Chapter 19

177 27 9
                                    













Gadis yang masih terkulai lemas di atas ranjang itu perlahan mengerjap, menatap kosong langit-langit kamar yang nampak beda dari biasanya. Seketika dia terkejut, mendudukan tubuhnya dengan pandangan yang sedari tadi dia fokuskan ke sekelilingnya.

"Akhirnya kamu sadar," wanita berpakaian modis menghampirinya. Terlihat ramah dari cara wanita itu tersenyum, merapikan helai rambut Jiyang sebelum dia duduk tepat di depannya.

"Tadi kamu pingsan, suami tante yang menemukan kamu." Lanjutnya, masih mempertahankan senyum ramah yang menenangkan.

Jiyang mengangguk, sebelum benar-benar pingsan dia juga sempat merasakan tubuhnya menabrak seseorang, dan mungkin saja itu suami wanita didepannya. "T-terimakasih, maaf merepotkan anda."

"Tidak sama sekali. Omong-omong, nama kamu siapa? Tante juga punya anak yang mungkin usianya tak terlalu jauh dengan mu." Ujarnya untuk yang sekian kali, sebenarnya hanya basa-basi saja, melihat sepertinya gadis di depannya ini cukup pendiam.

"A-aku Jiyang, Kwon Jiyang. "

"Nama yang bagus, Jiyang. Dari dulu tante menginginkan anak perempuan, tapi tuhan memberikan tante seorang anak laki-laki." Katanya tanpa maksud apa pun.

Jiyang tersenyum tipis mendengarnya, menikmati sentuhan tangan seorang ibu pada pucuk kepalanya membuat hatinya menghangat, ini pertama kali seumur hidupnya.

"Dan ini sebenarnya kamar dia, tante baru tahu sekarang kalau dia jarang sekali pulang kerumah saat tante dan suami tidak ada. Tante juga dengar dia memiliki rumah sendiri, tanpa sepengetahuan tante dan suami." Terdengar nada kekecewaan di dalamnya, Jiyang berdiri, merasa tidak enak.

"M-maaf tante, aku ㅡ."

"Eh, Kamu mau kemana? Istirahat dulu. Kata dokter kamu kecapekkan, duduk lagi." Ujarnya, lalu menuntun Jiyang duduk kembali. "Istirahat dulu ya? Tante mau keluar sebentar, nanti tante kesini lagi buat ajak kamu makan malam. Sama anak tante juga, kalau kamu mau mandi, kamar mandinya di sana. Bajunya pinjam punya anak tante dulu, tante keluar..."






Chup







Jiyang tertegun. Darahnya berdesir aneh, tak lama kemudian, sebuah senyum mengembang di kedua sudut bibirnya. Merasakan sensasi bahagia yang sesungguhnya, kasih sayang seorang ibu yang baru untuknya.














***



















"Kesini. Secepatnya, papa tunggu!." Suara penuh penekanan dari sebrang telefon itu terdengar geram, sebelum akhirnya sambungan terputus.

Yoongi berdecak, memasukan kembali ponselnya setelah mengangkat sambungan telefon dari sang ayah yang katanya ada di Korea. Dia mengusap kasar wajahnya, merasa tertekan dengan Jiyang yang belum di temukan keberadaannya dan sang ayah yang menyuruhnya segera pulang.

"Siapa? ."

"Bokap. Gue di suruh balik, lo gak papa 'kan gue tinggal? Nanti hubungi gue aja kalo Jiyang udah ketemu, gue juga bakal lanjut cari dia setelah urusan gue ama bokap selesai." Yoongi sudah bersiap menjalankan motornya, melirik sekilas pada Hoseok dan Taehyung yang mengangguk. "Gue pergi!."

Sesaat setelah mengucapkan kalimat tersebut, Yoongi melajukan motornya, terbilang cepat karena tak mau membuat ayahnya terlalu lama menunggu. Dia hanya tidak ingin telinganya berdengung nanti, lagipula dia harus kembali mencari gadis itu.

Kahawatir.

Setelah sampai. Rumah besar dengan tinggi menjulang dan pilar-pilar kokoh yang beberapa bulan lalu dia tinggal, semenjak 5 bulan yang lalu dia lebih memilih untuk tinggal di rumahnya sekarang, rumah yang sekarang dia tinggali bersama Jiyang, hasil kerja kerasnya dari membuat mural.

I Need You, Min! √Место, где живут истории. Откройте их для себя