AXIS 9

1.9K 207 13
                                    

Secangkir kopi hangat mengepulkan asap di hadapan Jingga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Secangkir kopi hangat mengepulkan asap di hadapan Jingga. Tak lupa, aroma roti mentega panggang mengisi unit apartemennya yang berantakan.

"Minum dulu."

Jingga hanya mengerjapkan kedua matanya.

"Kenapa lu?"

"Lu belom jawab pertanyaanku, Nez."

Agnes menghela napas. "Lu bener-bener gak inget kejadian tadi malam?"

Jingga termenung. Ia hanya dapat mengingat kalau dirinya pulang kerja, lalu didekati dua orang pria asing. Tatapan mesum disertai seringai jahat masih bisa diingatnya. Ia pun bergidik.

"Minum dulu gih."

Jingga menuruti permintaan sahabatnya. Ia menyeruput sedikit kopi di hadapannya.

"Masih aja suka berantakan dimana-mana. Tapi, lebih baik sih," ujar Agnes sambil memerhatikan sekelilingnya. "Cuma emang gak gaya lu banget sih. Apa gaya lu menata ruang udah berubah?

Atau ... ada yang bantu ngerapiin?"

"Enggak ada."

Agnes menatap menyelidik. "Yakin?"

"Aku masih single, Nez."

Lawan bicaranya itu tergelak. "Siapa yang mencurigai kalo lu udah punya pasangan. Mana tau 'kan ada cleaning service yang bantu beresin unit lu. Iya gak?"

Jingga memejamkan mata seraya mengigit bibir bawahnya.

"Atau emang ada cowok yang bantuin beresin?"

"Nez ...."

"Oke. Gue gak bakal bahas lagi."

"Sekarang lu jawab pertanyaanku. Kenapa bisa ada di sini?"

Agnes menatap lurus Jingga. "Sebelum gue jawab, lu inget kejadian—"

"Aku inget, Nez. Sedikit. Setidaknya sampai kedua pria asing itu ...."

"Enggak apa-apa kalo lu belom mau cerita."

"Mereka narik kerudungku," lanjut Jingga. "Setelahnya aku cuma bisa teriak minta tolong. Dan ada yang nolong. Hanya gak tau siapa."

"Karena ...?"

"Aku tutup mata, Nez." Jingga mengembuskan napasnya. "Aku gak tau siapa yang nolong, tapi suaranya gak asing. Tapi, kalo dipikir lagi ... entahlah. Aku gak mau duga itu siapa.

"Yang penting Allah masih nyelamatin aku lewat orang itu dan aku ada di sini. Duduk di hadapan lu. Kalo enggak, mungkin aku tinggal nama."

Agnes menyimak penuturan sahabatnya, seraya memainkan jari tangannya. "Kerjaan lu banyak ya sampe pulang nyaris tengah malam?"

"Aku nunggu operasi salah satu pasien. Biasa, buat pemeriksaan paska operasi."

"Gak bisa nunggu besoknya?"

Displacement [END]Where stories live. Discover now