Chapter 3

328 48 2
                                    

















"Lo gak apa-apa?."

Suara Yoongi mengalun, memecahkan keheningan di jalan yang hanya di dominasi suara bising kendaraan. Keduanya baru saja akan pulang ke rumah, setelah kepergian Hoseok yang kesal dengan Jiyang tadi.

"Iya."

Hanya jawaban itu saja yang dapat gadis itu berikan pada Yoongi, rasanya dia ingin menangis. Jung Hoseok tadi benar-benar marah padanya, Jiyang yang masih kekeh membela sang ayah. Jiyang tahu dia keras kepala, maka dari itu sampai Hoseok sangat marah padanya.

Tapi kakaknya juga salah di sini, mana mungkin Jiyang di suruh untuk tidak peduli lagi pada ayahnya. Itu sangat tidak mungkin, bagaimanapun perlakuan ayah padanya, sampai kapanpun Jiyang akan tetap menyayangi ayahnya itu.

"Kurasa kak Hoseok benar benar marah padaku..." lirihnya cemas.

"Dia hanya kesal." Pria itu terkejut dengan perkataan sepontannya, begitupun Jiyang yang tidak pernah menduga jika perkataannya tadi bisa di dengar oleh Yoongi. Pria di depannya itu berdehem, "kita akan membeli makanan lebih dulu, tunggu saja disini."

"B-baik."

Jiyang mengangguk kaku, sepeda motor pria itu sudah di hentikan di sebuah rumah makan. Gadis itu hanya diam mematung, melihat punggung Yoongi yang mulai menjauh masuk ke dalam.

"Kwon Jiyang. "

Gadis itu menoleh, mendapati seorang... Lee Taeyong?! Dengan refleks Jiyang mundur satu langkah, menghindari pria yang selalu memukulnya itu. Apa salahnya saat ini? Kenapa dia harus bertemu dengannya? Dia bahkan tidak bertemu Jennie hari ini, tolong dia Tuhan.

"Lo takut?." Taeyong tersenyum remeh, memajukan langkahnya kala Jiyang semakin menjauhinya. Ntahlah, dia hanya senang melihat gadis di depannya itu takut terhadapnya.

Hanya itu yang membuat dirinya bisa dekat, Jiyang termasuk gadis pendiam yang hanya fokus belajar saat di sekolah. Membuat gadis itu sulit untuk di dekati, Taeyong berdecak.

Selama ini. Dia sama sekali tidak peduli mengenai Jennie, bahkan dia tidak mengenal gadis bermarga Kim tersebuat. Itu hanya sebuah alasan untuknya agar bisa melihat wajah ketakutan dari gadis itu, Kwon Jiyang. Rasanya dia begitu jahat, tapi ntah mengapa dia senang melakukan itu.

Taeyong bahkan tidak segan untuk memukul Jiyang, dan tidak jarang Jiyang menagis karenanya. Selama ini, hanya Lee Taeyong dan ayah Jiyang saja yang berani memukul gadis pendiam itu.

"A-aku minta maaf." Lagi, dan lagi. Jiyang berkata seperti itu. Dihadapan Taeyong mendadak lidahnya terasa sulit untuk mengatakan kalimat lain selain permintaan maaf, efek rasa takutnya.

"Gue bisa aja cabut masa skors lo, tapi dengan satu syarat...." Ujarnya mengabaikan permintaan maaf Jiyang, membuat gadis itu seketika mendongak menatapnya.

"A-apa?."

Walaupun ragu, Jiyang melihat wajah tampan pria itu. Wajah yang sudah menampilkan seringaian yang mampu membuatnya semakin takut, nyalinya menciut, kemudian dia menunduk kembali dengan jari yang sudah dia remat.

"Turuti semua perkataan gue, jadi babu gue mau?."























***
























Hoseok membanting tas yang ada di pundaknya kearah sofa, menghempas kasar tubuhnya begitu saja di sana. Pria itu hanya tidak habis pikir dengan Jiyang, hati gadis itu terlalu baik. Dia saja sudah muak dengan ayahnya yang selalu main tangan, memperlakukan Jiyang seperti binatang tanpa belas kasih.

I Need You, Min! √Where stories live. Discover now