9. Rasa Adrian

100 11 0
                                    

Pagi ini, seorang gadis terlihat sudah rapi. Ia melihat penampilannya di cermin. Sepekan bekerja di kafe menjadi office girl ternyata tak terlalu buruk. Fay sangat bersyukur dan menikmati pekerjaannya. Namun akhir-akhir ini, ia dan Adrian makin jauh, karena Fay sengaja mengambil shift pagi dan malam di kafe tempatnya bekerja yang buka 24 jam.

Ketukan pintu dari luar membuatnya bergegas melangkah meninggalkan kamar. Itu pasti Adrian, beberapa hari terakhir memang Fay tak pernah berangkat dengan Adrian karena dokter itu tengah dinas di luar kota.

“Pak Erwin?” sapa Fay setelah melihat siapa yang datang.

“Ya.”

“Bapak ngapain ke sini? Dan kenapa Bapak bisa tahu tempat tinggal  saya.”

Lelaki berjas di hadapan mengangguk. “Saya jemput kamu.”

Tiga kata ambigu menurut Fay. Bos nya yang angkuh itu mengapa harus menjemputnya?!

“Maaf Pak, tidak perlu. Saya bisa naik motor,” tolak Fay.

“Saya tidak ingin mendengar penolakan!"

Segera, tangan Fay ditarik Erwin menuju mobil. Menyuruh masuk gadis itu dengan tergesa. Fay menghela napas berat. Kehidupannya akhir-akhir ini sering sekali bertemu dengan lelaki pemaksa dan egois.

Erwin melirik Fay yang memalingkan muka ke arah jendela. Muka gadis itu masam. Beberapa kali terdengar helaan napas berat dari mulutnya.

“Saya bisa naikin jabatan kamu jadi manager.”

Fay menoleh. “Terimakasih, saya tidak tertarik.”

“Em, saya jadikan kamu chef.”

“Tidak perlu Pak, saya menikmati pekerjaan saya yang sekarang.”

Bukankah dulu Erwin yang menjadikannya OG? Kenapa sekarang malah ia yang mengemis ingin menaikkan jabatannya. Apa kata pegawai lain nanti.

Erwin terlihat berpikir, entah apa alasan dibalik sikapnya yang berubah ini.

“Saya  turun di sini Pak.” Fay menyuruh Erwin menghentikan mobil di jalan dekat kafe. Menghindari rumor-rumor tak menyenangkan yang akan terjadi bila mereka tahu dirinya berangkat dengan bos.

Awalnya Erwin menolak, namun Fay bersikeras minta diturunkan. Hingga ia mengancam akan lompat dari mobil jika Erwin tak kunjung menghentikannya.

“Baiklah.” Lelaki itu mengalah, menurunkan Fay di jalan.

“Terimakasih atas tumpangannya Pak.” Erwin balas mengangguk.

°•°

“Assalamu’alaikum.” Adrian masuk ke dalam rumah, disambut pelukan hangat sang mama. Sarah rindu dengan putranya yang sudah lima hari tidak berada di rumah.

“Akhirnya kamu pulang.”

“Ma, Adrian mandi dulu ya.” Adrian melenggang pergi setelah mendapat anggukan dari sang mama.

Sarah kembali duduk memangku koran, nyonya sosialita yang hobi arisan itu tidak ada pekerjaan selain duduk-duduk santai menikmati secangkir teh dan membaca koran mengikuti perkembangan zaman. Segala yang berhubungan dengan rumah tangga sudah diserahkan pada Bi Ina. Wanita paruh baya yang sudah belasan tahun bekerja di rumahnya.

Mendengar suara sepasang sepatu yang digerakkan pemiliknya berjalan hingga terhentak keras. Sarah sedikit terusik, ia menoleh. Mendapati putranya berjalan dengan kemeja abu dan celana bahan hitamnya. Dirinya menautkan alis bingung.

“Mau ke mana?”

Adrian masih sibuk memasang jam tangan di pergelangan. “Mau ketemu Fay.”

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)On viuen les histories. Descobreix ara