Kegilaan Sehan 2.

1.3K 102 0
                                    

Sebelum lanjut scroll, divote dulu ya. Komen juga kalau ada yang typo gitu.

Oke terima kasih><

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ughh."

Zevana terbangun dari pingsannya akibat pengaruh obat bius. Bangun-bangun sudah berada di kamar yang luas dengan nuansa gelap. Zevana yakin ini adalah kamar Sehan, karena wangi tubuh Sehan yang khas tercium.

Terlihat bahwa hari sudah gelap, Zevana melemas. Habislah dia kali ini, pasti Daddynya akan sangat marah karena dia tidak pulang lagi. Apalagi yang harus dia katakan kali ini?

"Hufft."

Ceklek.

"Sudah bangun putri?"

Zevana menoleh melihat Sehan bersender di pintu kamarnya. Dia menatap Zevana dengan senyuman miring. Sepertinya Sehan sudah tidak sabar ingin bermain.

Terlihat wajah Sehan yang terlihat lebam akibat pukulan Sabiru tadi. Sepertinya belum diobatinya sama sekali, karena bekas darah masih terlihat di sudur bibirnya.

Zevana beringsut mundur ketika Sehan berjalan mendekat ke arahnya. Dia sungguh takut dengan apa yang akan Sehan lakukan padanya. Zevana bahkan tidak berani untuk memandang Sehan.

"Kenapa takut, sayang? Ayolah kita main sebentar." Sehan menatap Zevana lekat yang tidak berani menatapnya.

"Pergi ...." Zevana menepis tangan Sehan yang ingin menyentuhnya. Dia semakin mundur sampai menyentuh senderan kasur.

"Pergilah ...." ucapnya lirih sekali lagi.

Takut, dia benar-benar sangat takut. Bagaimana mana caranya Zevana melepaskan diri dari Sehan? Tubuh Zevana bergetar hebat, Sehan sukses membuatnya semakin tidak berdaya.

(Gini amat jadi karakter lemah😢. Thor, tolong buat aku sedikit lebih kuat - Zevana).

Sehan yang muak lalu menarik tangan Zevana dengan kasar dan membawanya menuju ke suatu ruangan. Ruangan yang cukup sempit.

"Lepasin!"

"Diamlah dan masuk kedalam." Sehan memerintahkan Zevana, tapi Zevana menggeleng keras dan memberontak berusaha melepaskan diri.

Setelah Zevana masuk, dengan cepat Sehan mengunci pintu itu. Ruangan itu adalah ruangan kaca yang cukup sempit, hanya pintunya saja yang terbuat dari besi.

Setelah Sehan mengunci Zevana, dia malah duduk di sebuah singgle sofa, dan hanya memperhatikan Zevana yang memohon untuk dilepaskan dari balik kaca.

"Lepaskan Blue di ruangan itu."

Sehan memerintahkan salah anak buahnya untuk menaruh Blue di ruangan kaca itu. Blue adalah ular berbisa yang sudah sangat jinak, ular itu selalu mendengarkan perintah Sehan. Namanya Blue, tapi ular itu berwarna hitam. Kenapa Sehan memberinya nama itu? Itu karena dia suka warna Biru.

"Kau takut kepada ular 'kan? Maka nikmatilah ketakutanmu itu."

"Ap-apa?" Zevana terkejut mendengar itu. Tiba-tiba saja ular dimasukkan oleh anak buah sehan dari lubang kecil yang berbentuk lingkaran. Ular itu mulai bergerak mendekati Zevana.

Mata Zevana melotot. Dia ketakutan, jantungnya langsung berdetak sangat kencang. Dia beringsut mundur dan semakin mundur sampai menyentuh tembok ruangan itu.

"AAAAA ULAAARRR! PERGI! USIR ULAR ITU! USIRRR!" Blue semakin mendekat kearah Zevana. Rasa takut Zevana semakin bertambah, tubuhnya seperti tidak bisa bergerak dan bergetar hebat.

Ular itu tidak akan menyakiti Zevana, tapi hanya menakut-nakutinya saja. Hal Itu pasti membuat mental Zevana terguncang.

Zevana sudah menangis sedari tadi ketika ular itu bergerak ke kakinya dan malah berhenti dan melingkar ke paha Zevana. Zevana sudah keringat dingin, bajunya sudah basah karena keringat.

