AXIS 32

1.4K 155 9
                                    


Jingga berjalan bolak balik di ruangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jingga berjalan bolak balik di ruangannya. Dia kehabisan akal. Setelah kemarin Kalani mendatangi ia dengan tatapan murka, usul untuk memberikan kenangan terakhir bagi Tuan Kang tadi pagi pun ditolak. Ditambah lagi, Kalani mendiamkannya sepanjang perjalanan menuju rumah sakit.

Sejak kepulangannya, sikap Kalani mudah sekali berubah. Ibarat air di daun talas. Jingga pun kesulitan menghadapinya.

"Kenapa lu? Udah kayak setrikaan aja?" tanya Raiden memandang bingung Jingga.

"Bantu aku pikir cara."

"Cara apa?"

"Cara membuat kenangan untuk Tuan Kang dan anak-anaknya." Jingga menghentikan kegiatannya. "Aku tau waktu hidup beliau tidak akan lama. Tapi, setidaknya kita bisa membuat sebuah kenangan. Sebelum ...."

Raiden mengangkat kedua alisnya.

"Ya ... pokoknya, kita harus membuat atau mewujudkan sesuatu yang membahagiakan Tuan Kang."

"Udah bicara sama keluarganya?"

Jingga mengangguk. "Kemarin Daeho banyak bercerita mengenai rencana ia dan adik-adiknya buat bikin acara. Hanya saja ...."

"Kenapa?"

Jingga mengigit bibir bawahnya. "Dokter van der Berg udah selesai operasi belum ya?"

"Entahlah. Coba cek aja."

Jingga bergegas meninggalkan Raiden menuju jajaran ruang operasi berada di lantai 2. Sayap rumah sakit yang jarang bahkan tidak mau ia pijak lagi. Apa pun alasannya. Akan tetapi, demi mewujudkan keinginan keluarga kliennya, ia harus bisa melewati koridor panjang dihadapannya.

"Siang, Dok. Ada konsul di sini?" sapa seorang perawat yang berdiri di dekat papan jadwal operasi.

"Dokter van der Berg sudah selesai operasi?"

Perawat itu mengamati papan jadwal. "Dijadwal tertulis operasi berlangsung dua jam setengah. Tapi, ini sudah hampir tiga jam. Mungkin sebentar lagi."

Jingga ikut memperhatikan papan jadwal operasi. Dalam sehari, Oriona setidaknya memiliki 10 operasi yang terjadwal. Belum lagi ditambah operasi darurat.

"Dokter van der Berg mulai sering mengoperasi bersama dokter Visser lagi," celetuk perawat itu. "Terutama akhir minggu ini."

Akhir minggu yang berarti saat Jingga sedang berada di Seoul. Ia menelusuri lagi jadwal operasi untuk besok dan mendapati nama Mentari di jadwal operasi dini hari. Bersama Kalani.

"Dok?" tegur perawat. "Apa perlu saya masuk ke ruangan operasi memberitahu dokter van der Berg kalau Anda—"

Jingga berdeham. "Tidak perlu. Nanti saja. Terima kasih atas informasinya."

Jingga membalikan badan, bergegas mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi Raiden.

Tidak sampai setengah jam, permintaan Jingga untuk mengadakan acara makan malam di balkon dekat ruang perawatan Tuan Kang mulai terwujud. Raiden—dibantu David—menyiapkan meja, kursi, dan tidak lupa makanan khas Korea.

Displacement [END]Where stories live. Discover now