21. Ya, Gue Ikut Lo!

75 7 0
                                    

“Ke mana?” Pagi sekali, Adrian turun. Sarah yang masih memasak melihat putranya keluar dari kamar, kebetulan hari minggu, Bi Ina ia liburkan. Sehingga ia yang harus memasak untuk sarapan.

“Mau jemput Fay.”

Adrian tersenyum manis, sangat percaya diri bisa membawa pulang gadis yang menjadi bayang-bayang pikiran. Adrian pamit pada Sarah, meminta restu juga agar dimudahkan segala sesuatunya.

“Sarapan dulu?”

“Tidak, Ma. Aku langsung berangkat.”

“Ya, pergilah!”

Adrian melenggang pergi, mengendarai mobilnya secepat yang ia bisa. Semua rencana yang sudah ia susun dan ia pikirkan matang-matang, tidak boleh gagal apa pun alasannya.

°•°

“Dengan siapa?” tanya satpam. Hari libur di butik Diana pun masih ada satpam yang berjaga. Entak sekadar mengecek atau berjaga seharian.

“Em, saya, Adrian. Bapak tahu rumahnya, Ayu?”

Satpam itu menatap curiga ke arah Adrian. “Mas siapanya Bu Ayu? Biar saya konfirmasi terlebih dulu.”

“Saya temannya, tetapi untuk kali ini. Mohon, Pak jangan beritahu, Ayu. Saya dari luar negeri, biar surprise begitu. Bapak bisa bantu?”

Satpam itu mengangguk-angguk, “baiklah.”

Setelah diberitahu alamat rumah, Ayu. Adrian dengan segera menuju ke sana setelah pamit dan berterima kasih pada satpam yang diketahui bernama Hadi.

Teeettt ....

Bel berbunyi nyaring dari depan rumah yang semua pemiliknya sedang sarapan. Ayu bangkit hendak membuka pintu. Tapi Fay menahannya dan meminta Ayu agar membiarkan ia saja yang membukanya. Sepanjang jalan, Fay menggerutu mengingat siapa yang bertamu pagi-pagi. Terlebih membunyikan bel berkali-kali seperti orang tidak sabaran. Tanpa sepengetahuan Fay, Naila ikut berdiri dan membuntutinya dari belakang. Wanita itu rupanya juga ingin tahu siapa orang yang bertamu.

Naila berlindung di balik vas bunga yang besar, ia mengintip ketika Fay mulai membuka pintu.

“Fay, Sayang. Jangan ditutup lagi,” ujar seseorang yang Naila dengar ketika Fay kembali menutup pintu.

“Siapa?” tanya Naila. Wanita itu sudah tak bisa membendung rasa ingin tahunya. Ia keluar dari tempat persembunyiannya.

“Bukan siapa-siapa,” jawab Fay. Cuek.

Naila bergerak maju, membuka pintu dan mendapati seorang lelaki dengan kemeja cokelatnya. “Siapa, Mas?”

“Saya pacarnya gadis di belakang, Mbak.”

Fay melotot tanda tidak terima, rupanya Adrian masih punya muka menemui Fay dan berkata seperti itu.

“Ngapain ke sini?”

“Saya ingin menjemput pacar saya, kemarin dia ngambek dan saya baru tahu dia ke sini.”

“Mbak siapa, ya?” tanya Adrian.

“Saya iparnya Ayu, gadis yang kekasihmu tumpangi ini.” Kalimat penuh penekanan di akhir kata.

“Selesaikan masalah kalian, saya ke dalam,” pamitnya pada Adrian. Ketika berhadapan dengan Fay, ia berkata lirih, “pulanglah bersama pacarmu, kamu merepotkan, Ayu di sini.”

Melenggang pergi, Naila menyisakan kedua insan yang masih saling diam.

“Kamu cantik,” puji Adrian melihat Fay menggunakan gamis dan hijab syar'i.

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now