"Awas aja lo!"

Tanpa di duga Clara mengambil sebuah pisau dari tempatnya, wastafel tempat Giska mencuci tangan memang berada di area dapur, jadi segala perkakas dapur lengkap ada disana.

Clara menyeringai sambil menatap ke arah pisau tersebut, sementara itu Giska yang melihat Clara memegang sebuah pisau langsung ketakutan.

"A-apa yang mau kamu lakukan?" tanya Giska gelagapan.

Clara menyunggingkan sudut bibirnya. "Lo takut? Lihat apa yang akan terjadi setelah ini."

"T-tolong! Kamu jangan nekad."

Giska merasa takut, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya kalau semisal Clara berbuat nekad, dirinya takut kalau Clara akan menusukan pisau tersebut kepadanya.

Namun, tanpa di duga Clara mulai mengarahkan pisau tersebut ke tangannya sendiri, tanpa di duga Clara menyayat tangannya sendiri dari mulai siku sampai ke dekat pergelangan.

"Aws..."

Giska langsung membulatkan kedua matanya, Clara berbuat nekad, dia sampai melukai dirinya sendiri, darah segar langsung mengalir deras dari luka sayatan nya itu, luka yang cukup panjang dan menimbulkan efek yang cukup besar juga.

"K-kamu..." belum sempat Giska menyelesikan kalimatnya, tiba-tiba Clara menabrakan dirinya kepada Giska.

Giska sedikit terhuyung karna itu, Clara mengambil kesempatan dengan menyerahkan pisau yang berlumuran darah tersebut kepada Giska, dengan paksaan Clara berhasil membuat Giska memegang pisau tersebut.

"A-apa yang kamu lakukan?" tanya Giska bingung.

Clara tersenyum sinis, setelah itu dia menjatuhkan dirinya sendiri ke atas lantai, dia berpura-pura menjadi orang yang tersakiti dalam adegan situasi ini.

"T-tolong! Billa! Michel! T-tolongin aku!" teriak Clara sedikit melirih.

Teriakan Clara itu langsung membuat semua orang berdatangan terkecuali Ravin yang memang nampak malas sejak kedatangan Clara, mereka semua nampak terkejut saat melihat Giska memegang sebuah pisau berlumur darah di tangannya.

"A-ada apa ini?" Semua menatap heran ke arah Giska dan Clara.

"Ya tuhan! Cla! Lo kenapa? Apa yang terjadi sama tangan lo?" Billa dan Michel langsung berjongkok membantu Clara.

"A-aku takut hiks..." Clara menangis sejadi-jadinya.

Semua langsung menatap ke arah Giska, mereka salah paham dan menuduh Giska yang melakukan semua itu terhadap Clara. Apa lagi akting yang Clara tunjukan sungguh sangat meyakinkan.

"Ya tuhan, kak! Apa yang sudah kakak lakukan?"

"I-itu... Aku---"

"Kak Giska nyelakain Clara? Iya?"

"Eh! E-engga. Ini gak seperti yang kalian lihat," sanggah Giska atas tuduhan yang tidak pernah dia buat.

"Halah. Ngeles lagi. Buktinya di tangan lo ada pisau. Lo pasti yang  nyelakain Clara, iya 'kan?" sentak Michel menatap tajam ke arah Giska, sontak saja pisau di tangannya itu langsung terjatuh.

"Ngaku lo?" sambung Billa.

"Aku gak ngelakuin apa-apa. Dia sendiri yang lukai tangannya sampai seperti itu," bela Giska mati-matian.

"Hiks... Kak Giska kok jahat sama Clara? Padahal Clara gak pernah jahat sama kakak, hiks... Apa karna Clara deketin kak Ravin makanya kakak marah dan setega itu sama Clara!" Clara menangis, memasang air mata buayanya.

"Astaga! Rindi gak nyangka kakak setega itu," ucap Rindi yang kemakan akting Clara.

"Kenapa kakak lakuin hal sejahat itu?" sambung Sivi dan Evelin.

(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now