Sabiru terluka.

1.4K 117 0
                                    


"SIALAN KAU!"

Bugh.

Sehan tiba-tiba datang menarik Sabiru dan meninjunya dengan keras, sampai Sabiru terjatuh. Mata Sehan terlihat berapi-api melihat Sabiru yang sudah terbaring di lantai cafe.

Zevana terkejut melihat Sehan yang tiba-tiba datang. "BANG BIRU!" Zevana ingin bergegas menghampiri Sabiru yang terjatuh itu. Tapi Sehan menahan tangan Zevana.

"Lepasin Ze, Bang Sehan! Itu Bang Birunya luka ... " Zevana berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman Sehan.

"Kau sudah jadi milikku. KENAPA KAU DEKAT DENGAN PRIA LAIN!"

Zevana terkejut karena Sehan membentaknya. Zevana menangis karena bentakan itu, terlebih lagi melihat Sabiru yang sedang kesakitan. Pukulan Sehan tidak main-main.

"SIALAN! Siapa kau ha? Kau kira takut denganmu."

Bugh.

Sabiru bangkit lalu memukul wajah Sehan. Cengkraman tangan Sehan pada Zevana terlepas. Zevana langsung berdiri di belakang Sabiru.

"Siapa dia Aria?" tanya Sabiru pada Zevana yang berada di belakangnya.

"P-pacar Ze."

Sabiru mengerutkan keningnya. 'Sejak kapan Aria punya pacar?' batinnya.

"Haha, dia sudah menjadi milikku. Milik Sehan Finanda." Sehan bangkit lalu memandang Sabiru dengan senyuman miring. "Dan kau, jangan berani-beraninnya mendekati dia. Apalagi mengambilnya dariku," ucap Sehan angkuh sambil menunjuk Sabiru.

"Bilang sama aku, kalau kau dipaksa dia untuk menjadi pacarnya?" Sabiru bertanya pada Zevana, dan Zevana hanya menundukkan kepalanya.

Sehan dengan cepat menarik tangan Zevana dengan kasar ke arahnya. Sehan menatap tajam Zevana.

"Hei hei, jangan kasar sama cewe! Kecuali kalau kau banci," teriak Sabiru yang kaget karena Zevanannya tiba-tiba ditarik Sehan.

"Dia milikku, SHE IS MINE! Dan kau tidak mempunyai hak apapun terhadapnya." Sehan memeluk Zevana possesive. Lalu dia melirik kedua anak buahnya.

"Kalian, bereskan dia," perintah Sehan.

"Baik tuan."

"Bang Sehan mau ngapain?" Zevana mulai merasakan perasaan tidak nyaman ketika anak buah Sehan mendekati Sabiru. Sabiru juga mulai was-was.

"Lihat saja sayang." Sehan tersenyum miring.

Bugh.

Buagh.

Bugh.

Braakk.

Grep.

Ternyata kedua anak buah Sehan memukuli Sabiru dengan brutal. Sabiru yang tidak siap langsung terjatuh ke tanah. Pengunjung cafe yang melihat kejadian itu menjauh karena takut ikutan terluka.

"BANG SEHAN BERHENTI! jangan pukulin Bang Biru ... " Zevana berusaha menghentikan itu, tapi tangannya digenggam Sehan dengan kuat.

Dua anak buah Sehan terus-terusan menghajar Sabiru. Sayangnya Sabiru tidak bisa membalas.

"Pengecut! Kalau mau one by one kita, jangan bawa anak buah kau kayak gini!" Sabiru masih bisa menatap Sehan dengan tajam.

Bugh.

Buagh.

Bugh.

Zevana tidak sanggup melihat itu. Melihat orang yang dicintainya dipukuli habis-habisan.

"BERHENTI! TOLONG HENTIKAN ITU! Berhentilah ... Ze mohon ... " Zevana menangis terisak. Tenaganya seakan-akan hilang hingga membuat dia lemas, padahal bukan dia yang dipukuli.

Zevana berbalik dan menatap sayu Sehan. "Bang Sehan maunya apa? Kamu maunya apa?" lirih Zevana. Hanya ini yang bisa dia lakukan.

"Aku maunya kau nurut sama aku. Aku tidak suka kau membantah sayang. Kalau kau melanggar, terima hukumanmu" jawab Sehan dengan nada lembut.

"Ze akan nurut sama Sehan. Jadi, Ze mohon berhenti pukulin Bang Biru. Ze mohon ... " Zevana pasrah pada keadaannya. Sampai-sampai dia berlutut memohon pada Sehan.

Sehan tersenyum manis tapi terlihat mengerikan. "Berhenti," perintahnya dan anak buahnya langsung berhenti.

"Bawa Bang Biru ke rumah sakit ya?" pinta Zevana lagi. Sehan hanya menganggukkan kepalanya dan menelpon anak buahnya yang lain untuk membawa Sabiru ke rumah sakit terdekat.

Sabiru yang tidak kuat menahan sakitnya hanya bisa memandang sayu Zevana. Dia berjanji pada dirinya sendiri, suatu saat dia akan membawa Zevana pergi dan tidak akan membiarkannya menangis lagi.

Apa lagi yang bisa dia lakukan? Dia hanya pasrah pada takdir yang tidak jelas ini. Zevana masih percaya pada Tuhannya kalau kebahagiaan itu pasti ada. Tapi entah.

Zevana marah pada dirinya sendiri, kenapa dia terlalu lemah. Tapi dia bisa apa? Takdir tidak salah, tapi dia menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu lemah.

Zevana ingin mati saja. Tapi itu tidak mungkin dia lakukan, karena dia tidak ingin mati, tapi ingin mengakhiri semua ini. Semua ketidak jelasan ini, dia hanya ingin mengakhirinya saja, dan hidup tenang.

Sampai Zevana berpikir, sebesar apa kesalahannya di masa lalu? Sampai kebahagiaan sangat sulit dia dapatkan. Dia hanya ingin sedikit saja merasakan bahagia, bukan malah menambah masalah seperti ini.

Dari mulai ingatannya yang masih samar-samar. Keluarga yang tidak pernah menganggapnya, sahabatnya yang mulai berubah. Dan sekarang kehadiran Sehan dalam hidupnya.

Zevana merasakan apa yang namanya jatuh cinta, itu membuatnya bahagia walau sedikit. Tapi kebahagiaan itu hanya sebentar, dan Sehan penyebabnya.

"Kapan semua ini berakhir? Tolong akhiri semua ini. Aku capek."

Bersambung....

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Cerita ini harusnya memang bukan cerita sedih. Maka dari itu adegannya tidak terlalu menyakitkan.

Dan jangan berharap ada adegan dewasanya, karena kalian tidak akan menemukannya di cerita ini. Oke sekian.

This About Zevana | EndOnde histórias criam vida. Descubra agora