AXIS 53

1.6K 190 6
                                    

Jingga berguling di atas kasur kamarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jingga berguling di atas kasur kamarnya. Baru dini hari, mereka tiba di apartemen. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Namun, Jingga belum bisa tidur lagi. Terakhir beristirahat saat berada dalam perjalanan dari Bandung menuju Jakarta. Setelahnya, ia terus terjaga.

Jingga beranjak dari kasur. Dengan menyeret kaki, ia melangkah memasuki kamar mandi. Setelah mencuci wajah dan menyikat gigi, Jingga keluar dan duduk di sofa kamarnya.

Jantungnya berdebar, saat melihat sebuah kantung kertas berukuran sedang. Di dalamnya ada sebuah buku yang berisi catatan milik ayah kandung Jingga. Ketika Kalani memutuskan untuk pergi ke Bandung, Jingga menceritakan proses terapi yang sedang ia lakukan bersama dokter Park pada sang bunda. Jingga pun memohon pada beliau, untuk memberitahu mengenai ayah kandungnya.

Sang bunda kaget lalu menangis saat mendengar kenyataan, kalau anak semata wayangnya melupakan masa kecil bersama sang ayah. Menurut beliau, keluarga ayahnya mengatakan kalau Jingga masih mengingat masa kecilnya.

"Enin yang bilang waktu mengunjungimu di rumah sakit dulu. Bunda masih syok saat itu, jadi tidak bisa menemanimu," ujar sang bunda lewat telepon beberapa hari yang lalu, sebelum Jingga ke Bandung. "Enin bilang, tidak ada perubahan apapun. Meski hasil CT Scan memperlihatkan ada luka, tapi beliau bersikukuh kamu baik-baik aja.

"Maaf, sampai kamu melupakannya. Nanti kalau ke Bandung, bunda akan memberikan benda milik ayah kandungmu. Semoga bisa membuatmu teringat lagi dengannya."

Dengan tangan gemetar, Jingga mengambil sebuah buku yang tampak usang. Berhati-hati, ia buka lembar demi lembar. Isinya berupa catatan, lebih tepatnya buku harian sang ayah. Kebanyakan, menceritakan mengenai Jingga. Saat ia lahir hingga hari pertama masuk sekolah.

Buku harian itu berakhir, tanpa peringatan apapun dari ayahnya. Kemungkinan besar, sang ayah meninggal bukan karena sakit. Bahkan, tulisan terakhir berisi tentang memberikan kejutan pada Jingga.

Pintu kamar Jingga diketuk, saat ia hendak membuka buku milik ayahnya yang lain. Tidak ingin Kalani mengetahui keberadaan buku itu, Jingga mengembalikannya ke tempat semula sebelum membuka pintu. Akan tetapi, bukan Jingga saja yang memiliki rahasia.

***

Sore itu, Jingga memiliki janji untuk bertemu dengan dokter Park. Ia memang memberitahukan pada psikiater itu, mengenai kepergiannya ke Bandung bersama Kalani. Namun karena jadwal praktek yang cukup padat, Jingga baru bisa menemuinya tiga hari setelah kepulangannya dari Bandung.

"Jingga."

Bulu kuduk Jingga masih meremang, tiap kali suara itu memanggil namanya. Hingga sekarang, ia masih belum menemukan penyebabnya. "Ya?"

"Kita jarang sekali bertemu sekarang," ujar Raiden dengan nada ceria. "Gue harus jadi klien lu kayaknya, biar bisa ngobrol kayak dulu lagi."

"Ada perlu apa?"

Displacement [END]Where stories live. Discover now