AXIS 11

1.9K 192 3
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jingga mengikuti Kalani memasuki sebuah lift. Kalani menekan tombol lantai paling atas—roofto­p­—di mana helipad berada.

Jingga sedikit mencuri pandang pada Kalani yang tidak terbaca ekspresinya sama sekali. Pandangannya tertuju pada tangan Kalani yang mengenakan handscoon. Benarkah ia mysophobia?

"Ikut saya," ucap Kalani setelah pintu lift terbuka. Ia melangkah mendahului Jingga.

"Kalau saya tidak mau?" tanya Jingga sengit.

"Saya paksa."

"Bagaimana caranya? Dengan menyeret dan memegang tangan saya?" sahut Jingga sinis. "Anda tidak akan berani melakukannya."

"Ada cara lain."

"Apa? Saya ingin tau!"

Kalani berlalu dari pandangan Jingga. Ia berjalan melewati pintu keluar yang menghubungkan gedung rumah sakit dengan helipad.

Kalani tidak peduli apakah Jingga mengikutinya atau tidak. Ia tau, wanita itu tidak punya pilihan lain selain mengekorinya keluar gedung.

Dada Jingga naik turun tak beraturan dengan kedua tangan mengepal di samping. Netranya tampak menyala menatap Kalani yang masih berdiri membelakanginya.

"Detail perni—"

"Saya tidak mau!"

"Tidak terima penolakan."

Jingga mengampiri Kalani yang langsung menjaga jarak ketika ia sudah berada di dekatnya. "Saya bukan benda mati tanpa perasaan. Seenaknya saja meminta saya menikahi Anda hanya karena pemberitaan yang tidak Anda klarifikasi sendiri."

"Anda bisa."

"Saya yang harus klarifikasi? Hello! Bagaimana saya bisa mengingat kejadian tadi malam? Anda pikir saya tidak syok setelah mengalaminya?" sahut Jingga setengah berteriak. "Anda yang harusnya mengklarifikasi!"

"Saya tidak percaya."

Kedua alis Jingga menaut. "Apa yang tidak Anda percaya?"

"Anda syok."

"Anda pikir kejadian tadi malam menyenangkan bagi saya? Saya—"

"Anda di sini."

"Saya ada pekerjaan, Dok!"

"Baik." Kalani beranjak meninggalkan Jingga. Baru beberapa langkah Kalani berjalan, ia membalikan badannya dan berkata,"Suratnya besok."

"Surat? Surat apa?"

"Surat perjanjian pernikahan."

"Maksud Anda apa?"

"Pernikahan kontrak. Kita."

Displacement [END]Where stories live. Discover now