Part 10

6.8K 338 2
                                    

Satu minggu berlalu, hubungan di antara mereka berdua belum ada perubahan sama sekali, keduanya masih sama-sama belum bisa menerima, atau lebih tepatnya Ravin yang masih kukuh gak bisa menerima keberadaan Giska, di sisi lain pelan-pelan Giska sudah mulai bisa menerima keberadaan Ravin.

Giska sudah mulai berjuang untuk hubungan mereka kedepan nya, namun perjuangan itu sangat sulit di karnakan tidak ada respon sama sekali dari Ravin, ia merasa kalau ia sedang berjuang sendirian.

Oleh karna itu, untuk menghilangkan rasa kekecewaaan nya ia akan mencari kerja, beberapa hari yang lalu ia sudah mencari lowongan pekerjaan di internet, ia juga sudah daftar via online, ia sudah mendaftar di beberapa perusahaan.

Dan pada akhirnya, kemarin ia mendapat sebuah email dari salah satu perusahaan, perusahaan tersebut meminta Giska untuk datang langsung ke perusahaan mereka guna melalukan interview kerja secara langsung, semoga saja ia di terima di perusahaan tersebut, apa lagi dari detail perusahaan nya menunjukan kalau perusahaan itu lumayan besar.

Kini, Giska sudah berpakaian rapih sambil membawa CV lamaran kerja nya, ia juga sudah berdandan senatural mungkin, ia tidak terbiasa dengan dandanan yang tebal atau menor, ia lebih suka berdandan senatural mungkin.

Giska berjalan perlahan menuruni anak tangga, ia berjalan sedikit hati-hati mengingat ia memakai highhels, satu demi satu kakinya menuruni, setibanya di ruang tengah ia melihat oma dan mama mertuanya.

Sebagai menantu yang baik hati dan tidak sombong, Giska langsung menyapa mereka berdua.

"Pagi Mah! Pagi Oma!" sapa Giska dengan senyum merekahnya.

"Pagi sayang." balas keduanya sambil membalas senyum Giska.

Revita dan Amira langsung meneliti setiap jengkal penampilan Giska, mereka merasa heran saat melihat Giska yang sudah rapih seperti itu.

"Pagi-pagi sudah cantik begini! Mau jalan kemana sayang?" tanya Amira.

Giska tersenyum tipis. "Ada panggilan kerja, Mah. Giska di suruh ke kantor nya buat interview."

"Kerja?" Kaget Revita yang lantas segera mendekat ke arah Giska,
"kamu mau kerja?" lanjutnya.

"I-iya Oma," cicit Giska, ia menunduk takut.

"Kenapa harus kerja? Padahal kamu bisa diam saja di rumah, biar Ravin yang kerja sayang," tutur Revita.

"I-itu... Sebenarnya Giska sudah biasa kerja Oma, jadi kalau berhenti kerja serasa gak enak. T-tapi Oma sama Mama tenang aja, Giska engga lupa kok sama kewajiban Giska sebagai seorang istri," jelas Giska sedikit ragu.

"Kamu yakin? Sulit loh kerja sambil mengurus rumah tangga!" Amira menimpali.

"IngsyaAllah. Giska bisa kok," balas Giska dengan yakin.

Revita dan Amira langsung tersenyum puas, keyakinan yang Giska tunjukan sangat jelas. Sosok Giska mengingatkan mereka pada sosok mereka sendiri saat masih muda dulu, walau sudah menikah dan mempunyai anak mereka masih mau berkarir.

"Oma dukung kamu sayang," ucap Revita akhirnya.

"Mama juga dukung, tapi jangan sampai lupa sama tugas kamu sayang," sambung Amira.

"Makasih Mah! Oma!"

"Sama-sama sayang."

Giska akhirnya bisa bernapas lega, ia sudah mendapat restu dari Oma dan Mama mertuanya, ia juga tidak perlu menghiraukan Ravin sebab ia sudah membuat perjanjian dengan Ravin, apa lagi toh Ravin engga bakal terlalu peduli kepadanya.

"Oh ya! Ravin sudah tau kamu mau kerja?" tanya Amira memastikan.

Giska mengangguk pelan. "Udah, Mah. Giska udah bicarain ini semua kok jauh-jauh hari pada Ravin."

(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now