Epilogue~

220 28 4
                                    













10 Tahun kemudian...











Jika bertanya mengenai hari-harinya, pria berkulit putih pucat itu akan menjawab; biasa saja. Tidak ada yang menarik selain tumpukan kertas yang bertuliskan huruf dan angka, menatap depan laptop selama berjam-jam, dan... membosankan.

Pria itu masih sama, masih Min Yoongi yang irit bicara. Masih si dingin yang belum mengungkapkan perasaannya pada gadis yang dia cintai paska setelah operasi, dan malah terjebak dengan dunia bisnis sang ayah yang menguras waktunya.

Sibuk, yeah! Dia orang yang sibuk sekarang. Yoongi yang selalu membolos pelajaran kini harus bangun pagi untuk berangkat ke perusahaan, bekerja selama berjam-jam dan pulang dengan larut.

Kebiasaannya berubah sejak sang gadis meninggalkannya. Dulu saat pertama kali kakinya menginjak area sekolah Yoongi begitu malas, dan begitu sang gadis pergi. Entah mengapa Yoongi menjadi begitu berambisi ingin seperti gadis itu, belajar dengan sungguh-sungguh sampai menemukan jalannya sendiri.

Bukan, yang sebenarnya adalah dia merindukan sang gadis. Bagaimana wajah serius saat gadis itu sedang belajar, bagaimana wajah sumringahnya saat memasuki area sekolah, bagaimana bibir itu dengan mudahnya meminta maaf, Yoongi merindukannya.

Dia merasa kesal saat tidak memiliki kabar tentang Jiyang, bagimana kondisi gadis itu? Yoongi tidak tahu. Beberapa kali menanyakan pada orang-orang yang dekat dengan Hoseok dan Jiyang, Termasuk Tn. Lee.

Mereka selalu menjawab dengan gelengan kepala, membuatnya harus menurunkan kedua bahunya pasrah, menelan kekecewaan lagi dan lagi.

10 Tahun dia harus hidup dengan rasa penyesalan. Memaki dirinya mengapa begitu bodoh? Mengapa mulutnya begitu kelu saat hendak mengatakan beberapa kata itu? Sebegitu sulitnya sampai rasanya seperti tak akan mungkin.

Dan rasa penyesalan itu semakin besar kala mengetahui jika gadis itu tak dapat dia jumpai lagi, seperti tertelan bumi sampai-sampai orang suruhannya tak menemukan jejak sekecil apapun tentang keberadaannya.







Ceklak









Pintu ruangannya di buka, bersamaan dengan buyarnya lamuanan Yoongi. Menampilkan pria tampan dengan rambut yang tertata rapih, berjalan bak model red carpet yang meliuk-liuk didepan kamera.

"Bang, maaf gue langsung masuk. Tadi gue udah ketuk pintu tapi lo gak denger, mungkin? " katanya yang terdengar kikuk, dengan jari yang menggosok tengkuknya, merasa tak enak.

Yoongi mengangguk, "Duduk dulu!"

Pria dengan tinggi 179 itu menurut, mendudukan tubuhnya tepat didepan Yoongi. "Ugh... capek banget gue. Dari pagi sampe siang baru sempetin pantat gue duduk ke kursi,"

Orang yang sedari tadi mendengarkan memutar bola matanya jengah, Yoongi tahu apa yang membuat Kim Taehyung itu mengeluh setiap hari padanya.

"Kalo gak mau capek, jangan nikah!" Desis Yoongi tajam. Membuat Taehyung membulatkan matanya tak percaya, mulut orang di depannya memang... ajaib bin pedas.

"Bang?! Mulus banget mulut lo." Taehyung terkekeh, dia tahu dia memang menyebalkan. "Kapan mau nusul? Bang Namjoon, Jin, Jimin bahkan Jungkook si bontot udah pada punya." Lanjutnya, menggoda.

Yoongi mengangkat alisnya tak percaya, "gak. Nanti gue capek."

"Yeu... iya capek buat ngurusin ini itu persiapan pernikahan, tapi kesananya? Coba bayangin deh bang." Taehyung memajukan kursinya, lebih dekat dengan Yoongi. "Saat lo bangun, orang pertama yang lo liat adalah orang yang lo cintai. Makan masakan buatan tangan ㅡ"

"Gue tahu. Lo gak mau pergi gitu? Gue yakin masih banyak yang harus lo persiapkan sama calon lo," katanya malas. Menatap datar wajah sumringah Taehyung, dan entah mengapa itu berhasil membuatnya iri.

Taehyung berdecak, dia lupa. Mengulurkan sebuah undangan ㅡyang sudah di desain secantik mungkinㅡ kepada Yoongi, lalu berdiri menunjukan senyum bodohnya.

Yoongi berdecih, ternyata ada juga wanita yang mau dengan Taehyung si tukang gosip.

"Kalo gitu gue pergi bang, jangan lupa dateng...!" Lambaian tangan mengiringi langkahnya yang menjauh, sebelum suara bedebum pintu menggema di ruangan itu.












Kim Taehyung

&

Roseane Park













Yoongi membacanya, dua nama yang di tulis dengan tinta berwarna emas di atas undangan yang terlihat begitu memukau. Jika boleh berandai-andai, Yoongi ingin suatu saat nanti namanya juga dapat tertulis di sana, dengan gadis yang dia cintai.

Kwon Jiyang.

Hei, apa kabar? Aku harap kamu baik-baik saja. Dan aku juga berharap kita akan segera dipertemukan kembali, semoga penantian ini tidak anak sia-sia nantinya. Itu adalah do'anya pada Tuhan, Yoongi ingin bertemu dengan gadisnya lagi.

Dia bahkan rela menunggu, menolak setiap gadis yang berusaha mamanya kenalkan. Walaupun usianya memang sudah ideal untuk memiliki keluarga kecil, Yoongi hanya ingin bersamanya.

Memiliki keluarga kecil, dan menua bersama kwon Jiyangnya.


































Fin





I Need You, Min! √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang