16. Kembalinya Angeline

77 8 0
                                    

“Banyak omong, lihat tuh lampu udah ijo!”

Adrian kembali memacu mobilnya, hatinya masih memikirkan perkataan yang tepat untuk membujuk, Fay.

“Kamu marah-marah karena belum makan.” Akhirnya, kata itu yang keluar dari mulutnya. Dan sayangnya Fay masih enggan menjawab.

“Fay ...”

“Iya, gue laper.”

Adrian memarkirkan mobil di salah satu restoran terdekat, daripada ia yang kena omelan betina kelaparan, lebih baik cari tempat makan terdekat saja.

“Kamu pesan apa?” tanya Adrian, fokus menatap buku menu.

“Samain aja, gue ke toilet bentar.” Fay bangkit dengan buru-buru. Adrian memanggil pramusaji ketika sudah menentukan menu makan siangnya dengan Fay.

“Mohon ditunggu, Mas.”

“Iya,” jawab Adrian. Lelaki itu menunduk menatap layar ponsel. Hingga ketika lonceng restoran tanda ada orang yang masuk seketika membuat Adrian menatap pintu. Terlihat gadis berambut sebahu, menggunakan blouse putih dan rok sebatas lutut memperlihatkan kaki jenjangnya. Masih dengan kacamata hitamnya, gadis itu berjalan semakin mendekat ke arah Adrian yang ternganga.

“Oh, i miss you.” Gadis itu memeluk leher Adrian dari samping, karena posisi Adrian yang masih duduk.

“An-Angeline.” Kalimat itu keluar dengan tersendat. Adrian masih belum menyangka dengan kehadiran Angeline, teman kecilnya.

Adrian mulai asyik, ia menyuruh Angeline duduk di tempat Fay. Seolah melupakan keberadaan gadis yang datang bersamanya. Ia dan Angeline benar-benar mengobrol dan sedikit flashback pada masa lalu.

“Kamu pulang karena liburan?” tanya Adrian.

“Nggak dong, justru aku memang sudah memilih resign dari sana, dan berniat cari kerja di Indonesia.”

Angeline tersenyum. “Demi kamu.”

Adrian menyodorkan ponselnya ke arah Angeline yang menatapnya tak mengerti. “Tulis nomor ponselmu.”

“Ah, baiklah.”

Setelah mencatat nomornya, Angeline mengembalikan ponsel Adrian. Adrian terkikik melihat nama yang tertera di nomor gadis itu. ‘Eline Mu'. Adrian memandang gemas ke arah Angeline. Gadis itu tertawa menampakkan gingsulnya.

“Eline-Eline.” Panggilan kesayangan dari Adrian untuk Angeline.

“Permisi. Mohon maaf, ini pesanannya, Mas.”

Pramusaji itu menghidangkan makanan yang dipesan Adrian. Setelah pramusaji itu pergi. Adrian kembali tersenyum ke arah Angeline.

“Loh, kamu sudah pesan makan?”

Tanpa beban, Adrian berkata, “Seolah hatiku mengerti kamu akan datang. Inisiatif aku pesan makan lebih banyak."

“Makasih, kebetulan udah laper. Ayo makan!” ajaknya pada Adrian.

“Gimana pengalamanmu kerja di Jepang?"

“Gila! Disiplin banget, Bro.”

Adrian terkekeh, kebiasaan gadis kecilnya dulu masih sama. Setiap kali makan Angeline senang sekali mengobrol. Entah ditanya terlebih dahulu atau tidak.

“Enak banget ... Udah lama nggak makan-makanan Indonesia,” ujar Angeline, gadis itu asyik menceritakan pengalamannya tinggal di negeri orang. Dari pergaulan, kebiasaan, bahkan kuliner.

“Kalau di sini kan berasa enak gitu ya. Enggak tahu kenapa, tapi mungkin karena aku asli sini jadi nggak canggung.”

Rasanya, ada yang mengganjal di hati Adrian. Lelaki itu resah dalam duduknya. Namun menyangkal karena sedang bersama gadis yang amat dirindukannya.

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now