Chapter 6

269 36 1
                                    



























Hari-hari Jiyang dia jalani sebagai mana takdir yang sudah Tuhan berikan untuknya, tak terasa sudah dua bulan dia tinggal bersama Min Yoongi. Masih sama, mereka tidak dekat tapi mampu untuk membutuhkan satu sama lain.

Jiyang mengurus pria itu dengan baik, selayaknya dia mengurus seorang kakak. Mengingatkan ini dan itu, membuatkan sarapan, menyiapkan buku yang harus Yoongi bawa, dan masih banyak lagi.

Contohnya saat ini, gadis itu tengah menata sandwhich pada kotak bekal makan siang untuk Yoongi. Tak lupa dengan kakaknya, dan Juga Lee Taeyong. Mengingat pria bermarga Lee tersebut, Jiyang masih menjadi seorang pesuruh darinya.

Selama dua bulan ini, Jiyang selalu sabar menghadapi sikap Lee Taeyong yang selalu seenaknya. Menyuruhnya tanpa henti bagai pekerja yang tak kenal rasa lelah, dia berhasil menyembunyikan prihal Lee Taeyong dari sang kakak. Selama ini semuanya bisa dia handle dengan baik.






Drrt...










Nada dering ponsel mengalihkan perhatianhya, di liriknya nama si penelfon. Lee Taeyong, pria itu menelfonnya. Jiyang mengerut, namun tak urung tangannya terulur untuk menggeser tombol berwarna hijau untuk menjawabnya panggilan tersebut.

"Hal--."

"Heh, lo! Lama amat jawabnya. Kemana aja lo?! Lo kira gue beli in lo hape cuma buat pajangan doang?! Kalo gue telefon cepatan napa, gila lo bikin gue nunggu segitu lamanya." Oke, itu berlebihan. Jiyang bahkan langsung mengangkat pada hitungan detik, tidak sampai berjam-jam.

Jiyang diam, dia tahu ponsel yang ada di tangannya adalah pemberian pria itu beberapa hari yang lalu. Padahal sebelumya juga dia sudah memiliki ponsel Yoongi, tapi karena gertakan tak mendasar Lee Taeyong, dia menerimanya dengan lapang dada.

Masih ingat betul alasan pria itu memberikan ponsel padanya gue jadi gampang pas mau nyuruh lo katanya, menghela nafas. Ponselnya dia himpit di antara bahu dan telinganya, melanjutkan kegiatannya sembari menunggu Lee Taeyong yang masih memarahinya.

"Woi! Lo denger gak? Astaga nih anak, gue sumpahin lo bisu kalo gak jawab." Kata cowok di sebrang sana, giginya germutuk saling kesalnya.

"Aku masih dengerin, aku juga lagi masukin sandwhich ke wadah. Kamu udah sampe ke sekolah emang? Kalo gitu tunggu aja di tempat biasa. Aku mau berangkat soalnya." Ujar Jiyang sembari mempercepat kegiatan yang dia lakukan, sumpah Taeyong gak sabaran.

Di sebrang sana cowok itu berdecak, Jiyang terlalu baik menurutnya. Gadis itu sama sekali tidak pernah marah atau pun membalas segala perbuatan buruknya, gadis itu selalu sabar. Hal itu yang menjadi pembeda Kwon Jiyang dari gadis kebanyakan, menjadi daya tarik sendiri untuknya.

Tak terasa, sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman. Berdehem sebentar sebelum kembali menjawab dengan nada ketus, "cepetan!"











Pip


















"Eh?!."

Jiyang melihat sambungan teleponnya bersama Lee Taeyong, terputus. Pria itu memutuskan sambungan secara sepihak, apa Taeyong marah? Oh, jangan lagi.

Dengan grasak-grusukㅡterburu-buru, Jiyang memasukan apa yang seharusnya dia masukan kedalam tas. Mengenakannya tasnya dengan sesekali membenahi penampilannya yang ikut berantakan, lalu beranjak.

"Siapa?."

Jiyang tercekat, menatap pergelangan tangannya yang sudah ditahan oleh Min Yoongi. Pria yang mengenakan seragam dengan rambut yang masih acak-acakan tak berbentuk itu menatapnya dengan satu alis yang sudah terangkat, tatapannya terlihat menguliti si lawan bicara.

I Need You, Min! √Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon