AXIS 48

1.4K 177 6
                                    

Kalani memijit pangkal hidung beberapa kali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalani memijit pangkal hidung beberapa kali. Kedua kelopak matanya terasa berat. Secangkir Espresso yang kabarnya bisa menghilangkan kantuk, tetap tidak menyelesaikan masalah. Ditambah lagi, ia baru saja melakukan tindakan operasi selama 8 jam.

Kalani menyandarkan badan pada kursi di ruangannya. Semalaman ia terjaga, nemperhatikan Jingga yang tertidur lelap. Sempat tergoda untuk berada di sebelah wanita itu. Namun, resiko terlambat ke rumah sakit membuat ia urung melakukannya.

Kalani mengingat lagi kejadian saat tertidur memeluk Jingga di ruangan milik psikolog medis itu. Untuk pertama kali ia merasakan nyaman bersinggungan tanpa jarak dengan orang lain. Bahkan membuatnya tertidur nyenyak, jika saja Raiden tidak membangunkannya.

Ponsel Kalani berbunyi sesaat setelah ia memutuskan untuk mengistirahatkan kedua indera penglihatannya. Nama Jingga tampak di layar. "Assalaamualaikum."

"Walaikumussalaam. Masih di rumah sakit?"

"Ya."

"Sudah selesai tindakan?"

"Ya."

"Tadi sebelum pulang, mom meminta kita untuk berkunjung ke sana. Kalau bisa hari ini."

"Aku masih ada tindakan operasi. Dua puluh menit lagi."

"Kalau begitu, aku akan bilang sama mom."

"Masih di rumah sakit?"

"Ya. Nunggu dokter Mulya selesai melakukan tindakan. Bedah kecil. Mungkin sebentar lagi selesai."

"Hmm ...."

"Kamu kenapa?"

"Hanya ingin memejamkan mata sebentar."

"Istirahat aja dulu."

"Tidak bisa. Kalau aku ketiduran nanti terlambat melakukan tindakan."

"Bagaimana kalau kutemani?"

"Maksudmu?"

"Jangan tutup telponnya. Nanti lima atau sepuluh menit lagi, aku bangunkan. Bagaimana? Bukankah lebih berbahaya kalau kamu ketiduran saat melakukan tindakan?"

Lesung pipi Kalani menampakkan diri. "Jangan tutup telponnya."

"Oke."

Kalani mengambil earpod miliknya, meletakkan di telinga, lalu menyimpan ponsel di meja. Kemudian, kedua matanya terpejam. Ia memang butuh istirahat sekarang.

Jam menunjukkan pukul 9 lewat 10 menit saat Jingga membangunkan Kalani lewat telepon. Setelah mengucapkan terima kasih pada Jingga, Kalani bergegas keluar ruangannya menuju ruang tindakan operasi di lantai 2.

Memang godaan untuk tidur belum sepenuhnya hilang, tetapi setidaknya ia merasa lebih segar. Di dalam lift, ia berpapasan dengan Mentari yang baru masuk di lantai 9.

Displacement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang