15.Perkara Baju

Comincia dall'inizio
                                    

"Gue ga dibawain baju ganti sama bunda. Masa koper gue isinya baju haram semua. Ga mungkin kan gue pake tuh baju. Nanti lu khilaf, kan bisa berabe." Michel menunjukkan baju-baju itu ke hadapan Devano.

"Najiss, gue khilaf juga pilih-pilih kali. Mana nafsu gue sama badan krempeng kayak lu. Body kaya lidi aja blagu. Mana rata semua lagi." Cerca Devano meremehkan.

"Mulut lu minta di geprek emang. Filter dulu napa kalau mau ngomong! Dikira ga nyesek apa?" Michel menggerutu sebal. Mimpi apa ia semalam sampai punya suami laknat macam Vano. Benar-benar musibah.

"Kok marah? Kenapa, kena mental? Berarti bener dong apa yang gue bilang?" Devano tersenyum smirk. Ia sengaja memancing emosi Michel. Entahlah, ia sangat suka ketika Michel sedang menggerutu tak jelas seperti sekarang. Benar-benar lucu, ehh??

Michel sudah kepalang kesal. Tanpa izin dari sang empu, ia mengambil kaos Devano. Setelah itu ia memasuki kamar mandi untuk mengganti baju.

Belum sampai dua menit, Michel keluar. Masih dengan gaun yang melekat pas ditubuhnya. Dengan sedikit ragu, Michel berjalan mendekati Devano. Ia duduk di tepi ranjang dan menghadap Devano yang sama sekali tidak menatapnya.

"Dev." Panggil Michel, tapi sama sekali tidak mendapat respon dari sang empu.

"Devan, berhenti bentar gue mau ngomong." Michel menggoyang-goyangkan lengan Devano.

Dengan sangat malas Devano menoleh ke arah Michel. Ia menaikan sebelah alisnya seolah bertanya "ada apa?"

"B-bantuin gue buka resleting gaunnya. Tadi gue udah nyoba buka sendiri, tapi tangan gue ga nyampe." Meski ragu, Michel tetap nekat meminta bantuan Devano.

"Kalau gue gamau, lu mau apa?" Tantang Devano dengan wajah songong andalannya.

"Ya Allah, dev. Gue cuma minta tolong buat bukain resleting gaun gue doang. Masa gitu aja lu gamau sih? Ga berperikeistrian banget." Sindirnya.

"Ckk, yaudah sana hadap depan!" Devano memutar badan Michel agar memunggunginya.

"Bentar, lu punya slayer atau apa gitu?" Tanya Michel mencegah tangan Devano yang hendak melepas resletingnya.

"Buat apaan? Ga punya gue." Jawab Devano sedikit bingung dengan pertanyaan Michel.

"Tunggu bentar." Michel berlari dan mencari sesuatu didalam kopernya. Setelah menemukan apa yang dicarinya ia kembali menemui Devano.

"Itu buat apaan, anjirr?" Devano mencium aroma-aroma tidak mengenakan. Pasti sebentar lagi Michel akan berulah.

"Gue harus mastiin kalau lu ga bisa ngintip. Makannya, lu harus tutup mata lu pake ini. Nanti kalau gue udah masuk kamar mandi baru deh lu boleh lepasin." Jelas Michel dengan tampang tak berdosanya.

"Yang bener aja, masa gue harus tutup mata gue pake begituan sih? Ga ada yang lain apa?" Devano menatap benda asing yang disodorkan oleh Michel.

"Ga ada Dev, masalahnya ini urgent. Udah deh gausah banyak protes. Tinggal pake aja apa susahnya sih. Sini gue pakein." Michel tidak memberi celah Devano untuk protes. Devano hanya bisa pasrah dan membiarkan Michel melakukan hal gila ini.

Michel mati-matian menahan tawanya yang ingin meledak

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


Michel mati-matian menahan tawanya yang ingin meledak. Lihatlah betapa tersiksa nya Devano. Si ketos yang disegani seluruh siswa SMA Antariksa itu tidak ada harga dirinya jika sudah bersama Michel.

"Bener kata orang, terlalu kreatif juga ga baik." Batin Devano.

"Harus banget nih mata gue ditutup pake ginian? Lepas aja deh." Pinta Devano.

"No!! Lu boleh lepasin itu nanti, sekarang lu bukain dulu resleting gue." Ucap Michel yang sudah duduk manis dihadapan Devano.

"Gimana cara bukanya? Mata gue ditutup bego." Kata Devano kesal.

"Yaudah sih tinggal diraba aja apa susahnya?" Timpal Michel

"Jangan salahin gue kalau gue ga sengaja ngeraba yang lain. Salah lu sendiri kenapa pake acara tutup mata gue segala." Ucap Devano memperingati.

"Gue colok mata lu!" Ancam Michel.

Tanpa mengindahkan ucapan Michel. Tangan Devano mulai meraba punggung Michel. Secara perlahan tangannya mulai naik untuk mencari resletingnya. Setelah selesai membukanya Michel segera berlari ke kamar mandi untuk mengganti baju.

"IYA SAMA-SAMA!!" teriak Devano yang berniat menyindir Michel.

"MAKASIH DEVAN JELEK!!" Kata Michel yang peka bahwa Devano sedang menyindir nya karena belum mengucapkan terimakasih setelah membantunya.

***


Tak lama setelah itu Michel pun keluar dari kamar mandi. Ia sudah selesai mandi dan membersihkan diri. Sekarang giliran Devano yang mandi.

Karena merasa suntuk, Michel pun mempunyai ide untuk membuka semua kado yang ia terima. Tapi, matanya lebih tertarik pada sebuah buket bunga yang menarik perhatiannya.

Tanpa pikir panjang Michel berjalan mendekati buket tersebut

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Tanpa pikir panjang Michel berjalan mendekati buket tersebut. Tangan mungilnya terulur untuk mengambil buket itu dan melihat isinya.

Sebelah alis Michel terangkat, ia merasa sangat asing dengan barang ini. Sebelumnya, ia belum pernah melihatnya. Lalu apa fungsi dari barang ini?

Saat Michel ingin searching di google apa fungsi dari barang ini. Tapi, bersamaan dengan itu Devano keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Ia hanya mengenakan kolor. Roti sobeknya sungguh menggoda iman. Apalagi saat Devano mengacak rambutnya yang masih basah. Behh, kalau kata anak jaman sekarang sih berdamage.

Oke, back to topik.

Karena mager untuk mencari tau apa fungsi barang ini di google. Michel memutuskan untuk bertanya pada Devano.

"Dev, ini apaan? Permen karet?" Tanya Michel kelewat polos.

Kalian tau siapa pemberi buket bunga itu? Sudah bisa dipastikan Farel lah orangnya.

***

Huwaa gimana part ini?

Agak random, tapi gapapa.

Maaf ya kalau kalian kurang puas sama part ini.

Jangan lupa share cerita ini ke temen kalian, biar bisa baca bareng wkwk

Jangan lupa vote dan komen ya? Karena vote dan komen itu gratiss!!

Oke, segini dulu ya guys

See you next time:)

Strong Girl Michella (END) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora