Chapter 27

177 28 1
                                    




















Hari semakin menggelap, beruntung Jiyang pulang kerumahnya tepat waktu. Masih mengenakan pakaian milik Yoongi, dia membuka pintu rumahnya. Hari ini dia membolos bekerja di toko bunga bibi Shin, tapi rencananya dia akan bekerja di minimarket paman Seo.








Brak










Sebuah kumpulan buku tak sengaja dia jatuhkan, gadis itu melamun tadi. Memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan pada Hoseok mengenai sang ayah, apakah dia harus berbohong jika keadaan ayah sudah lebih baik? Tapi, kenyataan sebaliknya.

Ayahnya memperparah, bahkan belum lama ini ayahnya kembali histeris. Melempari barang-barang di dekatnya hingga tak segan memukul dirinya saat itu, Jiyang juga beberapa kali terdorong hingga lagi dan lagi tulang belakangnya harus terhantuk ujung ranjang. Itu menyakitkan.





Tes



Satu tetesan itu kembali jatuh, Jiyang mendongak. Berharap jika hidungnya tidak mengeluarkan darah lagi, namun sayang. Bukannya berhenti, hidungnya malah semakin mengeluarkan banyak darah.

Jiyang berlari ke kamar mandi, membasuh hidungnya dengan air secara berulang-ulang.

"Apa aku akan mati?" Ujarnya mulai melantur ke hal negatif, menatap lekat pantulan dirinya di cermin. Jiyang mengagguk lemah, ternyata dia memang sejelek itu. Pantas jika semua orang membencinya, mereka terganggu dengan kehadiran gadis buruk rupa ini.

Namun bagaimanapun, dia ingin bertahan. Berulang kali Jiyang berusaha mengabaikan lingkaran di sekitar matanya yang semakin hari semakin memburuk, bibir yang pucat dengan kepala yang memberat.

Hal itu sering dia alami, sudah lama sebenarnya. Tapi, sepertinya semakin memperparah dalam minggu-minggu ini. Berat badannya bahkan turun dengan drastis, okey! Itu mungkin karena dia jarang makan tepat waktu serta Jiyang yang terlalu memforsir tubuhnya belakangan ini. Itu masuk akal, bukan?









Tok..
Tokk..









Suara pintu yang di ketuk dari luar menyadarkannya, dengan bantuan kain yang menyumbat hidung Jiyang berjalan perlahan. Berusaha sekuat tenaga menopang tubuhnya pada dinding, "Siapa?"

Tepat di depan pintu itu, Jiyang berujar. Merasa enggan untuk membukakan pintu tersebut, mengingat kondisinya yang sedang dalam keadaaan tidak baik-baik saja.

"Yoongi..." katanya, membuat suasana menghening. "Ada yang ingin gue bicarain sama lo, sekarang!"

Jiyang perlahan berjalan mundur, menjauhi pintu merasa semakin enggan menunjukan dirinya yang sekarang. Walaupun Jiyang selalu ingin merepotkan Yoongi, tapi dia tidak ingin menunjukan dirinya yang menyedihkan ini.

"Pergi! Aku capek, kita bicara besok." Tepat setelah mengatakannya, Jiyang terduduk memegangi kepalanya. Dan tak lama kemudian dia tergeletak tak sadarkan diri.

Kain yang menyumbat hidungnya terjatuh, mengakibatkan darah itu kembali mengalir keluar. Sementara Yoongi di luar sana menyerit, dia bingung.

Tanpa bicara lagi, Yoongi keluar dari pekarangan rumah Jiyang. Merasa gadis itu akan aman karena tidak keluar rumah, tapi anehnya perasaan ini masih mengganjal, dia belum tenang. Apa yang akan terjadi?

"Mungkin hanya perasaan gue aja" acuhnya, menaiki sepeda motor kesayangannya menerobos rintik hujan.

Setelah hujan lebat tadi siang, seharian penuh hanya di isi dengan rintik hujan, ada apa dengan langit malam itu? Seperti sedang menangisi sesuatu.

I Need You, Min! √Kde žijí příběhy. Začni objevovat