ONE HUNDRED AND EIGHT

6.1K 1.3K 1K
                                    

"Ergh, sial. Mual banget." Altezza membungkuk sambil memegangi perut. Pandangannya sedikit mengabur. Cowok bermarga Gillova itu kembali memuntahkan cairan asing, mirip lendir yang mengalir membasahi pipi hingga ke leher. Sesekali terbatuk dan menyeka darah yang keluar dari mulut. Para anggota Triggerblack yang melihat hal itu hanya berdiri diam di belakang punggung sang leader. Altezza tidak ingin di sentuh. Luka di sebelahnya berinisiatif mengulurkan tangan, mengusap pipi dan punggung Altezza -perhatian. Cowok itu meraih tangan Luka di pipinya, kemudian mengecupnya singkat. "Gue nggak apa-apa. Hanya muntah."

"Muntah darah itu bukan apa-apa, maksud lo?"

"Iya, ini-" Altezza meludahi sisa darah yang masih menempel di lidah ke bawah sepatunya dan Luka yang menginjak akar. Kedua remaja itu berdiri di bawah pepohonan alam yang tumbuh di pedalaman hutan, dekat dengan lokasi bar. Altezza memiringkan kepala, menatap Luka setengah sadar. "Apa sekarang lo mengkhawatirkan gue?"

"Khawatir?" Luka memutar mata, berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. "Untuk apa?"

Altezza tidak mengatakan apapun.

"Mungkin, ya -sedikit." Luka mengoreksi. "Kalau Lo melihat gue muntah darah di depan mata lo-"

"Ah, begitu ya." Altezza memotong. Cowok itu menegakkan tubuh. "Gue nggak menyangka kalau ada orang lain yang akan khawatir selain teman-teman gue. Soalnya ini sudah familiar, dan bahkan memuakkan buat gue." Altezza merogoh sakunya, mengeluarkan headband dan menyeka darah di sekitar bibir. "Ka, lo cewek gue, kan?"

"Ya. Tapi gue bukan pacar lo." Luka merebut headbandnya. Dia mencengkeram leher Altezza dan membersihkan muntah yang membekas di pipi cowok itu, perhatian. Luka menyentuh lendirnya. "Gue nggak bisa mengetahui isi hati lo sama sekali. Lo selalu dingin."

Altezza menipiskan bibir. "Apa lo cinta gue?"

"Gue nggak tau. Perasaan gue ke lo benar-benar rumit. Hubungan antara gue dan Lo, benar-benar sulit. Sialan-" Luka memaki. Dia tersenyum mengejek. "Lo bahkan lupa kalau kita beda, kan?"

-x word.

CACAT LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang