AXIS 34

1.5K 156 13
                                    

Kalani mengembuskan napas panjang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalani mengembuskan napas panjang. Salah satu tangan siap mengetuk pintu kamar Jingga, sementara tangan yang lain disembunyikan di dalam saku celana panjangnya. Sudah seminggu, wanita itu menyendiri di dalam kamar. Meski Jingga mengaku sudah melupakan kejadian itu, tetapi rasa khawatir perlahan menyusupi Kalani.

"Jingga," panggil Kalani seraya mengetuk pintu kamar, "kamu sudah bangun?"

"Ya."

"Sudah sarapan?"

"Sebentar lagi."

Kalani memikirkan hal apalagi yang akan dibicarakan dengan Jingga. Kemampuannya berkomunikasi dengan orang lain terbatas hanya dalam dunia pekerjaan. Itu pun hanya sedikit yang dikatakan, terkecuali berkaitan dengan detail diagnosis atau prosedur tindakan serta perawatan pasien. Selebihnya, ia lebih banyak bungkam.

Merasa tidak menemukan topik pembicaraan yang bisa membuat wanita itu keluar kamar, Kalani beralih menuju dapur. Ia membuka kulkas, mencari bahan makanan untuk dimasak. Betapa terkejutnya pria itu, saat menemukan kulkas penuh dengan bahan makanan dan makanan siap santap.

Seingatnya, Jingga tidak keluar kamar untuk berbelanja atau memasak. Kalani kembali ke depan kamar Jingga. "Jingga, kulkas penuh."

"Iya. Kemarin mom ke sini."

"Mom?"

"Hanya di lobi. Mom paham kamu."

Perasaan aneh lain dirasakan oleh Kalani. Namun, ia tidak bisa menyimpulkan. Pria berkacamata itu sempat menimbang untuk membicarakannya pada Jingga. Akan tetapi, menjabarkan apa yang dirasakannya pun sulit.

"Kamu masih marah?"

Hening sesaat. "Tidak."

"Lalu kenapa menghindar?"

"Aku banyak kerjaan, Kalani."

Kalani memasukan tangan kanan ke dalam saku celana, disusul telunjuk tangan kiri membetulkan letak kacamata bergagang cokelatnya. "Sampai tidak keluar kamar menemuiku?"

"Banyak yang harus aku cek ulang."

"Kamu menemui mom."

"Beliau ingin berkunjung. Aku meluangkan waktu."

"Untukku?"

"Kamu ada operasi besar hari ini 'kan?"

Kalani tertegun. "Kamu tau?"

"Ya. Kamu memundurkan jadwal konsultasi beberapa klienku."

"Siapa yang—"

"Sarapan. Ada roti dan kopi tinggal dituang ke cangkir. Mom membawakan Ontbijtkoek¹," potong Jingga. "Di oven ada Mac and Cheese. Kibbeling², baru aku goreng tadi Subuh. Mom yang membumbuinya, aku hanya tinggal goreng. Sudah ada di kotak bekalmu.

"Kalau butuh makanan lain, aku bikin Falscher Hase³. Ada di kulkas. Bawa saja ke rumah sakit. Mungkin operasimu sampai malam. Atau mungkin besok. Kamu bisa—"

Displacement [END]Where stories live. Discover now