where

1.4K 186 4
                                    

Jennie duduk melamun di bangku penumpang taxi yang ia tumpangi.

Menatap kearah luar jendela, dengan tatapan kosong. Pikiran nya melayang membayangkan bagaimana reaksi Lisa setelah mengetahui jika mereka adalah saudara se ayah.

Jennie sejujurnya sadar jika dia telah mengecewakan lagi Kim Hera ibunya hari ini, sesekali akan terdengar helaan nafas berat dari bibir mungil nya.

Jalanan terlihat cukup padat siang ini, karna beberapa pekerja kantor pasti juga akan istirahat untuk makan siang.

lima menit lagi taxi yang membawa nya akan sampai ke tempat tujuan  yaitu gedung sekolah tempat ia menuntut ilmu.

"CK iya sabar"

Jennie tersentak ketika pengemudi taxi mengumpat kesal karna terkejut dengan kedatangan mobil pemadam kebakaran meraung Raung memekakkan telinga memaksa agar di beri jalan.

Di susul beberapa ambulance yang tak kalah semarak.

"Apa yang terjadi?" Tanya Jennie pada sopir taxi.

"Ah maaf non, sepertinya ada kebakaran " jawab sang sopir ramah.

"Kebakaran? Terlihat sangat serius" gumam Jennie dengan alis bertaut.

"Non, seperti nya gedung sekolah ini ada yang terbakar" seru sang sopir melirik keluar jendela dan melihat kepulan asap hitam dari dalam gerbang sekolah.

Jantung nya berdegup kencang, seperti akan mengoyak rongga dada, perasaan gelisah yang ia rasakan bahkan tak terkira rasa nya.

Jennie yang gugup meremas jari jemari lentik nya. Semakin dekat dengan gedung sekolah, ia semakin takut.

Jennie tidak tau harus merespon seperti apa, perasaan takut menyergap hati nya. Kemungkinan terburuk menghantui benak nya.

Setelah taxi berhenti tepat di depan gerbang, Jennie segera melompat keluar dan membayar menyerahkan semua uang yang ia genggam hingga remuk tanpa berpikir sama sekali.

Jika biasanya hanya cukup dengan selembar uang untuk membayar taxi, Jennie bahkan memberi sepuluh kali lipat karna sangking panik nya.

Sang sopir hanya bisa termangu menatap uang berkerut di genggaman nya, sebelum sempat menghentikan Jennie yang sudah menghilang berlari sekuat tenaga mencari tau apa yang terjadi.

Kepulan asap besar di salah satu gedung itu menjadi petunjuk untuk Jennie.

Ia bisa langsung menebak jika itu adalah gedung perpustakaan.

Dari kejauhan Jennie melihat seorang pemadam kebakaran yang berada di atas tangga dengan seseorang yang pingsan di pelukan nya, tangga itu perlahan turun.

Jennie bisa melihat seluet sahabat nya si rambut pirang Rose yang terisak di pelukan Jisoo.

Keduanya sama-sama menangis.

"Unnie, Rose ya, ap ap apa yang terjadi, apa kalian terluka?" Tanya Jennie khawatir setengah hidup.

"J je Jennie" baik Rose dan Jisoo yang sebelumnya terkejut langsung memeluk Jennie melepas rindu.

"Unnie, Lisa, Li Lisa" adu Rose putus putus menunjuk ke jendela yang mengeluarkan kepulan asap pekat, gadis itu bahkan enggan menengok kesana hanya menenggelam kan wajah nya di ceruk leher Jennie menangis berduka.

Jennie yang sadar jika ada seseorang lagi yang belum terlihat, langsung menahan nafas sepersekian detik.

Tubuh nya bergetar, ketakutan menatap risau gedung yang di kuasai api besar.

Jennie mendorong kedua nya menjauh dari tubuh mungil nya.

"Lisa dimana?" Satu pertanyaan menuntut  kedua sahabatnya yang enggan berkata kata.

"KATAKAN Lisa DIMANAAAA" bentak Jennie mengguncang tubuh Jisoo dan Rose bergantian.

Air mata Jennie luruh, hati nya menyangkal mati-matian apa yang ada di pikiran nya.

"unnie, Rose ya, ku mohon, katakan Lisa Dimana, ADIKKU DI MANA??" Jennie berteriak frustasi di ujung kalimat, menyuarakan betapa ia butuh jawaban tentang adik nya.

Rose tertunduk semakin terisak, ia tak berani menatap ke arah Jennie yang seperti akan membunuh nya jika ia jujur.

"Kenapa kalian hanya diam, Lisa adalah adikku, di mana diaaaa" Jisoo menatap Jennie tidak percaya, namun tatapan tajam penuh luka itu seolah menjadi jawaban terjujur yang pernah ia lihat.

Jisoo pasrah ketika Jennie terus mengguncang pundak nya, ia hanya bisa bertahan agar tetap berdiri karna tubuh nya sendiri lemas kehilangan banyak tenaga.

"Jen, Lisa masih di dalam" balas Jisoo tanpa daya dengan suara lemah penuh kesakitan.

Mendengar jika adik nya terjebak di gedung perpustakaan itu, Jennie bungkam, terhuyung beberapa langkah kebelakang, menggeleng kepala dengan tatapan kosong.

"Andwe, adikku baik-baik saja. Kalian jangan berbohong, Jisoo Unnie tidak baik berbohong dalam keadaan seperti ini" Jennie terkekeh dengan canda berusaha menghibur diri.

Rose mendongak melihat tatapan hancur di mata kucing yang biasanya tajam.

Rose menggeleng, menyangkal mengatakan jika yang Jisoo katakan adalah benar.

"Jisoo Unnie tidak berbohong" sangkal nya lirih.

Rose melangkah maju untuk menarik Jennie dalam pelukan nya, namun Jennie dengan kasar menepis tangan gadis berhati lembut itu.

"Tidak, jika benar dia ada di dalam kenapa kalian disini, arra, jika kalian tidak mau menyelamatkan nya, maka aku akan menyelamatkan Lisa, karna Lisa adalah adikku" tekad Jennie menyemburkan kalimat tajam ke arah Jisoo dan Rosie.

Kedua nya turut terluka merasakan jika kesalahan ini juga ada pada keduanya. Lisa datang menyelamatkan mereka, tapi berakhir terjebak di sana.

Jennie menjadi hilang akal, ia hendak berlari menerobos masuk kedalam perpustakaan, namun semua orang yang sudah mendengar keributan yang Jennie buat sebelumnya.

Ia menjadi perhatian, Jisoo dengan cepat memeluk pinggang nya sekuat tenaga, beberapa orang menahan tangan gadis itu yang terus memberontak seperti orang kerasukan.

"BIARKAN AKU MENOLONG ADIKKU, KU MOHON LEPASKAN, DIA ADIKKU, KU MOHON LISA ADIKKU MASIH DI DALAM, BIARKAN AKU MENYELAMATKAN NYA yaakkkk" teriak Jennie histeris meluapkan kepedihan yang begitu nyata.

Meronta-ronta memukul mereka yang mencoba menahan gerak tubuh nya.

Jennie menggila, terus berteriak memohon kepada siapa saja yang mau menyelamatkan adik nya.

"Jen, ku mohon jangan seperti ini, kau hanya akan menyakiti diri mu sendiri" Jisoo beseru menggeram dengan suara serak kesakitan. Ia terluka melihat Jennie seperti kehilangan diri nya sendiri.

"Kau ingin aku bagaimana?, Aku sungguh akan gila Unnie, ini akan menjadi penyesalan tanpa akhir bagi ku" Isak Jennie meremas dan memukul dada nya yang sesak.

Harapan bisa memeluk Lisa dan membawa gadis itu agar hidup bahagia bersamanya sebagai keluarga seolah turut hangus bersama tragedi hari ini.

Orang-orang yang menyaksikan betapa hancur keadaan Jennie juga turut merasakan pilu.

Nei gadis pembully yang turut andil sedikit membantu hari ini, terduduk lesu memandangi jendela dengan penuh harap.

Manatap dengan linangan air mata di wajah nya, mengingat salah satu sahabat nya Einji juga masih berada di dalam sana.

Hari itu adalah hari terburuk yang sekolah mereka alami selama berdirinya sebagai sekolah elit terbaik.

Sepuluh mobil pemadam kebakaran di kerahkan untuk menjinakkan monster panas mengerikan.

Petugas medis yang hadir juga berjuang memberi bantuan untuk siswa dan siswi yang mengalami sesak dan cidera bahkan luka bakar akibat insiden mengerikan hari ini.

Tangisan orang tua dari para korban yang terluka dan juga semua yang hadir melihat dengan mata kepala sendiri histori buruk yang mungkin akan selalu abadi menjadi sejarah sekolah ini meninggalkan kisah pahit yang tak akan terlupakan.

24 Januari 2021

Hiks.....

LOVESELFWhere stories live. Discover now