Pernyataan cinta yang terlambat.

1.7K 121 0
                                    

Permisi, boleh tidak aku minta waktunya untuk seumur hidup? Aku ingin bahagia bersamamu selamanya.

~Sabiru.

Benar saja, Alano benar-benar menepati perkataanya. Zevana benar-benar ia kurung di dalam kamar. Tidak ada yang membukakan pintunya karena Damarion juga menyutujui Alano.

Zevana benar-benar stress sekarang.  Sudah 24 jam lebih dia terkurung, sekarang jam 4 pagi, Zevana berencana akan kabur dari rumah agar dia bisa bersekolah.

Ya, dia harus kabur. Tidak mungkin dia tetap berada di kamar selama 3 hari. Zevana mulai bersiap-siap untuk acara kaburnya. Dia sudah berpakaian sekolah dan membawa buku lengkap serta alat-alat tulisnya.

Zevana melihat ke kebawah dari balkon kamarnya. "Wuiih tinggi jugak, gimana cara turunnya? Yakali lompat." Zevana merinding melihat betapa tingginya itu.

"Kalo lompat gak mati sih, paling patah," monolognya dalam hati. Tapi Zevana tidak bodoh, dia mengambil beberapa sprei tempat tidurnya dan menyambungkannya sampai panjang.

Cukup lama untuk menyambungkan sprei-sprei itu. Setelah selesai dia mengikatkan ujung sprei pada besi pembatas balkon, lalu sisanya dia juntaikan kebawah. Untung saja tidak ada seseorang di bawah.

Dengan mengumpulkan keberanian yang tidak seberapa. Dia mencoba turun menggunakan sprei yang dia sambungkan tadi. Zevana menghitung dalam hati.

"Yatuhan, tolong aku."

"Aaaaaaaaaa."

Jantung Zevana berdetak 2 kali lebih cepat. Untung saja dia sampai ke bawah dengan selamat. Untuk menutup sedikit kecurigaan, Zevana mengambil batu lalu mengikatnya ke ujung sprei itu, setelah itu batu yang sudah tersambung dengan sprei dia lemparkan ke balkon dan masuk ke dalam kamarnya dengan sempurna. Otomatis sprei itu juga naik kembali ke balkon kamarnya dan tidak menjuntai ke bawah lagi.

"Zevana memang pintar."

Dia menepuk-nepuk kedua tangannya dengan senyuman. Lalu dengan perasaan bahagia dan sedikit mengendap-ngendap, Zevana keluar dari perkarangan rumahnya.

Dia memutuskan untuk mencari sarapan terlebih dahulu untuk mengganjal sedikit perutnya.
.
.
.

"Kau sudah menemukan kelemahan mereka Han?"

Seorang pria paruh baya yang baru turun dari lantai dua rumah itu bertanya pada Sehan. Sehan yang sedang mengoleskan selai ke rotinya menoleh.

"Sudah," jawab Sehan singkat.

"Bagus. Lalu ... apa kelemahan mereka?"

Sehan tersenyum miring. "Dia hanyalah seorang gadis kecil yang lemah." Sehan lalu duduk dan memakan roti yang sudah dilapisi selai itu.

Pria paruh baya itu ikut tersenyum miring. "Bagus, jangan pernah lepaskan dia," ucap pria paruh baya itu. Lalu dia juga mengambil 2 lembar roti dan dilapisinya dengan selai coklat.

"Lalu apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya pria paruh baya itu.

"Tidak banyak. Aku hanya akan memaksanya untuk menjadi milikku, lalu menyakitinya dan membunuhnya. Dengan itu Hernandez akan terpuruk 'kan?" jelas Sehan dengan santainya.

"Sadis ya. Tapi semoga saja kau tidak jatuh cinta pada gadis itu, karena cinta bisa menggagalkan segalanya," ucapan pria paruh baya itu membuat Sehan terdiam sesaat.

"Tidak akan Om Rolan. Tapi ... entahlah." Sehan melanjutkan kalimatnya dalam. Dia masih ragu pada dirinya sendiri, apakah dia benar-benar tidak mencintai Zevana?

"Aku yakin pasti aku bisa menghancurkan Hernandez melalui gadis itu."

Bohong! Sehan berbohong, perasaanya masih penuh dengan keraguan yang dia tidak tau harus apa. Entahlah, apakah dia bisa membalas dendamnya pada Hernandez?

Rolan diam-diam bersmirk menatap Sehan. Entah apa yang akan direncanakan orang ini.
.
.
.

"Aria," panggil Sabiru yang mungkin sudah menunggu Zevana di depan gerbang SMK Medan Team, dia bersender di pintu mobilnya.

"Bang Biru?"

Zevana yang baru sampai sedikit terkejut melihat Sabiru yang berada di depan gerbang sekolahnya itu. Zevana baru saja selesai sarapan dan dia memutuskan untuk pergi ke sekolah pada jam 6 lewat.

"Abang kenapa ada di sini?" tanya Zevana heran.

"Ikut Abang sebentar ya."

Sabiru menarik tangan Zevana membawanya ke arah cafe yang ada di seberang jalan SMK Medan Team. Zevana menatap punggung Sabiru sendu.

Setelah itu Sabiru memesan 2 gelas jus mangga untuk mereka berdua. "Jadi? Abang mau ngomong apa?" Zevana bertanya.

'Ayo Abi, kau pasti bisa.'

Sabiru menatap serius Zevana. "Abang mau ngomong serius. Mungkin ini terlalu cepat, dan Abang gak mau menundanya lebih lama lagi." Sabiru menghembuskan nafasnya panjang.

"Abang juga gak tau sejak kapan perasaan ini muncul. Yang pasti sekarang Abang ... " Sabiru malah menggantungkan kalimatnya.

"Abang kenapa?" tanya Zevana yang semakin penasaran.

"Shhht. Abang mencintaimu," ucap Sabiru lirih. "Rasa cinta ini semakin lama semakin besar, kau tahu?" lanjut Sabiru lagi. "Dan sekarang Abang tidak bisa menahannya lagi."

Tubuh Zevana melemas mendengar ungkapan cinta Sabiru. Seperti yang kalian tahu kalau Zevana juga mencintai Sabiru, tapi sekarang semuanya sudah berbeda. Zevana hanya ingin menangis sekarang.

"I love you."

Wajah Sabiru memerah setelah mengucapkan kalimat itu. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"So, will you be my girlfriend?" Sabiru mengeluarkan bunga mawar kecil yang sedari tadi disembunyikannya, lalu dia sodorkan ke arah Zevana.

Zevana menutup matanya menahan tangis. Dia berusaha menahan gejolak yang berasal dari dalam hatinya. Lalu Zevana menatap Sabiru semakin sendu dengan mata yang sedikit memerah.

'Kenapa harus sekarang?' batin Zevana menangis.

"Maaf, Ze gak bisa," ucap Zevana lirih. Tangan Zevana mendingin, tubuhnya semakin melemas.

Mata Sabiru yang mendengar itu berubah sendu. "Kenapa?"

Zevana memalingkan wajahnya. "Abang telat ... kenapa baru sekarang?" Mata Zevana semakin memanas, apalagi melihat cinta pertamanya itu menatap sendu ke arah dirinya.

Pasti perasaan Sabiru tengah merasakan sakit saat ini, atas penolakan yang Zevana ucapkan. Tapi Zevana juga tidak bisa berbuat apapun, itu demi kebaikannya. Sehan itu gila, Zevana hanya takut Sabiru kenapa-napa.

Andai saja Zevana tidak bertemu si gila Sehan, dan Sehan tidak mengancamnya lalu mengklaim Zevana dengan sesuka hati, uni semua tidak akan terjadi.  Keadaanya sudah berubah, Sabiru terlambat.

'Ze juga mencintaimu.'

"SIALAN KAU!"

Bugh.

This About Zevana | EndWhere stories live. Discover now