30. *KKK*

1.8K 161 10
                                    

Khanza tertawa hambar dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya, kepalanya juga menggeleng tegas tak ingin percaya dengan apa yang diucapkan oleh Carlos.

"Lo bohong! Hiks,"

"Lo kuat Za, gue yakin itu! Cukup jadi Caca dan Acha selama ini! Lepasin nama itu semua, gue nggak mau lo jadi lemah kayak gini! Dan kkhlasin mereka, gue yakin lo bisa."

"Ta-tapi gue belum bahagiain mereka hiks."

"Tuhan adil Za, dia nggak mau mereka sakit, dia nggak mau anak-anak lo rasain kejamnya dunia ini."

"Lo tau Za, kenapa selama ini gue nggak pernah manggil lo dengan sebutan Caca atau Acha?" Khanza menggelengkan kepalanya pelan.

"Karna menurut gue, dua nama itu hanya nunjukin sisi lemah lo. Gue mau Khanza, bukan Caca ataupun Acha. Gue mau lo yang dulu! Mana Khanza si wakil ketua mafia? Mana si ratu yang di takutin semua orang? Dia kemana Za?"

"Anak lo udah tenang di sana, yang perlu lo lakuin cuma satu Za, ikhlas!"

"Lo mau mereka sedih karna liat ibu-nya sedih juga?" Khanza menggelengkan kepalanya, dia mencerna semua kalimat yang keluar dari bibir Carlos.

Memang benar, saja dia menggunakan nama Caca dan Acha, semua yang ada di dalam dirinya seakan berubah. Manja, childish, dan cengeng. Itu bukanlah sifat aslinya.

"Gue akan ikhlasin mereka!" tegasnya.

Carlos memeluk tubuh mungil Khanza, sangat sakit memang jika harus berpisah dengan sesuatu yang kita sayang padahal kita belum melihat sesuatu itu.

Khanza sangat susah melupakan sesuatu, dan Carlos yakin jika Khanza akan menyakiti dirinya jika dia sendiri.

Khanza itu psikopat berdarah dingin. Banyak kebohongan di dalam hidupnya yang akan membuat semua orang membencinya.

Carlos.

Satu nama yang mengetahui seluk beluk Khanza.

"Mau bantu gue bales dendam?"

"Kapan gue nolak permintaan lo hmm?"

---

Carlos

Khanza mask rmh skit Bu
Asmanya kmbuh

Gabriella dengan cepat mengambil kunci mobilnya yang berada di atas meja, kemudian berjalan keluar dari mansion oma Rere, membuat semua orang menatapnya bingung.

"Kamu mau kemana?" cegat Aja.

"Acha masuk rumah sakit, asmanya kambuh." jawab Gabriella dengan raut wajah khawatir.

"Kita ke sana!" ujar opa Rey tak terbantahkan.

Sejak kemarin mereka memang berada di mansion oma Rere, karena keberadaan Khanza semalam tidak ditemukan.

Beberapa menit melewati jalan yang tidak macet, akhirnya mereka sampai di rumah sakit Alaric.

"Permisi sus." kata Gabriella pada suster itu.

"Iya bu, ada yang bisa saya bantu."

"Pasien atas nama Khanza."

"Sebentar yah bu."

"Cepetan!" sentak Gabriella.

"Bubu tenang." Gibran yang berada di samping Gabriella mengelus bahu ibunya.

"Atas nama Khanza Albbiyanca, dia di ruang VVIP di lantai tiga nomor satu."

Tanpa mengatakan apapun, Gabriella langsung berlari. Begitupun yang lainnya.

KHANZA -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang