Melihat kesungguhan di raut wajah Ravin membuat hati Giska berbunga-bunga, diam-diam Giska tersenyum dan bersorak dalam hati.

"Gue tau gue masih muda dan sikap gue masih arogan, tapi gue gak mungkin selingkuh, gue tipe orang yang punya komitmen kuat, gue gak selingkuh sama wanita itu, gue bahkan gak kenal sama sekali, wanita itu tiba-tiba datang dan meluk gue, gue udah berusaha lepasin tapi wanita sialan itu tetap gak lepasin pelukannya," tambah Ravin.

Gejolak di hati Giska sudah tidak bisa di bendung lagi, hatinya sudah berdebar gak karuan, semua yang di ucapkan Ravin sudah meluluh lantahkan pertahanannya.

"Gue mohon! Percaya sama gu---"

"Aku percaya kok," potong Giska akhirnya.

"Harus. Lo harus percaya sama gu---eh!" Ravin terkejut mendengarnya, ia membulatkan kedua matanya saat sadar akan ucapan Giska.

"Hihihi... Aku percaya kok sama mas suami. Suami ku ini tidak mungkin selingkuh, apa lagi sama wanita modelan kayak Mbak Erina itu," ucap Giska sambil terkikik pelan.

Akhirnya ia mendapatkan apa yang ia mau, sebuah pernyataan dari Ravin mengenai hubungan mereka kedepannya, itu sudah sangat mempertegas status mereka berdua.

Tidak sia-sia Giska berekting marah kepada Ravin dua hari ini, walau agak menyakitkan melihat Ravin di peluk Erina waktu itu tapi ia sangat bersyukur karna respon dari Ravin sangat di luar dugaan.

"Tunggu-tunggu! Perasaan ada yang aneh!" ujar Ravin yang merasa ada sedikit kejanggalan.

"Aneh apa sih Mas? Gak ada yang aneh kok! Hihi." balas Giska sambil memasang cengiran lebarnya.

Ravin langsung memicingkan mata ke arah Giska saat menyadari sesuatu. "L-lo! Lo ngerjain gue?"

Giska menyengir sambil mengangkat kedua jarinya membentuk huruf 'V'. Ravin yang sedari tadi menatap dan memegangi pundak Giska langsung melepaskannya secara perlahan, ia lalu berbalik dan menekuk wajahnya.

"Hihi... Maaf Mas suami! Semua itu aku lakuin demi masa depan kita," tutur Giska menjelaskan.

"Jadi semua ini cuma akting lo?"

"Heueum."

"Termasuk nyuruh wanita itu buat meluk gue gitu!"

"Eh! E-engga Mas. Aku engga ada nyuruh Mbak Erina buat meluk kamu, justru aku sangat marah dan kesal saat lihat kamu di peluk Mbak Erina, makanya waktu itu aku dieumin kamu terus."

"Bukannya itu cuma akting?"

"Engga kok. Waktu itu aku marah beneran sama kamu Mas. Cuma ya aku ikut saran Mama buat akting marah ke kamu."

"Mama terlibat?"

"Maafin Mama, Mas! Kalau mau marah-marah ke aku aja jangan ke Mama. Mama engga salah."

"Astaga." Ravin mengusap wajahnya kasar, kelakuan emak-emak emang sungguh di luar nalar.

"Terus Erina itu bukan lo yang nyuruh?" tanya Ravin memastikan.

Giska menggeleng cepat. "Sumpah Mas. Aku engga tau apa-apa, justru aku heran kenapa juga wanita itu ngajak kamu kenalan."

"Hmm. Kalau tau gini gue balas aja pelukan wanita yang waktu itu." Ravin tersenyum jail.

"MAS! Kamu tuh ya! Memangnya pelukan aku kurang?"

"Kurang. Gue mau nya meluk lo terus kayak gini!" Ravin langsung memeluk Giska dari depan, dan ia dengan sengaja sedikit mengankat tubuh Giska lalu mulai memutarnya di udara.

"MAS!" pekik Giska.

"Ini balasan karna udah ngerjain gue." Bukannya berhenti Ravin justru menambah kecepatan putarannya.

"MAS! Aku takut!"

Ravin mengakhiri putarannya lalu kembali memeluk tubuh Giska, ia juga langsung menjatuhkan tubuhnya bersama tubuh Giska ke atas Ranjang, mereka langsung saling pandang dengan raut wajah bahagia.

Walau pun Giska merasa sedikit pusing akibat ulah Ravin barusan namun ia sangat bahagia, perjuangan nya dua hari ini membuahkan hasil, mengacuhkan Ravin itu sangat memuakan apa lagi melihatnya di peluk wanita lain, itu sungguh sangat menjengkelkan.

Giska harus berterima kasih kepada Mama mertuanya, karna berkat saran dan masukan dari sang mertua ia akhirnya bisa mengetahui isi hati dari Ravin, dengan ini juga status mereka semakin jelas, Ravin mencintainya dan ia juga sangat mencintai Ravin.

Cup!

Ravin mencium bibir Giska tiba-tiba, itu ciuman pertama antara dirinya dan Ravin, itu juga menjadi ciuman pertama Giska, bahkan mungkin ini juga yang pertama buat Ravin.

Secara perlahan Ravin mencium bibir Giska lembut, sesaat kemudiam Giska mulai membalas ciuman itu, mereka saling berpagutan secara perlahan, semburat merah menghiasi wajah keduanya.

Pagutan mereka terlepas ketika keduanya mulai kehabisan napas, Giska dan Ravin langsung menarik napas dalam-dalam, setelah itu kembali saling menatap satu sama lain, rona merah masih menghiasi wajah keduanya.

"I-itu firstkiss aku," ujar Giska pelan.

Ravin tersenyum tipis. "Sama. Itu juga firstkiss gue."

Giska dan Ravin masih sama-sama amatiran, mereka sangat awam dalam hal yang begituan, mereka bahkan tidak pernah pacaran sama sekali, walau pun banyak yang ngantri tapi mereka memilih untuk tetap menjaga hati.

"M-m-mas!" panggil Giska ragu.

"Hmm. Kenapa?" Ravin bertanya sambil menautkan kedua alisnya.

"A-anu! I-itu!"

"Apa sayang? Coba bicara yang jelas."

"I-itu apa! B-bisa gak panggilannya aku-kamu?! Masa udah nikah kamu masih panggil gue-elo sih! Kan gak enak di dengar."

"Hmm. G-gu---a-aku usahain."

"Makasih mas!"

"Hmm. Iya."

Keduanya kemudian saling pandang satu sama lain, sorot mata mereka mengisyaratkan sesuatu yang bisa di tangkap maknanya oleh satu sama lain.

Tanpa berpikir terlalu lama mereka mulai kembali saling berpagutan, sangat mesra dan bergairah tentunya, malam ini adalah malam dimana awal cerita baru mereka di mulai.

* * *

...TO BE CONTINUE...

(NOT) BEST MISTAKE ✅ [SELESAI]Where stories live. Discover now