Chapter 12

199 28 7
                                    











Brak







Pintu dibuka dengan kerasnya, menampilkan seseorang yang sudah basah kuyup dari ujung rambut hingga kaki. Dia Lee Taeyong, menerobos hujan setelah mendengar perkataan Jiyang yang sama sekali tidak dia harapkan. Gadis itu menolaknya? Tch! Ayolah, banyak gadis di luaran sana.

Tidak musti Kwon Jiyang, Taeyong mengutakan hatinya untuk tak memaksa gadis itu lagi. Berjalan dengan sesekali menendang debu yang tentu saja tak tampak, dia meraih ponselnya menghubungi seseorang.

"Kesini, gue punya play station baru." Ujar Taeyong datar, menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Dia menghubungi Yuta, berharap dengan bermain PS dapat membuatnya melupakan sejenak masalah yang tak seberapa itu. Langkahnya terhenti, menatap sang ayah yang sudah berdiri didepan pintu kamarnya dengan raut wajah bingung.

"Wow... santai man, oke-oke. Gue kesana bareng Johnny. " Ujar Yuta, kebetulan Johnny sedang ada di sampingnya.

"Gue tunggu 5 menit." Kata Taeyong enteng, kembali melanjutkan langkahnya menghampiri sang ayah.

"Babi!."




Bip





Memasukan ponselnya, Lee Taeyong mendongak. Menerka-nerka apa yang di lakukan sang ayah di kamarnya? Mengangkat alisnya untuk bertanya dengan kedua tangan yang sudah dia masukan kedalam saku celana, membiarkan Air coordinator berhembus mengenai pakaiannya yang sudah basah karena hujan.

"Kamu kehujanan, makanya lain kali kalo nganterin anak orang tuh pake mobil." Terkekeh, Tn. Lee menepuk-nepuk pundak sang anak. "Nilai kamu bagus semua, tumben mau belajar? Kata bibi. Jiyang yangㅡ."

"Gak ada lain kali," Taeyong tersenyum tipis, menatap manik hitam sang ayah lalu kembali berujar. "Batalkan semuanya, anggap aku gak bawa siapapun hari ini."






Bhuk






Tn. Lee mengerjap, menatap nanar pintu kamar Lee Taeyong yang sudah di tutup rapat. Apa yang terjadi? Ada setitik sorot kesedihan di mata sang anak, menghela nafas. Tn. Lee tidak akan tinggal diam, itu bukan gayanya yang hanya diam melihat sang anak dalam kesulitan tanpa membantu.

Sedikit campur tangan akan membuat masalah yang di hadapi Lee Taeyong cepat selesai, itu adalah prinsipnya. Dengan cepat dia mengambil ponsel di dalam saku, menghubungi orang kepercayaannya untuk menyelidiki apa yang terjadi dengan sang anak.

"Bereskan semuanya, paling lama satu hari." Sahutnya kemudian.
















***
















"Dek, kamu gak apa-apa?."

Jiyang mengangguk, tersenyum sekilas lalu kembali menata minuman kaleng dan pendampingnya di atas meja. Disini hanya ada dia dan Hoseok, sedangkan Yoongi dan Taehyung masih berada di atas, mengganti pakaian mereka yang basah.

Hujan masih turun deras di luar, mau tidak mau mereka harus menerobos hujan untuk sampai di sini. Suara langkah kaki yang mendekat mengalihkan atensi keduanya, menatap dua pria yang baru saja datang menuruni anak tangga.

"Huh... dingin, tambah in dong penghangat ruangannya." Taehyung berujar, mengambil duduk di sebelah Hoseok dengan tangan yang sudah mencomot makanan yang ada di depannya.

Hoseok mengabaikannya, "oh yah, Ji. Gimana latihan dance waktu itu, lancar?."

Jiyang mengangguk, sesaat dia melupakan masalahnya. Walaupun dia dan Hoseok tak satu rumah, tapi di kawasan sekolah mereka sering bertemu, apa lagi mengingat kakaknya adalah ketua dance di salah satu Ekstrakulikuler yang dia ikuti.

"Sedikit lupa sih sama gerakannya, tapi kalo terus di ulang pasti inget lagi." Gadis itu tersenyum memperlihatkan gigi-giginya, mengambil duduk disofa single.

"Lo ikut ekskul dance? ." Taehyung ikut berujar, hanya basa-basi saja sebenarnya, sambil mengemil manja membuka kulit kacang dan memakannya.

Mengangguk, Jiyang meringis melihat kelakuan Kim Taehyung yang membuang kulit kacang kesembarang arah. Bagaimanapun dia yang akan membersihkan ruangan ini nantinya, menghela nafas Jiyang hanya bisa menyayangkan saja wadah yang sudah dia khususkan untuk tempat menampung kulit si kacang.

"Kenapa? Maksudnya, lo berdua tertarik banget ama dance. Itu punya alasan, kan? Gue mau dong kalo alasannya bagus." Katanya lagi, tanpa mengalihkan tatapannya dari layar televisi yang membayangkan sebuah drama percintaan.

"Awalnya aku hanya ikutan kak Hoseok, tapi semakin kesini dance sangat populer di kalangan remaja seperti kita, dengan kata lain banyak yang gandrungi." Jiyang menjeda, berpikir lagi apa yang menarik dari dance menurutnya pribadi.

"Menurutku, dengan kita melakukan gerakan yang energik dalam sebuah dance dapat melampiaskan segalanya. Sedih, kesal, marah, kecewa, yang tak dapat kita ungkapkan melalui kata-kata maupun tindakan. Kita bisa melampiaskannya melalui dance, aku sering melakukannya, dan setelahnya aku merasa lebih baik." Jiyang tersenyum saat mengingatnya.

Taehyung ber-oh, tersenyum penuh arti melirik Hoseok dan Yoongi yang masih bungkam. Entah mendengarkan atau tidak itu bukan urusannya, dia berdehem. "Jadi, apa yang lo rasakan sekarang? Lo baru aja nolak anaknya pengusahaan kalo lo lupa."

Sial, Yoongi mengumpat dalam hatinya. Walaupun matanya terlihat lurus menatap televisi, namun tidak dengan telinganya yang mendengarkan dengan baik perbincangan kedua orang berbeda gender itu.

"Udah malem, balik kekamar! Tidur." Angkat Yoongi akhirnya, tatapannya menghunus tajam Taehyung.

Jiyang mengerjap, apa barusan itu Min Yoongi yang berbicara? Ah... tidak mungkin, itu pasti kak Hoseok. Tapi siapa pun itu, Jiyang ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Jujur saja, untuk sekarang dia tidak ingin membahas tentang masalah Lee Taeyong.

Dan berada di sini lebih lama bukanlah ide yang baik, ada Kim Taehyung di sini. Pria itu pasti akan menanyakan ini dan itu sampai keingin tahuannya bisa terjawab dengan tuntas, terkadang Jiyang tak habis pikir dengan pemikiran teman kakaknya itu.

"Selamat malam." Dengan segera dia beranjak, membungkuk, di raihnya nampan yang sempat dia taruh di atas meja lalu melangkah pergi dari sana.

Sebelum benar-benar pergi, Jiyang melirik Yoongi sekilas. Pria itu masih enggan menatapnya, dan mungkin memang benar tadi yang memerintahkannya untuk tidur adalah sang kakak. Menghela nafas, ingatkan dia untuk berterimakasih pada kakaknya.

Setelah kepergian Jiyang, Yoongi menatap Kim Taehyung dengan sorot mata tak suka. Sementara sang empu hanya membalas dengan cengiran khasnya, tak lupa dengan kedua jarinya yang membentuk huruf V mengangkatnya keudara.

"Cemburuan." Cibir Hoseok secara terang-terangan, terkekeh geli dengan Yoongi yang sedari tadi diam lalu berceletuk dengan nada kesalnya.

"Gak ada." Bantah Yoongi.

Namun, keduanya malah semakin gencar menggoda. Baru kali ini mereka melihat Yoongi yang uring-uringan, biasanya cuek.

"Padahal mah iya."

"Gengsinya gede." Cobir keduanya bersamaan, Yoongi berdecak.

"Pulang, udah malem!." Kata lelaki pucat itu dan beranjak, meninggalkan kedua temannya yang masih mengatakan hal-hal gila yang membuatnya malu.

Tanpa memperdulikan Min Yoongi yang mengusir mereka, keduanya terkekeh. Melihat punggung Yoongi yang sudah menghilang, benar-benar hilang di balik dinding, tak berselang lama. Suara berdentum pintu berbeunyi nyaring, tawa mereka semakin pecah.

"Kalo suka langsung sikat bang, kita dukung!" Teriak Taehyung, kembali membuncahkan tawanya.

Hoseok hanya tersenyum tipis menanggapinya, dari situ dia hanya berharap jika akdiknya tidak akan mengalami kesulitan. Kwon Jiyang nya sudah besar sekarang, sudah bisa memilih mana yang baik dari yang terbaik.

























To Be Continue _

I Need You, Min! √Where stories live. Discover now