Zevana tidak ingat bagaimana dia bisa trauma terhadap ular. Yang pastinya dia sangat takut pada ular, bahkan ketakutannya bisa saja membuatnya gila.

"Usir dia ... usir ...." Zevana tidak berani membuka matanya, ular itu masih berdiam diri di pangkuannya. Sepertinya ular itu nyaman berada di dekat Zevana.

Sehan yang menonton itu di balik kaca malah tertawa melihat penderitaan Zevana. Dia tidak tahu saja kalau Zevana sudah hampir pingsan. Sepertinya Sehan suka sekali bermain dengan batin.

Setelah Sehan puas, dia masuk ke ruangan kaca itu. Dia mengambil Blue dan memberikannya ke anak buahnya untuk dimasukkan kembali ke kandang.

"Hei, berdirilah. Kau sudah mandi keringat."

Untuk sesaat, Zevana tetap berdiam dengan duduk menyilangkan kakinya dan menutup mata dengan tangannya sendiri. Tubuhnya masih saja bergetar ketakutan, bergerak sajapun ia tidak mampu.

Zevana berusaha mendongak untuk melihat Sehan. Tubuhnya masih bergetar hebat dan dia merasa seperti tidak punya tenaga. Zevana berusaha menghentikan tangisnya.
"Mau apa lagi?" tanya Zevana dengan suara hampir hilang.

Sehan yang tidak sabaran lantas mengangkat Zevana ala karung beras. Membawanya keruangan aneh yang ada di bawah tanah.
.
.
.

Sampailah mereka ke ruangan bawah tanah yang dimaksud tadi. Zevana mengernyit heran, pasalnya tuangan itu keliatannya kosong.

Hei, jangan tertipu dengan penampilannya. "Ini adalah labirin kaca transparan. Dan di ruangan ini oksigen sangatlah tipis." Sehan menatap Zevana. Mata Zevana melotot lagi, ini tidak seperti yang dia pikirkan 'kan?

"La-lalu?"

"Temukan jalan keluarnya dan kau akan selamat." Sehan langsung mendorong Zevana, dia keluar dan mengunci pintu besi itu.

Zevana melihat jelas pintu berwarna putih yang tidak jauh darinya. Ruangan ini benar-benar terlihat seperti tidak ada apa-apa, kosong melompong. Tapi ketika Zevana melangkahkan kakinya, dia seperti tertabrak dinding. Ini kaca, kaca yang sangat transparan tanpa ada sedikit noda.

Ujung-ujung dari kaca-kaca itu benar-benar tidak terlihat. Bagaimana dia bisa menemukan jalan keluar?

"Bagaimana ini ya Allah. Tolong bantu Ze untuk keluar." Zevana berusaha meraba-raba kaca transparan itu seperti orang buta. Hanya itu cara satu-satunya agar dia bisa keluar dengan selamat.

Zevana merasakan dia sulit mendapatkan udara untuk bernafas. Oksigen di ruangan ini benar-benar tipis, bagaimana Sehan merancang ruangan aneh seperti ini?

"Apa Ze benar-benar akan mati kali ini?" Zevana membatin sambil mencari jalan keluar. Dia sudah beberapa kali menabrak kaca, tapi dia tetap berjalan walaupun kakinya masih gemetaran.

Sepertinya sudah banyak orang yang mati di ruangan ini karena Sehan. Dia gunakan ruangan ini untuk menyiksa musuh-musuhnya, mereka mati karena kehabisan nafas. Dan sepertinya Zevana salah satunya.

Zevana sudah mulai hampir kehabisan nafas. Sudah sejam dia mencari jalan keluar tapi dia hanya mutar-mutar saja di labirin kaca itu. Zevana sudah menyerah, dia bersender di salah satu dinding kaca.

Zevana memegangi dadanya yang sakit, nafasnya sesak. Sepertinya dia tinggal menunggu ajalnya, pandangannya sudah memburam dan Zevana pun pingsan.

Apakah kali ini Zevana benar-benar menemui ajalnya?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wah, benar-benar gila kan sobat? Aku daper reffrensi ini dari film Boboiboy. Siksaan yang anti mainstream

This About Zevana | EndWhere stories live. Discover now