak bisa ngilangin rasa itu ke elo, gue bahkan ngerasa sakit dan sedih saat lo salah paham ke gue waktu itu yang berimbas hubungan buruk kita akhir-akhir ini. Gue merasa sedih dan kacau, gue merasa frustasi saat lo ngacuhin gue dua hari ini, g-gue kangen sama bawel elo, gue kangen di panggil mas suami sama elo, g-g-gue..."

Perkataan panjang lebar Ravin masih belum berakhir, ia menarik napas pelan sebelum melanjutkan perkataan nya tadi, ini adalah kalimat terpanjang yang pernah keluar dari mulut seorang Ravin.

"...g-gue suka sama lo. I-intinya gue gak mau pisah dari lo. Tolong jangan tinggalin gue!"

Ravin menatap dalam ke manik mata Giska, raut wajah serius Ravin tunjukan, ia sudah mengutarakan semua isi hatinya dan ia tidak ingin melepaskan apa yang sudah ada di genggamannya saat ini.

(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now