Pulang telat.

3.6K 274 0
                                    

Seluruh kegiatan sekolah sudah selesai, hari Senin seluruh murid baru SMK Medan Team akan memulai kegiatan belajar mengajar (KBM).

Zevana pulang dengan perasaan senang sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Sesekali dia menyapa dan tersenyum kepada pejalan kaki yang lain. Ya, Zevana memilih berjalan kaki. Dia ingin menikmati jalanan sore, memilih pulang sore karena tadinya menetap di sekolah untuk membaca buku.

Apa yang membuat Zevana bahagia? Entahlah, yang pasti suasana hatinya sedang senang. Zevana berlari melompat-lompat seperti anak kecil, membuat siapapun gemas melihatnya. Dia juga sesekali memberikan uangnya kepada pengemis yang dia jumpai, Zevana memang anak baik.

"Aku ingin terbang tinggi~~"

"Seperti elang~~~"

"Melewati siang malam... menembus awan ~~~"

Zevana menyanyikan salah satu lagu kesukaanya sambil berjalan santai. Senyumannya tidak pernah pudar sampai dia di depan gerbang rumahnya.

"Pak Malik, bukain dong."

"Eh non, kenapa gak hubungi saya minta jemput?" tanya satpam yang bekerja di mansion keluarga Zevana.

"Ze pengen jalan kaki aja, pengen menikmati udara sore. Lagian tadi Ze naik taxi sampe taman aja," jelas Zevana agar tidak membuat orang lain khawatir.

"Yaudah cepetan non bersih-bersih, nanti dimarahin tuan karena telat pulang," ucap pak Malik lalu diangguki Zevana.

Zevana pun masuk ke mansion dan langsung menuju kamarnya, dia memilih lewat pintu samping agar tidak terlihat oleh keluarganya. Bisa saja kan dia kena marah karena pulang telat.

Selama seminggu ini, Zevana benar-benar menghindari keluarganya. Kadang makan bersamapun dia meminta bi Sumi untuk mengantarkan ke kamarnya.

Setelah Zevana selesai ganti baju, dia menuju komputernya untuk menggambar lagi. Kemampuan menggambarnya makin meningkat, bahkan Zevana sudah mulai membuka komis di sosial medianya, dia sudah melakukannya di 2 hari terakhir.

Ya lumayan ada yang memesan komis padanya, walau masih 1 atau 2 orang. Maklumlah masih baru.

Setiap Zevana post 1 gambar, maka teman-teman onlinenya akan menyerbu akunnya. Mereka menyukai artstyle Zevana, bahkan beberapa dari mereka mengajak collab.
.
.
.


"Ekhem."

Semua atensi mengarah pada Damarion, dan Damarion memandang Zevana dingin. Zevana yang ditatap seperti itu hanya bisa menunduk takut, dia sampai sulit untuk menelan makanannya.

"Vana, kenapa pulang telat? Tadi Bi Sumi mengatakan kepada saya, kalau kamu pulang hampir Maghrib," ucap Damarion dingin sambil menatap tajam anaknya.

Vana adalah panggilan mereka untuk Zevana, dan Zevana memanggil dirinya sendiri Ze. Alasannya biar lebih simpel aja.

"Duh, Bi Sumi gabisa diajak kompromi," batin Zevana.

"Umm, itu tadi Z-Ze cuman jalan-jalan sore aja. Em... Ze ketiduran di perpus, iya ketiduran," jelas Zevana dengan menambah sedikit kebohongan.

"Ketiduran? Tadi setelah saya pulang dari kelas tambahan, kamu sedang membaca buku di perpus," ucap Zara dingin seraya menatap tajam adiknya.

Ya, memang Zara ada les tambahan untuk persiapan PKL di lab. Gunanya agar tidak bingung saat PKL nanti. Karena mereka PKL benar-benar seperti kerja sesuai di jurusan masing-masing.

Mendengar itu, Zevana hanya bisa terdiam. Dia ketahuan bohong, peraturan di keluarganya sangat ketat, sampai kesalahan yang terkecil pun tidak boleh dilakukan.

"Sudah berani berbohong kamu sekarang? Sudah saya bilang, waktunya pulang ya pulang! Kalau memang harus telat pulang ya izin!" sentak Damarion, hal itu membuat Zevana semakin menunduk.

Zara hanya tersenyum melihat Zevana dimarahin. Sepertinya dia senang melihat adiknya ternistakan. Ciri-ciri kakak laknat.

"Ma-maaf Daddy," ucap Zevana pelan tanpa berani melihat ayahnya.

"Lagian biasanya gapernah nanya-nanya," gumam Zevana yang tidak terdengar oleh siapapun.

"Kenapa kau akhir-akhir ini seperti menghindari kami?" Kali ini Safira yang bertanya, dia merasa anaknya telah berubah.

Mendengar pertanyaan itu, Zevana tidak tau harus menjawab apa. Tidak mungkin kan dia bilang dia mendapat hidayah karena bertime-travel.

"Kenapa?" tanya Safira lagi dingin, kali ini dia mendekati anaknya. Sekarang mereka duduk bersebelahan.

"Ha? Ah, um... itu, aish." Zevana benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.

Anggota keluarga yang lain pun memberikan tatapan intimidasi kepada Zevana, mereka juga menginginkan jawaban itu. Hey, kenapa mereka peduli?

Bukannya menjawab, Zevana malah memalingkan wajahnya kearah lain. Lalu dia malah ingin beranjak dari tempat duduk. Dia takut, percayalah Zevana takut pada keluarganya.

Anak polos mana yang sanggup menerima tatapan seperti itu.

Safira langsung menarik tangan Zevana agar kembali duduk. Kali ini dia memposisikan Zevana menghadap ke arahnya, dan Zevana malah menunduk.

"Lepas Mom," ucap Zevana pelan.

"Jawab dulu alasannya. Tidak biasanya kamu seperti ini, kemana Vana yang berisik itu?" ucap Safira sambil menatap wajah polos anaknya.

Jujur, Zevana malah terlihat menggemaskan ketika ketakutan begitu. Ah tidak, dia memang selalu menggemaskan dan lucu, di manapun dan kapanpun itu.

"Ze gak mau jawab," ungkap Zee dengan polosnya.

Safira malah mencengkram kedua bahu Zevana. "Tatap mata saya! Kenapa gak mau jawab!" sentaknya.

"Ayo lihat wajah saya!" Safira jengan karena sedari tadi Zevana hanya menunduk.

Gleg.

Dengan bermodalkan keberanian, Zevana menatap wajah ibu yang melahirkannya. Jantungnya berdebar kencang, karena ini pertama kalinya Zevana sedekat ini dengan ibunya sendiri. Mungkin waktu bayi pernah, tapi setelah Zevana sudah mulai memiliki ingatan, dia tidak pernah merasakannya.

"Shhh, sakit Mom," lirih Zevana kesakitan, karena cengkraman di bahunya memang sakit.

Gantian malah Safira yang memalingkan wajahnya. Sial, anaknya sangat menggemaskan menurutnya.

"Sudahlah Mom." Kakak pertama Zevana, Al Queenzee menarik tangan Zevana dan membawanya ke kamar.

Sampai di kamar Zevana, dia merasa lega karena sudah lepas dari ibunya itu. Lalu dia menatap polos kakak pertamanya sembari menarik ujung bajunya.

"Makasih Kak Al," ucap Ze menatap takut kakaknya.

"Hm."

Al Queenzee hanya berdehem lalu meninggalkan kamar adiknya. Zevana melihat itu hanya tersenyum sambil memandangi kepergian kakaknya, lalu menuju kasurnya dan membuka sosmed hanya untuk membaca komen-komen FL nya pada post terbaru.




Bersambung~~

This About Zevana | EndWhere stories live. Discover now