Chapter 22

175 24 0
                                    

















Hanya terhalang sebuah kaca, Jiyang dapat melihat bagaimana wajah Lee Taeyong yang nampak lebih pucat. Kantung mata yang tampak menghitam dan bibir kering tak terawat, Jiyang menatapnya sendu. Pria itu hanya tertunduk sejak awal kedatangannya.









Srek












Dia menggeser kotak makan yang berisi nasi gulung buatannya, melewati celah yang terdapat di bawah kaca penghalang mereka. Hal tersebut sukses membuat Taeyong mendongak, Jiyang hanya tersenyum kecil.

"Di makan, di dalamnya juga ada susu fermentasi." Ujarnya, kemudin mengangkat sebuah paper bag dan menyodorkan nya lagi. "Aku juga bawain handuk sama selimut, aku emang gak tau di dalam sana kamu seperti apa. Tapi, siapa tahu kamu butuh."

Taeyong sama sekali tak bereaksi, menatap nanar benda-benda pemberian Jiyang tanpa ada niat untuk menyentuh apalagi menerimanya. "Jangan lewatin makan, istirahat yang cukup dan... selalu ingat Tuhan selalu ada."

"Kenapa lo temuin gue?" Seharusnya Jiyang membencinya, sama seperti orang-orang di media sosial lelaki brengsek tak bertanggung jawab kata mereka menghujatnya, Taeyong hampir gila memikirkan perkataan mereka.

"Aku juga gak tahu, gak ada alasan pasti. Tapi, sebagian dari dalam diriku menyuruhku untuk kesini." Jawabnya setenang mungkin.

Jiyang tidak bohong. Dia akui saat mendengar Taeyong menghamili Bae Irene dia sempat kecewa, bukan karena Jiyang memiliki perasaan lebih pada Taeyong. Tapi, Tch! Ntahlah. Mungkin karena dulu ibunya juga mengalami hal yang sama dengan Irene, hamil di luar nikah.

Taeyong menghela nafas, berat. Kentara sekali raut wajah lelah lelaki itu, "Sorry. Lo pasti benci sama gue, gue akui kalo gue emang cowok brengsek."

"Bukan begitu, sedikit kecewa iya. Tapi kalo benci, sama sekali tidak. Lagi pula, kamu udah mau mengakui perbuatan kamu. Jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama, jadikan pelajaran buat kedepannya, ya?."

Mengagguk, Taeyong membalas senyum tulus Jiyang. "Lo kesini sama siapa? Jangan bilang lo sendiri?."

Jiyang terkekeh, sepulang sekolah tadi dia sempatkan untuk membuat nasi gulung, menelfon kakaknya untuk mau mengantarnya walaupun sedikit ada penolakan tadi.

"Kak Hoseok, dia tunggu di depan." Jiyang melihatliat jika lelaki Lee itu mengangguk, namun tidak mengeluarkan suara setelahnya, membuat otaknya bekerja dua kali untuk memikirkan obrolan selanjutnya agar tidak canggung.

"Omong-omong sidangnya bakal di adakan minggu ini?" Wajah cerah Jiyang begitu kontras dengan raut wajah Taeyong yang berubah datar, apa dia salah bicara?

Sepertinya Jiyang salah memilih topik pembicaraan, dengan memberanikan diri dia melirik wajah Lee Taeyong yang hanya menampilkan senyum tipisnya. Gadis itu merutuki mulutnya, duduknya menjadi gelagapan.

"Iya nih, udah gak sabar liat gue masuk bui ya?."

Jiyang meremat hoodie yang dia kenakan, meringis dalam hati karena pertanyaan bodohnya. "M-maaf, bukan itu maksud ㅡ."

"Gue tahu,"

"Iya, maaf. Tapi apa pun keputusan hakim, kamu harus terima ya? Seandainya emang kamu harus masuk penjara dalam waktu yang sedikit lama, gak papa. Aku bakal sering kunjungin kamu kalo ada waktu, pokoknya semangat apapun yang terjadi." Jiyang tahu kalo Lee Taeyong bukan anak kecil lagi, tapi bodohnya dia berujar seperti itu.

Dan dengan ragu, sedikit canggung Taeyong menjawab. "Okey..."

Tak beberapa lama kemudian keduanya tertawa, Setidaknya Jiyang dapat meringankan beban pikiran Lee Taeyong. Walaupun tak membantu banyak, sebisa mungkin dia akan terus berada disisi orang-orang yang selalu membantunya itu, hitung-hitung balas budi.

I Need You, Min! √Where stories live. Discover now