15. Varo Kangen

7.3K 584 57
                                    

Happy reading..
Semoga suka!

.......

"Aku mohon jangan di lepasin, cuma 20 detik. Izinin aku meluk kamu 20 detik."

Key terpaku dan membiarkan Varo memeluknya seusai mendengar ucapan Varo yang sangat pelan dan terkesan memohon. Apa yang sudah terjadi dengan lelaki ini?

Dan benar saja, tidak lama kemudian Varo benar-benar melepaskan pelukannya.

"Makasih." Ujar Varo tulus sembari tersenyum.

"Lain kali jaga perilaku lo, kita udah  putus." Varo belum melunturkan senyumannya. Rasanya Varo bahagia sekali hanya karena melihat dan mendengarkan suara gadis di depannya ini. Beban pikirannya seakan terangkat begitu saja dengan mudahnya.

"Sekali lagi makasih, aku pamit pulang."

Ada banyak pertanyaan yang kini bersarang di kepala Key karena perilaku aneh Varo barusan.

Apakah ia mempunyai masalah?

Mengapa ia tampak bersedih?

Apa dia sedang sakit?

Ataukah dia sudah memutuskan untuk nyerah sama gue?

.......

Key memundurkan langkahnya. Ia sangat terkejut mendapatkan sebuah surat yang cukup mengerikan di dalam lokernya ketika ia hendak menyimpan bukunya.

JAUHI VARO!

Orang gila macam apa yang sudah menulis surat menggunakan darah segar seperti ini? Key belum bisa bisa berhenti dari keterkejutannya. Ia benar-benar yakin jika huruf-huruf yang dituliskan di surat tersebut memang benar menggunakan darah karena terdapat bau anyir yang sangat menyengat dari dalam loker Key.

"Key.." Naya menghampiri Key yang berada di depan lokernya

"Astaga Key lo sakit? Muka lo pucet banget!" Naya panik melihat ekspresi wajah yang ditunjukkan Key. Wajah yang sudah pucat dengan keringat dingin di pelipisnya. Tanpa mengeluarkan suaranya Key menunjukkan surat tersebut kepada Naya. Naya pun sama terkejutnya denga Key, ia bahkan hampir memuntahkan isi perutnya.

"Siapa yang udah ngasi ini ke lo?" Key tak kunjung mengeluarkan suaranya.
Hanya satu orang yang kini berada di pikiran Naya. Liana.

"Liana yang ngasiin lo ini? Iya?! Keterlaluan banget tuh anak, ikut gue." Naya dengan emosinya yang terkumpul menarik tangan Key untuk mengikutinya menuju ke kelas Liana.

"Mana Liana?!" Teriak Naya ketika masuk ke ruang kelas XI IPA 2. Liana yang merasa terpanggil sontak saja berdiri dan menghampiri Naya dan Key.

"Lo siapa nyari-nyari gue?" Liana membalas tatapan Naya tidak kalah tajam.

"Maksud lo apa pake letakin surat gini di loker Key?" Naya yang sudah kelewat emosi melemparkan surat tersebut ke wajah Liana.

"Apa-apaan sih lo?! Uwekk kertas apaan ini iyuh banget!"

"Alah gak usah sok bego lo! Lo kan yang udah nulis dan letakin surat ini?!"

"Bukan gue, jangan asal nuduh lo!"

"Ngaku deh lo! Gue gak masalah yah kalau lo ngegatelin Varo, tapi kalau lo udah berani ngusik sahabat gue, gue gak akan tinggal diem!" Ujar Naya berapi-api. Key menarik tangan Naya berusaha meredam kekesalan Naya.

"Nay, cukup. Belum tentu dia yang ngelakuin itu." Ujar Key sangat pelan karena efek keterkejutannya tadi.

"Gak bisa Key, ini udah keterlaluan."

"Hei dengerin yah, gue aja jijik liat surat itu. Kurang kerjaan banget gue ngelakuin hal itu. Tapi ngomong-ngomong, berarti bukan cuma gue kan yang berharap lo jauh-jauh dari Varo?" Liana tersenyum remeh ke arah Naya dan Key.

Kalau bukan Liana pelakunya, lantas siapa?

........

Varo berjalan dengan sangat tergesa-gesa ketika mengetahui Key sedang berada di UKS. Ia baru saja baru saja mendengarkan kabar bahwa Key mendapatkan surat yang menerror dirinya.

Siapa yang sudah berani macam-macam dengan gadisnya?

Varo membuka pintu UKS dan mendapati Key yang sedang tertidur. Hanya ada mereka berdua disini. Varo dapat bernafas lega ketika melihat kondisi Key yang baik-baik saja. Pasti gadisnya ini sangat terkejut. Varo memilih mendudukkan dirinya di kursi tepat sebelah Key yang sedang tertidur.

Apakah Papa yang udah ngelakuin ini?

Varo mengambil sebelah tangan Key untuk ia genggam. Ia menciumi tangan tersebut berulang kali untuk menghilangkan rasa khawatirnya serta melepaskan kerinduannya kepada Key.

Sejak kapan gadisnya jadi sekurus ini?

Varo memandangi wajah Key lamat-lamat. Pipinya yang biasanya berisi sudah mulai sedikit tirus.

"Maafin aku Key."

"Aku gak becus ngejagain kamu."

"Aku janji bakalan temuin orang yang udah berani-berani ngeganggu kamu."

"Maafin aku, hm?"

Varo kembali menciumi tangan Key. Ia mengusap wajah Key dengan pelan dan menyingkirkan anak rambut Key yang sedikit menutupi wajahnya."

Key yang merasa terusik membuka matanya secara perlahan. Ia tampak terkejut melihat Varo. Sontak Key menarik tangannya ketika mengetahui tangannya sedang berada di genggaman Varo.

"Kamu gak apa-apa?" Varo benar-benar khawatir dengan kondisi Key.

"Minggir, gue mau ke kelas." Key memaksakan dirinya untuk duduk meskipun kepalanya masih terasa pusing.

"Kamu gak usah khawatir aku bakalan cari tau siapa yang udah ngirimin kamu surat itu." Ujar Varo sungguh-sungguh.

"Gak perlu."

"Kamu mau nunggu orang itu ngelakuin hal yang lebih parah?"

"Gue bisa jaga diri gue sendiri."

"Sampai kapan kamu mau keras kepala gini? Aku merasa gak berguna sebagai pacar kamu kalau aku gak bisa ngejaga kamu."

"Kita udah putus. Lupa?" Key akhirnya berdiri dan bergegas meninggalkan Varo, namun gerakan Key terhenti ketika Varo menahan pinggangnya. Kini Varo tengah memeluk Key dengan posisi Key yang sedang berdiri sedangkan Varo masih duduk di kursi, alhasil wajah Varo sudah ia tenggelamkan ke perut rata milik Key.

"Sayanggg, udahan yah marahannya? Varo kangen."

Tbc.

Makasih buat para readers yang udah mampir ke cerita aku.
Vote dan komentar dari kalian sangat berharga😇🙏

POSSESSIVEKde žijí příběhy. Začni objevovat