Chapter 29

184 27 0
                                    















Ruangan yang semula riuh kini menjadi hening, mendengarkan dengan seksama argumen-argumen yang di lontarkan kedua belah pihak. Ny. Min, dan Tn. Lee.

Keduanya sama-sama kekeh untuk membiayai pengobatan Jiyang, serta akan membawa Jiyang berobat keluar negri sampai gadis itu benar-benar sembuh.

"Bang, jadi gimana? Lo pilih Jiyang ikut mamanya bang Yoongi ke Aussie apa ayahnya Lee Taeyong ke Singapore? " Bisikan mengganggu itu dari mulut Taehyung yang di balas gelengan kepala oleh Hoseok, Taehyung ikut lelah kalau seperti ini terus.

"Om, tante. Jujur aku gak tahu mau ngikut siapa, gimana kalo kita tunggu Jiyang sadar, dia mau ngikut om apa tante." Final Hoseok, merasa cuma itu jalan yang terbaik.

Dia merasa itu bukan wewenangnya. Jikalau dia memilih Tn. Lee, Hoseok tidak enak jika harus menolak kebaikan Ny. Min, begitupun sebaliknya.

"M-ma?"

Suara berat dengan nada datar itu berhasil menyita perhatian semua orang, hampir 24 jam Yoongi tak sadarkan diri.

Dengan semua alat medis yang masih menempel di tubuhnya, Tn. Min lebih dulu mendekat, mengilurkan tangannya untuk menekan tombol di samping ranjang Yoongi. Memanggil dokter untuk segera datang memeriksa kondisi anaknya, "ini papa. Gimana keadaan kamu? Ada yang sakit?"

Ny. Min menyusul sang suami, di susul dengan teman-teman Yoongi termasuk Hoseok. "Kamu gak apa-apa Yoong? Mama khawatir sama kamu"

Di sela-sela sang ibu yang memeluknya, Yoongi terdiam. Mengingat ingat apa yang telah terjadi? Kenapa badannya terasa begitu sakit? Kenapa gelap?

Bagai mendapatkan pukulan yang keras dikepala, Yoongi mengingat malam itu. Kejadian yang menimpanya, rasa sakit saat betapa banyak pecahan kaca yang menghujami tubuhnya.

"G-gue, buta?" Pertanyaan yang lirih itu berhasil membuat semuanya bungkam, Yoongi memegang kain perban yang melilit kepalanya.

Dia tidak bodoh. Ini bukan acara film yang harus bertanya lebih dulu di saat dia sendiri yang merasakan kegelapan ini, fakta yang mengatakan jika dia buta. Benarkah?

"Pergi" lanjutnya.

Tn. Min yang mengerti jika situasinya tidak memungkinkan, menggiring teman-teman Yoongi, di bantu Tn. Lee yang sama-sama mengerti akan kondisi pasien, shock.

Mereka sama-sama keluar, hanya dapat menyaksikan bagaimana ibu Yoongi yang masih berusaha menenangkan sang anak.

"Kamu gak sendiri Yoong, masih ada Jiyang di sini. Dia juga sakit sayang, leukemia." Papar sang ibu, menjelaskan kondisi Jiyang yang sama-sama menyediakan.

"Mama mau bawa kamu dan Jiyang ke Aussie, berobat sama-sama. Kita cari donor kornea mata terbaik buat kamu, dan Jiyang? Dia bisa lakuin kemoterapi sampai dia benar-benar sembuh" lanjut Ny. Min.

Pengucapan Ny. Min terdengar begitu mudah, rencana yang dia susun seakan-akan akhirnya memang akan berjalan indah. Tapi, dulu Yoongi pernah melihat sepupunya yang menjalani kemoterapi.

Rambut yang di pangkas habis, fisik yang semakin lemah dan belum lagi sesaat setelah melakukan kemo, dia harus merasakan siksaan luar biasa. Kini Yoongi sedikit melupakan apa yang dia alami, tapi Jiyang? Yoongi menghawatirkan gadis itu.







"Gue lebih baik mati. Rasanya percuma gue lakuin itu semua, apa yang gue dapet? Sakit. Badan gue sakit, lo gak pernah rasain apa yang gue rasain."

"Kalian gak tahu setelah gue kemo apa yang gue rasain. Mual, lemes, badan gue sakit sampai gue gak bisa rasain badan gue sendiri. Apa kalian juga rasain itu?! Gak"

I Need You, Min! √Where stories live. Discover now