AXIS 10

2K 185 7
                                    

Jingga memilih untuk menyingkir dari hadapan Kalani, setelah menolak usulannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jingga memilih untuk menyingkir dari hadapan Kalani, setelah menolak usulannya. Meskipun ia tau Kalani bisa menyelamatkannya dari perjodohan. Lebih baik menerima perjodohan itu, daripada menyetujui usul Kalani.

Menit berikutnya, Jingga sudah disibukan dengan berbagai jadwal konsultasi kliennya. Awalnya, ia sudah tidak menghiraukan tatapan atau bisikan orang-orang di sekitarnya. Namun semakin bergulirnya waktu, Jingga merasa tidak nyaman. Hingga memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan di dalam ruangannya.

"Kayaknya ada yang sibuk banget hari ini sampe gue ngehubungi lu masuk ke pesan suara mulu."

Jingga yang sedang menekuni pekerjaannya mendongkak. "Agnes? Masuk. Bukannya lu tadi ke hotel?"

"Ya. Tapi, diusir laki gue," jawab Agnes seraya melangkah ke dalam ruangan Jingga. "Dia minta gue buat nemenin lu."

"Tunggu. Apa ada hubungannya sama berita aku dan Kalani?"

"Awalnya bukan karena itu sih." Agnes duduk di hadapan Jingga. "Karena kejadian tadi malem. Waktu dua orang pria asing itu—"

"Aku gak nyangka Kalani yang nolong malem itu," potong Jingga. "Bahkan tangannya sampai ...."

"Memar," lanjut Agnes. "Gue pikir sikap dia itu udah paling aneh dengan segala produk sterilisasinya. Ternyata, menerjang orang asing lebih aneh lagi.

"Tau sendiri dia super bersihnya kayak apa. Ini sampe mukul orang lain. Dua kali lagi. Gak pernah terlintas dalam pikiran gue kalo dia bisa kayak gitu.

"Belum lagi dia telpon tengah malam, minta gue ke apartemen lu. Hanya buat mastiin lu baik-baik aja. Ibu mertua sih enggak kaget. Entah ya, mungkin feeling ibu."

"Sebentar. Kalani kenapa ngehubungin lu dan yakin kalo kita kenal?"

"Laki gue yang spill. Tau 'kan dia tau urusan yang ada di sini," jawab Agnes. "Meskipun berita tadi malem ngagetin dia dan ayah mertua gue."

"Ayah mertua?"

"Lu gak ketemu beliau ya tadi? Beliau kemari. Bukan karena rumor kalian kencan. Tapi, karena atasan ajaib lu mukul orang. Mana pernah dia kayak gitu."

"Kakak ipar siapa coba?" sahut Jingga. "Berarti ... pria paruh baya yang aku liat tadi pagi, ayah Kalani?"

Agnes mengangguk. "Ya. Dad termasuk jarang berkunjung kemari karena permintaan anak sulungnya yang ajaib itu. Dia gak mau kerjanya diawasi langsung dad. Padahal ini masih berada dibawah pengawasan beliau.

"Hanya karena telpon di tengah malam itu, dad jadi cemas. Kebetulan gue sama laki gue lagi ada di rumah mertua. Jadi, waktu kakak ipar gue yang ajaib itu nelpon laki gue, satu rumah tau."

"Lu kenapa gak pernah nyebut nama Kalani? Anti?"

Agnes terkekeh. "Gue biasa manggil dia Aqlan. Bingung entar lu kalau gue nyebutnya Aqlan."

Displacement [END]Where stories live. Discover now