Main tebak-tebakan.

2.3K 162 2
                                    

Jangan lupa votmen ya, karena votmen itu gratis. Dengan votmen kalian bisa dukung aku biar tambah semangat. Terima kasih.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Akhirnya Zevana sampai di sekolah, dia kembali lagi sekolah setelah sekian hari sakit. Entah kenapa abangnya itu cukup possesive, padahal Zevana hanya demam.

Semenjak memimpikan mimpi aneh itu, perasaanya menjadi tidak tenang. Dia terus saja memikirkannya sepanjang waktu. Zevana merasa seperti ada yang hilang. Ada sesuatu yang sangat penting yang dia lupakan.

"Tapi apa? Ze sama sekali gak inget," ucap Zevana tapi otaknya terus saja berpikir. Zevana berusaha mengingat sesuatu yang penting apa yang dia lupakan. Tapi ketika dia terus mengingatnya, kepalanya jadi sakit.

Bahkan dia terus melamun di sepanjang koridor sekolah. Kepala Zevana seperti ada kepingan-kepingan ingatan yang muncul di kepalanya. Tapi dia tetap saja tidak mengingatnya sama sekali.

Ana ayo kita beli coklat.

Ana lihat, aku punya mainan balu lagi.

Ana, kita akan tetap belsama, sampai kita mendapat pasangan masing-masing.

Abang, suatu saat nanti apakah kita masih bisa belsama?

Abang aku menyayangimu.

Aku juga menyayangimu Ana, melebihi apapun yang ada di dunia ini. Bahkan lebih dari nyawaku sendili.

Abang adalah cahaya peltama di hidup Aku. Kita akan tetap belsama.

Plomise?

I am plomise.

"Shhtt, sudahlah Ze. Tidak usah diingat. Membuat kepala sakit saja." Setelah mengatakan itu Zevana bergegas menuju kelasnya.

"ZEEEEEE, yaampun Ze. Akhirnya dedek Ze masuk. Key rinduu." Keysa menghampiri Zevana lalu memeluknya sampai membuat Zevana terhuyung kebelakang, untung ada Alvin yang menahannya.

"Santai Key. Ntar sakit lagi anak orang kau buat," ucap Alvin.

"Halo yayang bebeb Ze, makin cantik aja sih," goda Gibran yang baru masuk ke kelas.

"Jijik," sinis Devani mendengar suara Gibran.

"Tumben kelen gak telat. Dah lengkap aja jam segini. Kesambet apa kelen?" tanya Elfasa yang menyadari sesuatu.

"Kita kan mau nyambut ayang bebeb Ze yang baru sembuh dari sakit," ucap Gibran. Cewe-cewe yang mendengar itu sontak merasa jijik.

"Alay anj*ng," umpat Finza.

"Alah bacot. Bilang aja takut sama anceman Pak Ziko semalem. Kalo dateng telat disuruh jalan jongkok lapangan futsal 10 kali," ucap Helena sinis.

"Tuh tau," celetuk Alzen.

Yah begitulah 10 RPL 2. Diancem dulu baru takut. Tapi satu hari aja takutnya, besoknya dibuat lagi. Begitu seterusnya.

"We we we, ayok main tebak-tebakan ayuk. Aku ngasih pertanyaanya." Alan mengajukan permainan karena merasa bosan.

"AYOK AYOK."

"KUYLAH MAIN."

"Iya seru tuh, 30 menit lagi nih masuk," ucap Alzahra melihat jam tangannya.

"Ayok ayok sini merapat," ajak Alan.

"Ze ikut ya Bang Alan," ucap Zevana menunjuk tangan.

"Iya Ze ikut kok. Ayok we." Mereka semua pun mendekat ke Alan. "Eh Dea ikut gk?" tanya Alan kepada Dea yang sedari tadi hanya diam.

This About Zevana | EndWo Geschichten leben. Entdecke jetzt