Hal besar.

1.5K 111 0
                                    

Dimohon kepada pembaca TAZ yang tidak seberapa. Mohon untuk di votmen, tenang aja gabayar kok.

Oke sekian.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kenapa Ze ga masuk lagi ya?"

Elfasa memulai percakapan. Cewe-cewe 10 RPL 2 sedang istirahat di kantin. Mereka berkumpul dalam satu meja.

"Entahlah, kenapa lagi tuh bocah?" Devani juga bingung. Dia menyeruput es teh manis yang dipesannya.

"Tadi sih kata pak Ziko sakit. Tapi yakali dia sakit lagi," ucap Alzahra.

"Kelen nyadar gak sih, banyak kejanggalan yang kita tidak tau tentang Ze. Kayak aneh aja gitu." Helena memberikan masukannya karena dia merasa janggal dengan Zevana.

Yang lainnya ikut berpikir dan mengiyakan apa yang dikatakan Helena.

"Aku kadang lihat tatapan polos Zevana itu berubah teduh. Seperti ada sesuatu beban berat yang ditanggungnya. Tapi apa?" jelas Keysa panjang. Dia menghela nafasnya.

"Ze gapernah mau cerita. Kita juga mana tau apa masalahnya," kata Amanda.

Mereka tampak merenung memikirkan itu. Ada sesuatu yang janggal tapi apa?

"Kalian sadar gak? Zevana itu berasal dari keluarga Hernandez kan? Nama belakangnya kan Hernandez," ucap Elfasa sambil menyentuh dagunya.

Sontak mereka semua memandang Elfasa serius. Mereka tertegun karena manyadari sesuatu.

"Perusahaan Hernandez yang bergerak yang bergerak di dunia hiburan?" tebak Keysa.

"Bukan hiburan aja. Mereka juga bergerak di bidang kesehatan dan pendidikan. Hernandez University itukan punya mereka," jelas Devani. Mereka tercengang mendengarnya.

Sekaya itukah Hernandez? Tapi keluarga mereka tidak terlalu terekspos, maka dari itu Zevana tidak terlalu dikenal. Apalagi Zevana tidak pernah menghadiri acara-acara penting seperti saudara-saudaranya yang lain.

"Lah iya ya. Kenapa Hernandez bersaudara gapernah gitu menghampiri adiknya. Malah kayak gapeduli." Alzahra mengutarakan pendapatnya.

Amanda menggeleng. "Gak kok. Aku pernah lihat Bang Alfen sama Ze berdua di taman." Amanda menyangkal pendapat Alzahra.

"Tapi yang lain kan enggak. Zara sama Bang Alano gapernah tuh." Helena sependapat dengan Alzahra.

Mereka sadar Zevana bukan dari keluarga yang biasa-biasa. Dia berasal dari Hernandez. Keluarga yang paling mendominasi se Indonesia selama bertahun-tahun. Dan juga termasuk keluarga berpengaruh se Asia.

"Dia punya masalah dengan keluarganya."

Tiba-tiba seseorang menyambung obrolan mereka.
.
.
.

Di ruangan yang cukup gelap. Seorang gadis terikat di kursi. Ya, itu Zevana yang masih terikat. Sampai sekarang Daddynya belum melepaskannya. Dari dia yang pulang ke mansion, dia sama sekali belum diberi makan. Zevana hanya makan di tempat Sehan sebelum pulang. Jahat sekali.

Zevana sudah sangat lemas, seperti tidak punya tenaga sama sekali. Wajah Zevana kembali pucat. Dia hanya bisa memandangi pintu gudang dengan tatapan sayu. Berharap ada seseorang yang membukakan pintu.

"Apa Daddy benar-benar ingin membunuhku," batin Zevana. Lalu dia memejamkan matanya sebentar karena seseorang membuka pintu gudang.

"Mommy?" Zevana tidak bisa melihat jelas orang itu, karena pandangannya buram. Tapi dia tahu itu Safira, Zevana hafal aroma tubuh Safira.

Safira mendekati Zevana. Lalu dia berjongkok di hadapan Zevana. Safira menatap Zevana tanpa ekspresi.

"Daddymu menyuruh saya untuk melepaskanmu."

Safira melepaskan semua ikatan yang melilit pergalangan tangan dan kaki Zevana.

"Terima kasih," ucap Zevana dengan suara serak.

"Berhentilah membuat masalah."

Mendengar ucapan Safira, Zevana menatap Safira dengan mata berkaca-kaca. Tatapan itu membuat siapapun yang melihatnya akan ikut merasakan kesedihan.

"Ze memang pantas mati kan Mom?" Zevana berucap sangat lirih. Safira tetap tidak berekspresi.

"Lalu ... kenapa Dia tidak juga menjemput Ze sampai sekarang?" Mata Zevana memerah, dia mulai menangis.

Tatapan Safira berubah sedikit tidak suka. "Apa yang kau ucapkan?" ucap Safira datar.

Zevana memegang dada kirinya. "Di sini sakit Mom. Kenapa semuanya jahat Mom?" tanya Zevana dengan suara hampir hilang.

"Di kehidupan ini maupun di kehidupan sebelumnya. Semuanya sama saja."

Safira tertegun mendengar ucapan lirih itu. Perasaannya juga ikut sakit. "Saya tidak mengerti dengan yang kau ucapkan." Dahi Safira sedikit mengkerut.

"Di sini sakit. Bagaimana cara menyembuhkannya?" tanya Zevana semakin lirih sambil memegang dada kirinya.

"Kau semakin tidak jelas." Safira menggendong Zevana ala bridal style.
Zevana memang cukup ringan karena tubuhnya terlalu kecil. Zevana yang berada di gendongan Safira tersenyum.

"Ini pertama kalinya Mommy menggendong Ze," ucap Zevana. Safira tidak menanggapi.

Sesampai di kamar Zevana, Safira meletakkannya di kasur dengan hati-hati. Lalu di memanggil maid. "Panggilkan dokter, dan bersihkan dia. Lalu suruh Bi Sumi untuk mengantar makanan," perintah Safira dan langsung mereka laksanakan.

Safira hendak pergi, tapi Zevana menarik ujung bajunya. "Ze mau Mommy yang menyuapi Ze makan," pinta Zevana.

Safira terdiam sebentar, lalu dia berdehem. Entah kenapa dia menuruti Zevana kali ini.
.
.
.

"Apa maksudmu?" Dea berdiri lalu memandang tajam 5 orang perempuan yang datang tiba-tiba ke meja mereka.

Mereka adalah Nessi, Kayana, Navisa, Haisa, dan Alana. Elfasa, Devani, dan Dea memandang tidak suka.

"Mau ngapain kelen?" tanya Vani tidak suka.

"Zevana tidak seperti yang kalian lihat. Dia menyembunyikan hal besar dari kalian," ucap Kayana.

"Hal besar? Hal besar apa?" Amanda sedikit bingung dengan maksud Kayana.

"Dia tidak sesederhana yang kalian lihat." Nessie ikut menimpali.

"Dia mempunyai masalah yang sangat berat dengan keluarganya itu. Aku tidak berbohong dengan mengatakan kalau Zevana itu pembohong." Alana berucap tenang.

"Kalian kenal mereka?" tanya Helena bingung. Dia tidak mengerti dengan pembahasan ini.

"Mereka MANTAN sahabat Zevana," ucap Dea datar. Dia menatap Alana dkk sinis.

"Kami tidak seburuk itu. Kami juga tidak membenci Zevana, kami hanya kecewa." Haisa ikut bicara.

"Kalau kalian mau mengetahui kebenarannya. Temui kami di cafe depan sekolah." Setelah Navisa mengucapkan itu. Mereka meninggalkan meja Elfasa dkk.

Bersambung......

This About Zevana | EndWhere stories live. Discover now