Chapter 11

210 30 6
                                    











"Aku Kwon Jiyang, teman dari Taeyong paman." Ujarnya memeperkenalkan diri, melihat Tn. Lee yang sedari tadi hanya diam meneuguk tehnya.

Gadis itu tersenyum canggung, meremat jarinya yang sudah berkeringat dingin. Jujur saja Jiyang tengah gugup, baru pertama kalinya dia bisa bertatap muka dengan Tn. Lee yang jika boleh jujur gadis itu mengidolakannya.

Di ruangan luas tersebut hanya ada dia, Lee Taeyong, dan Tn. Lee. Setelah acara makan siang, dia merasa sekarang tengah di interogasi. Entah karena apa, tapi Jiyang merasa ada yang tidak beres. Dengan ragu dia mendongak, melirik Taeyong yang hanya tersenyum menenangkan kala atensinya bertemu pandang dengan dirinya.

"Jangan takut nak,"

Sebuah bias suara kembali menyeruak, membuat Jiyang mengerjap menatap Tn. Lee yang sudah terkekeh geli. Lihat saja wajah gadis itu yang sudah pucat pasi dengan mata yang sudah bergerak kesana kemari, tak nyaman.

"M-maaf..." cicitnya, semakin gugup.

Taeyong yang melihatnya mengendus, lagi dan lagi Jiyang mengucapkan kata maaf dengan mudahnya. "Jangan mengatakan kata maaf lagi, gue muak! Duduk yang tegap, angkat muka lo."

Dengan refleks Jiyang menurut, meringis saat menyadari dirinya seperti robot yang sudah di program untuk mengikuti semua perintah Lee Taeyong. "Bodoh bukan?."

Tn. Lee yang melihatnya sedikit menganga, apa ini kelakuan putranya pada gadis yang dia sayang? Sungguh? Yang benar saja. Menghela nafas, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Siapa?." Sahut Taeyong merasa tersinggung.

Menggeleng Jiyang berusaha menenangkan hatinya supaya tidak terlalu gugup seperti ini, sangat tidak nyaman.

"Taeyong, bisa bicara dengan ayah sebentar?." Tn. Lee beranjak, menyuruh anaknya untuk mengikuti langkahnya menjauhi Jiyang.

"Tunggu disini. "

Jiyang mengaguk, menatap punggung keduanya yang mulai menjauh. Akhirnya... dia bisa bernafas lega, rasanya Jiyang ingin berteriak. Wajah tegas seorang pemimpin perusahaan Lee memang beda, tidak salah memang dia mengidolakan ayah dari temannya itu.

Tak lama kemudian, Taeyong kembali dengan langkah ringan, menghampirinya. Membawa dua buah jaket yang ada di lengan dan satunya lagi dia selampirkan dibahunya, "ayo!."

"Kamu... sudah kembali?." Jiyang mendongak, sedikit terkejut, dia pikir Lee Taeyong dan ayahnya akan meninggalkannya lama.

"Gue antar lo pulang, ayah lagi telepon rekan kerjanya. Bakalan lama kalo nunggu selesai." Jelas Taeyong yang diangguki Jiyang, berjalan mendahului gadis itu yang bergerak sedikit lambat.

Jiyang ber-oh, meringis kala memikirkan betapa sibuknya ayah Lee Taeyong. Mengikuti langkah pria di depannya, kemudian beranjak dari ruangan maha luas tersebut.

"Buat aku?." Jiyang menunjuk dirinya, menerima jaket yang pria itu sodorkan.

"Biar gak dingin, udah musim hujan juga." Alibinya, mengalihkan pandangan enggan melihat Kwon Jiyang yang masih ragu-ragu.

Tersenyum, Jiyang menerimanya.

Tanpa keduanya sadari, sedari tadi Tn. Lee melihat interaksi keduanya dari balkon. Mengendus geli dengan wajah malu-malu sang anak, sangat kaku. Perlakuan Taeyong pada permpuan begitu kaku, jelas saja anak itu baru mengenalkan perempuan padanya.

Sebelumnya, jangankan mengenalkannya. Dia yakin bahwa Lee Taeyong akan menyendiri hingga tua, syukurlah sekarang anaknya sudah terbuka untuk memulai hubungan dengan perempuan.

"Ayah akan melakuakan apapun demi putra ayah, berbahagialah Taeyong. "











***













Ah! Benar apa yang di katakan pria itu tadi, sekarang memanglah musim hujan. Baru beberapa meter dari rumah kelurga Lee, mereka harus berteduh. Hujan deras yang mengguyur dengan tiba-tiba membuat Lee Taeyong mau tidak mau harus berdiam diri di sebuah halte, sesekali berdecak kesal karena hujan yang tak kunjung reda.

"Bodoh sekali, sudah tahu ini musim hujan. Harusnya tadi gue antar lo pake mobil," gerutunya entah yang ke berapa kali, Jiyang hanya tersenyum maklum, sudah biasa dengan sikap Lee Taeyong yang gampang tersulut emosi. Sama seperti Yoongi, Tck! Dikeadaan seperti ini lagi-lagi pria itu muncul.

"Lo gak ngerasa dingin gitu, Ji?." Tambahnya, melihat Jiyang yang tenang-tenang saja memainkan kakinya yang sedikit terkena percikan air.

"Sedikit,"

Mengangguk, Taeyong merapatkan duduknya. Meraih lengan Jiyang yang memang lebih hangat dari tangannya, menautkan jari-jari tangannya lalu menatap wajah gadis itu yang tampak terkejut. "Gue kedinginan, biarin kaya gini dulu."

Jiyang mengerjap, hendak melayangkan protes karena sejujurnya dia kurang nyaman. Namun, urung saat Lee Taeyong malah memasukan tangannya kedalam saku jaket, bertepatan dengan itu tiga orang pemuda baru saja datang ikut bergabung untuk berteduh.

Memarkirkan sepeda motor mereka sejajar dengan sepeda motor milik Taeyong, Jiyang mematung. Melihat wajah ketiganya sesaat setelah membuka helm full face yang mereka pakai, tersenyum kecil pada kakaknya, Kim Taehyung dan pria yang sepertinya masih enggan melihatnya, Yoongi.

"Kamu neduh juga Ji, dari mana emang?." Suara kak Hoseok berseru, membuat Jiyang merasa tidak enak karena kakanya terus memandang dirinya dan Taeyong penuh curiga, di tambah tutan tangan yang tidak ada niatan untuk di lepas.

"I-iya, aku dariㅡ"

"Ketemu calon mertua, tunggu aja nanti undangan dari kami."

Yoongi dan Taehyung dengan reflek menoleh, tak terkecuali dengan Jiyang dan Hoseok. Kemudian, hening selama beberapa saat. Masing-masing sibuk dengan pemikiran mereka sendiri, membiarkan rintik hujan yang mendomonasi keheningan itu.

Jiyang mengerjap, melihat wajah Lee Taeyong yang nampak akan keseriusannya. Membuat Jiyang takut, "K-Kamu gak serius, kan?."

"Sayangnya gue serius, gue udah omongin ini ama bokap." Ujarnya tenang, memandang lurus tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang ada di dekatnya.

Mendadak kepalanya berdenyut, Jiyang gelagapan. Ditambah dengan sorot mata tajam Yoongi yang terus mengarah padanya, membutnya kian takut memikirkan pria itu yang akan semakin menjauhinya.

Menghela nafas, Jiyang mencoba mendinginkan kepalanya, meredam rasa marahnya karena Lee Taeyong yang selalu bertindak sesuka hati tanpa bertanya padanya terlebih dahulu. "Bagaimana bisa, kamu pasti bercanda. Kamu bahkan belumㅡ."

"Gue suka sama lo, sayang sama lo, cinta sama lo, dan gue ingin lo menjadi milik gue satu-satunya." Terdengar egois, Lee Taeyong mendesis. Dia akui dia memang orang yang egois, melihat bagaimana raut wajah bingung Jiyang membuatnya seperti orang jahat saat ini.

Gadis itu menghela nafas berat, sekali lagi dia melihat Min Yoongi dan kakaknya yang hanya menjadi pendengar tak berfaedah. Dan Kim Taehyung? Lupakan tentang pria itu, dia sudah menjadi pendengar nomor satu sekarang, dengan wajah serius dan telinga yang dia buka dengan lebar.

"Aku... tidak tahu apa yang membuatmu mengambil keputusan seperti itu, jika karena kau kasihan padaku aku sangat berterima kasih, kau orang yang baik. Tapi, aku tidak butuh itu." Lirihnya.

Jiyang mendongak keatas, semuanya masih diam, menunggu kelanjutan kalimat yang akan dia katakan lagi. "Dan aku lebih senang jika kita hanya menjadi seorang teman, tanpa melibatkan perasaan dan hubungan lebih dari itu."

Lee Taeyong bungkam, mengeratkan kepalan tangannya dengan gigi yang sudah germutuk menahan kesal. Apa Jiyang menolaknya? Beraninya gadis itu?! Tidak, disini sebenarnya Taeyong tidak berhak untuk marah.

Tapi, tak dapat dipungkiri jika saat ini dia benar-benar hancur. Merasa kecewa, dia tersenyum pongah dengan tatapan kosong. "Jadi lo nolak gue, Kwon Jiyang? ."

































To Be Continue _

I Need You, Min! √Where stories live. Discover now