20. Buaya puncak

4K 361 17
                                    

Happy reading..
Semoga suka!
Jangan lupa tinggalkan jejak😶

.......

Seorang gadis sedang berjalan mondar-mandir dengan menggigit kukunya. Perasaannya kini marah bercampur gelisah. Sudah banyak waktu yang ia habiskan hanya untuk mendapatkan kembali perhatian Varo, namun ia selalu saja di abaikan dan mendapatkan penolakan.

"APASIH KELEBIHAN CEWEK ITU DI BANDINGIN GUE?"

"KENAPA VARO NYUEKIN GUE CUMA KARENA CEWEK ENGGAK BERKELAS SEPERTI ITU"

Liana mencoba memutar otaknya untuk berfikir. Senyumannya terbit tatkala sebuah ide yang sangat licik melintas di kepalanya. Kalau Varo tidak dapat meliriknya karena cewek itu, berarti ia harus menyingkirkannya bukan?

"Key, sayang sekali karena lo harus berurusan sama gue. Gue sebenarnya gak tega, tapi karena lo udah rebut Varo dari gue, jadi lo harus tanggung konsekuensinya."

Sejak awal Varo memang miliknya.

Dan dengan lancang Key merebutnya.

Liana mengambil ponselnya, ia kemudian menghubungi seseorang yang ia yakini sangat mendukungnya untuk mendapatkan Varo kembali.

"Liana perlu bantuan Om."

.......

Malam terakhir camping, malam dimana mereka benar-benar menikmati masa remaja mereka. Api unggun yang cukup besar di nyalakan di tengah-tengah.

Di antara mereka ada yang tengah bernyayi, bermain gitar, maupun menyantap makanan yang telah di sediakan seperti jagung bakar, barbeque dan aneka makanan menggugah selera lainnya.

Sama seperti sekolah mereka, sekolah lain juga tengah melakukan hal yang sama sebelum besok kembali. Bahkan banyak di antara mereka berbaur untuk sekedar menyapa serta berkenalan.

Berbeda dengan murid lainnya yang sangat antusias, Key justru hanya berdiam diri tanpa minat. Ia hanya melihat-lihat sekelilingnya dengan sangat malas sambil berharap waktu akan segera berlalu sehingga ia dapat membaringkan dirinya di Kasur yang tentu saja menantikan kehadirannya.

"Hai.." Key mengabaikan suara yang ia dengar barusan.

"Hai, nama gue Rian. Boleh kenalan?" Key akhirnya melihat wajah seseorang yang sedang menyapanya. Sepertinya dari sekolah sebelah, karena Key tidak pernah melihat wajah tersebut di sekolahnya.

"Kesya, lo boleh manggil gue Key." Rian tersenyum mendengarkan Key yang mulai meresponnya.

"Gue boleh minta nomer lo?" Rian dengan percaya diri menyodorkan ponselnya kepada Key. Sudah pasti di pikirannya bahwa Key akan dengan senang hati memberikannya seperti cewek-cewek lainnya.

Cewek mana yang mau menolak cowok setampan Rian.

"Hei bocil!" Perhatian keduanya teralihkan kepada seseorang yang juga ikut menghampiri Key. Azka menjitak kepala Key pelan.

"Apaan sih lo!" protes Key yang tentunya kesal dengan tingkah Azka yang seenaknya.

"Hati-hati lo sendirian. Banyak buaya lepas disini." Sindir Azka melirik Rian.

Rian dan Key sama-sama takjub dengan ucapan absurd Azka. Mana ada buaya lepas di puncak!

"Sorry, tapi lo siapanya Kesya?" Tanya Rian yang membuat Azka kelabakan dan sedikit panik.

"Pacarnya?"

Sialan, Azka tidak dapat berkutik.

"Y-ya b-bukan sih." Rian tersenyum puas mendengarkan hal tersebut. Ia tersenyum mengejek kepada Azka dan kembali menyodorkan ponselnya kepada Key.

Key hanya melihat ponsel tersebut.

CUP

"Maaf yah sayang, aku kelamaan jagungnya baru mateng." Seusai mengecup pipi Key, Varo langsung memeluk pinggang Key dengan posesif. Semua yang berada disitu sontak terdiam karena kejadian tiba-tiba yang baru saja mereka saksikan.

"Dia pacar gue. Mau apa lo?" Varo menatap Rian dengan tatapan tidak bersahabat. Auranya sangat mengintimidasi.

"Sorry, gue gak tau kalau dia udah punya pacar." Rian memutuskan untuk pergi dengan perasaan yang bercampur aduk.

Tatapan Varo kini beralih ke Azka.

"Thanks, lo udah bantuin Key." Azka memaksakan senyumannya. Yah sejak Azka mengatakan bahwa ia mundur, mereka kembali akrab meskipun terkadang masih sama-sama canggung.

"Oke bro. Lain kali nih bocah jangan ditinggal sendirian." Ujar Azka yang juga memutuskan meninggalkan Varo dan Key.

Kini hanya ada mereka berdua di tengah keramaian. Key masih terdiam memikirkan kejadian yang menimpanya barusan. Seakan tersadar, Key sontak melepaskan tangan Varo dan dengan sangat tega menendang tulang kering Varo dengan keras.

"Dasar cowok mesum!"

"Modus banget lo!"

Varo sedikit meringis merasakan perih dari tendangan Key. Darimana cewek sekecil ini mendapatkan tenaga yang sangat besar? Meskipun begitu, Varo tetap tersenyum karena melihat wajah Key yang tampak blushing.

Tanpa mereka sadari, Liana yang ikut melihat hal tersebut kembali mengepalkan tangannya.

"Tunggu aja Key..."

"Gue pastiin Varo gak akan pernah nge-lirik lo lagi."

........

Di penghujung acara mereka diwajibkan untuk tetap duduk dan mengelilingi api unggun. Naya dengan senyumannya datang menghampiri Key yang sudah memposisikan dirinya duduk di bagian yang tidak mendapatkan sorotan sama sekali.

Naya yang tadinya sangat antusias sontak melunturkan senyumnya dan berubah menjadi raut khawatir tatkala melihat wajah Key yang sangat merah.

"Key lo demam? Lo sakit?" Naya menyentuh dahi dan pipi Key bergantian. Namun ia tidak menemukan kejanggalan selain wajah Key yang memerah.

"Key lo baik-baik aja kan?" Tanya Naya tidak menyerah.

Andaikan Naya tahu bahwa Key tidak sakit melainkan hanya terbayang ketika Varo mencium pipinya di depan orang lain.

"Gue gak apa-apa."

Tolong jangan bertanya apa-apa dulu sama Key! Ia masih sibuk untuk mengontrol detak jantungnya.

Naya menghembuskan nafasnya lega mengetahui keadaan Key yang tidak kenapa-kenapa.

"Ekmm" Naya melihat kehadiran Varo yang menghampiri Key. Seakan paham, Naya bergegas beranjak dan meninggalkan mereka berdua.

"Key, gue disana aja yah. Disini banyak nyamuk, gue gak mau ikut-ikutan jadi nyamuk." Tanpa menunggu balasan dari Key, Naya benar-benar pergi meninggalkan mereka.

Sahabat yang sangat pengertian.

Key mengalihkan pandangannya ketika Varo memilih untuk duduk di samping Key. Varo sebenarnya sedikit ngeri untuk menghampiri Key namun ia juga tidak menyesal karena sudah menjauhkan Key dari lelaki lain.

"Kamu marah?"

Pertanyaan konyol macam apa itu ?

Key masih enggan untuk menatap Varo.

"Kayaknya tadi aku kelewat batas lagi."

Key mencoba untuk menutupi kegugupannya.

"Kita udah gak punya hubungan apa-apa Varo." Varo sudah menduga bahwa kalimat itulah yang akan diucapkan Key terhadap dirinya.

"Key.. sampai kapan aku harus nunggu kesempatan itu? Bukannya udah cukup? Kamu liat kan tadi, sudah banyak cowok yang ngedeketin kamu. Rasanya aku hampir kehilangan kontrol gara-gara harus nahan cemburu." Varo memegang pipi Key agar matanya tak menolak untuk menatapnya.

"Kita balikan yah? Untuk kedepannya bilang ke aku kalau ada perilaku aku yang salah."

Bisakah Key kembali membuka hatinya untuk Varo?

Tbc.

Makasih buat para readers yang udah mampir ke cerita aku.
Vote dan komentar dari kalian sangat berharga😇🙏

POSSESSIVEWhere stories live. Discover now