Masa lalu kelam.

1.2K 83 0
                                    

Happy reading~~~

"Mar, tolong aku Mar ...." Seseorang menelpon Damarion dengan suara bergetar. Damarion langsung duduk tegak ketika menerima panggilan itu.

Itu adalah Fandi, salah satu sahabatnya Damarion. Fandi juga sangat dekat dengan Damarion dari waktu kuliah.

"Kenapa Fan? Ada apa denganmu? Kenapa suaramu terdengar seperti menangis?" tanya Damarion ketika mendengar suara Fandi temannya. Damarion menjadi khawatir dengan temannya itu.

"Tolong datang ke alamat ini ... kumohon padamu ... ," ucap Fandi sekali lagi dengan lirih.

"Tapi untuk ap-"

Tuuuut.

"FAN! FANDI!"

"HALO? HALO?!"

"Sial! Ada apa denganmu teman?" teriak Damarion panik. Panggilan tiba-tiba terputus, Damarion langsung panik. Ada apa dengan temannya ini?

Dia langsung bergegas bersiap-siap ke alamat yang dikirimkan oleh Fandi tadi. Damarion mengambil kunci mobil dan jaket.

"Ada apa Mas?" tanya Safira yang melihat Damarion seperti terburu-buru. Padahal hari sudah malam.

"Sebentar saja sayang. Aku ada urusan sebentar." Damarion mengecup kening Safira lembut, lalu mengelus kepala istrinya itu.

"Aku pergi ya?" pamit Damarion pada istrinya.

"Iya, hati-hati di jalan. Ini sudah malam, jalanan pasti sangat gelap." Safira mengingatkan. Damarion tersenyum lalu mengangguk.
.
.
.

Bugh.

Brak.

"Akkkkhhh," seseorang mengerang karena kesakitan sehabis dipukul oleh seseorang. Orang itu adalah Fandi.

"Haha, kau akan tamat kali ini Fan." Seseorang berjongkok di hadapan Fandi dengan sebuah pisau di tangannya. Orang itu tampak menyeramkan sekali.

"Lihat istrimu," tunjuk orang itu pada seorang wanita yang sudah tergeletak bersimbah darah. "Dia sudah tak bernyawa. Sekarang giliranmu." Pria itu tersenyum smirk.

Fandi tidak bisa berbuat apapun lagi. Dirinya sudah tidak berdaya, sekujur tubuhnya sudah penuh dengan luka.

"A-apa salah kami? Ke-kenapa kau lakukan i-ni pada kami?" tanya Fandi dengan suara terbata-bata.

"Salahmu karena kau aku gagal mendapatkan projek besar itu. Aku rugi miliyaran karenamu sialan!" ucap pria itu sembari menekankan pisau ke perut Fandi.

Fandi meringgis, darah mengalir dari perutnya. "Setelah kau, lalu aku akan menghabisi adikmu dan anakmu. Kalian akan berkumpul bersama di akhirat." Pria itu tersenyum seperti psikopat.

"JANGAN SAKITI MEREKA!" teriak Fandi. Dalam keadaan begini dia juga masih bisa berteriak.

"Bersiaplah menghadapi ajalmu." Pria itu mengangkat pisaunya tinggi-tinggi, mengarahkannya kepada Fandi.

Jleb.

Setelah itu, pria itu pergi begitu saja meninggalkan Fandi yang sekarat dengan perut tertusuk pisau. Pria itu pergi karena mendengar mesin mobil mendekat.

Mobil itu adalah mobil Damarion, dia mendekat ke arah Fandi yang sudah bersimbah darah. Fandi masih membuka matanya.

"FAN! FANDI!" Damarion mendekat. "Bertahanlah, kita kerumah sakit." Damarion hendak membawa Fandi ke mobilnya untuk dibawa ke rumah sakit.

"Ti-tidak usah. Pe-percuma ... te-terima kasih sudah datang." Fandi berusaha ingin mengatakan sesuatu pada Damarion.

"A-aku titip adik dan a-anakku. Ja-jaga mereka ya? Aku moh-mohon," ucapnya terbata-bata. Dia masih berusaha mempertahankan kesadarannya.

"Gak! Kau masih bisa selamat. Kau sendiri yang akan menjaga anakmu. Jadi ayo kita ke rumah sakit." Damarion tidak terima temannya berkata seperti itu.

"Te-terima kasih su-sudah pernah menjadi ... t-temanmu. Te-terima kasih Damar ...." Fandi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

Jantung Damarion berdetak sangat kencang, dia menggelengkan kepalanya. Damarion menggoyang-goyangkan tubuh Fandi yang tidak lagi bernyawa.

"Fan? Fandi?" panggil Damarion.

"FANDI! BANGUN FAN! FAAN!" bentak Damarion kepada tubuh yang tidak lagi bernyawa itu.

"BANGUN FAN! Anakmu masih membutuhkanmu Fan ... kumohon bangunlah ...." Damarion mulai menangis. Sahabatnya telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Hati Damarion seperti dihantam batu besar, dia masih tidak percaya Fandi telah meninggalkannya.

Bugh.

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA BANG FANDI!" Seseorang tiba-tiba datang memukul wajah Damarion sampai Damarion tersungkur.

"Tenang Lan, ini tidak seperti yang kau lihat," ucap Damarion sembari bangkit.

Orang itu adalah Rolan, adik dari Fandi. Dia sedang melacak Fandi Abangnya dan istri Fandi, akhirnya dia menemukan lokasi itu. Rolan langsung bergegas menuju lokasi.

Tidak disangka dia melihat Damarion berada di dekat Fandi yang sudah tidak bernyawa, Rolan sedih sekaligus marah. Amarah Rolan langsung naik dan lantas memukul Damarion.

Rolan bersimpuh di depan mayat Abangnya. Dia juga menoleh melihat mayat kakak iparnya, Rolan menangis histeris.

"KAU PEMBUNUH! KAU MEMBUNUH KAKAKKU! AKU PASTIKAN KAU AKAN DIPENJARA SEUMUR HIDUP!" rolan menyalahkan Damarion atas semua yang terjadi. Kesalah pahaman telah membutakan dirinya.

"Kau salah paham Lan! Aku tidak membunuh Abangmu! Dengarkan dulu penjelasanku!" Damarion berusaha menjelaskannya pada Rolan.

"Pembunuh tetaplah pembunuh," ucap Rolan dingin. Rolan bersumpah pada dirinya sendiri akan membalas ini berkali-kali lipat. Fandi adalah orang yang paling Rolan sayang di dunia ini.

Dulu hanya Fandi yang Rolan punya. Lalu dia senang mendengar Fandi akan menikah, itu artinya dia mempunyai keluarga baru. Lalu kebahagiaan Rolan bertambah setelah lahirnya Sehan keponakannya.

Tapi Tuhan malah mengambil semua sumber kebahagiaaanya, hanya tersisa Sehan keponakannya. Rolan menjadi sangat marah pada Damarion, dia sangat tidak terima.

Beberapa hari setelah kematian Abang dan Kakak Ipar Rolan. Dia berusaha melaporkan Damarion ke polisi dengan sebuah bukti yaitu pisau yang tertancap di perut Abangnya.

Tapi ternyata Rolan salah. Polisi bilang sidik jari yang ada di pisau itu bukanlah milik Damarion, tapi milik orang lain, di tempat kejadian pun tidak ada bukti lain selain pisau itu. Damarion pun selamat dari hukuman penjara seumur hidup.

Polisi bilang mereka akan berusaha mencari siapa pelaku sebenarnya. Tapi Rolan yang sudah dibutakan oleh dendam tidak terima, dia masih merasa kalau Damarion pelakunya, karena dia melihatnya langsung.

Setelah satu tahun kasus kematian abang dan kakak ipar Rolan ditutup. Polisi menyerah mencari siapa pelakunya. Si pelaku sangat pintar menyembunyikan identitas dirinya. Rolan menjadi semakin terpuruk.

Karena kejadian itu, Rolan membawa keponakannya Sehan untuk pindah keluar negri. Tapi dia juga mempersiapkan rencana untuk menghancurkan Damarion, melalui anak kembar yang baru saja lahir ke dunia, Zevana dan Zevano.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ya, karakter penting di cerita ini tidak ada yang bahagia. Biar adil yekan😃.

Jangan lupa votmen. See you.

This About Zevana | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang