Belive

1.1K 163 1
                                    

Berkali-kali Jennie mendengar helaan nafas Lisa yang duduk di sebelah nya.

Sudah sejam mereka duduk di tepi sungai tempat biasa Lisa menenangkan diri.

Jennie menghentakkan kaki nya, menghilang kan rasa bosan.

"Lisa" panggil Jennie, namun sedikit pun Lisa tak tertarik untuk menyahut.

"Yaakk lihat ikan terbang" Jennie menunjuk ke arah sembarangan dengan gummy smile nya.

Lisa melirik dengan wajah datar. Lalu kembali menghela nafas berat.

Jennie menyeringai menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, merasa malu karna candaan nya lagi-lagi tetap tidak mumpan.

Padahal sudah segala cara Jennie coba untuk menarik perhatian Lisa, meteor jatuh, pesawat di air, bulan berkedip, bahkan hantu pun sudah, Lisa tetap tidak menanggapi nya.

"Lisa, bagaimana kalau kita makan malam seperti dinner romantis dengan lilin dan bunga mawar di atas meja" Jennie pantang menyerah, menampilkan wajah ceria dengan mata berbinar membayangkan seperti mulut nya berbicara agar bisa menarik perhatian Lisa

Lisa justru semakin tertunduk.

"Asishhhhh Ada apa dengan mu, kemana mulut cabe mu itu" dengus Jennie lelah.

"Diam mu bahkan lebih dingin dari freezer kulkas d rumah ku" tambah Jennie lirih memajukan bibir nya beberapa centi.

Lisa menatap Jennie dari samping, dada nya masih sesak ketika mengingat kejadian di pesta tadi.

Lisa merasa tak memiliki kekuatan untuk membuka suara, ini sudah menjadi karakter nya, ketika Ia marah atau sedih maka diam adalah cara mengekspresikan diri sebelum meledak.

Lisa kembali membuang nafas panjang.

"Berhenti menghela nafas, kau seperti orang sakit Asma" ujar Jennie frustasi.

Jennie mendengus, memalingkan wajah nya, ntah kenapa rasa nya Jennie ingin menangis, tiba-tiba saja ia emosional.

Sedingin nya Lisa baru kali ini Lisa tak tertarik dengan perdebatan mereka, Jennie merasa di abaikan.

Lisa menyadari kalau Jennie menangis dalam diam.

"Mianne Unnie" ujar Lisa lirih.

"Wee, untuk apa kau minta maaf, tak usah anggap aku ada, aku hanya patung, atau apapun yang tak berarti untuk mu" ketus Jennie emosi.

"Unnie, kau anggap aku apa?" Tanya Lisa masih dengan wajah tertunduk melihat kearah sepatu nya.

"Ketika kau memanggilku Jennie aku teman mu, tapi sekarang kau memanggilku Unnie maka aku kakak mu"balas Jennie masih dengan nada kesal.

Lisa kembali menghela nafas. Membuat Jennie menyeringai semakin kesal.

"Lisa" Jennie menarik pundak Lisa agar Lisa menghadap dan menatap nya tajam.

"Ada apa dengan mu huh, jika ada masalah berbagilah, aku tau kita slalu bertengkar, tapi aku tidak seburuk itu aku bisa menjadi pendengar yang baik jika kau mau" Jennie mendorong pundak Lisa lalu mengalihkan pandangan nya.

Lisa kembali tertunduk.

"Apa kau dan Jisoo Unnie juga akan meninggalkan ku suatu hari nanti" tanya Lisa dengan suara bergetar.

Jennie perlahan menoleh menatap Lisa.

"apa yang kau pikirkan Lisa, kau pikir kami akan mati muda?" Tanya Jennie mendekatkan wajah nya ke Lisa.

Lisa menggeleng "hari ini Chaeng mengatakan jika dia tidak mengenalku, padahal masih sangat jelas di ingatan ku dia mengatakan kalau kami adalah teman, dia merawat ku seolah dia tidak akan pernah meninggalkan ku sebagai teman nya" Lisa mengusap setetes air mata yang jatuh dari mata hazzel indah itu.

LOVESELFWo Geschichten leben. Entdecke jetzt