12. Tambatan Hati yang Baru

88 9 0
                                    

Setelah keluar dari kafe, baik Adrian maupun Fay. Mereka saling bertatapan kemudian tersenyum.

Adrian membuka pintu mobil untuk Fay, kemudian ia mengitari mobil agar duduk di kursi kemudi.

"Makasih sekali lagi," ujar Fay.

"Untuk?"

"Semuanya."

Dahi Adrian mengernyit. "Semuanya? Memang apa yang sudah saya lakukan?"

"Lo udah bantu gue, terutama dalam mempertahankan harga diri."

Tatapan Fay lurus ke depan, gadis itu menghela napas berat. "Gue nggak tau gimana jadinya kalau kemarin lo nggak datang."

"Tak usah dipikirkan. Tapi omong-omong kau tahu bahwa bos kamu itu memacari mbak saya?"

Fay menggeleng lesu. "Nggak sama sekali, gue cuma tau kalau Mbak Diana emang baru diputusin cowoknya kemarin malam."

Adrian terperangah. "Pantas saja kemarin dia acak-acakan."

"Kemarin kita ketemu di halte waktu hujan, dia tiba-tiba datang terus meluk gue. Gue tanya kenapa, dan dia jawab bahwa dia diputusin cowoknya. Padahal cowok itu janji bakal menikahi tahun ini dan melamar bulan depan. Dan lebih kagetnya lagi waktu gue tau bahwa ternyata cowok yang dia maksud adalah Pak Erwin."

"Saya tidak habis pikir, apa alasan lelaki buaya itu memutuskan hubungannya dengan Mbak Diana?"

Drrtt....

Getaran yang timbul dari ponsel Adrian membuat percakapan terhenti. Adrian menoleh pada Fay memberi kode agar diangkatkan panggilan.

Fay tidak mengerti, ia balik bertanya, "kenapa?"

"Tolong angkat panggilan, ini dari mama. Saya lagi nyetir, nggak ada headset bahaya."

Fay mengangguk, lantas tangannya meraih ponsel Adrian dan mengangkat panggilan.

"Adrian?"

Suara Sarah dari seberang bergetar, terdengar beberapa kali Ardan yang menenangkan sang istri.

"Halo tante, ini Fay."

"Oh iya Fay, kamu lagi sama Adrian nggak?"

Fay menoleh ke arah Adrian, Adrian mengernyit. "Coba di loudspeaker."

Fay menurut, ia mengeraskan speaker agar Adrian dapat mendengar pembicaraannya dengan Sarah.

"Iya Tante, kebetulan ini Fay lagi sama Mas Adrian mau pulang. Masih di jalan."

"Fay, to-tolong kamu kasih tahu Adrian, suruh di-dia pulang ke rumah Mama secepatnya ya Sayang."

Kerutan di dahi Adrian bertambah banyak, lelaki itu heran mendengar suara sang mama yang terbata seperti orang yang menangis.
Adrian mengangguk pada Fay.

"Baik Tante."

Di rumah yang besar lagi mewah, Ardan tengah mengusap punggung Sarah yang naik-turun karena menangis.

"Pa, Diana ke mana?"

Ardan menggeleng, Sarah yang emosi itu menggeplak tangan Ardan yang bebas dari kemeja. Lengan kemeja pria paruh baya yang masih rupawan itu digulung ke atas memperlihatkan ototnya.

"Ma, kok nggeplak Papa?"

"Papa ngeselin hiks, kenapa Diana bisa tiba-tiba pergi setelah Mama tanya ke dia tadi pagi soal hubungannya dengan pacarnya."

Ardan yang tidak tahu kejadian tadi pagi, hanya mengangkat bahu acuh. Dirinya yang sudah berangkat ke kantor dan sedang melakukan meeting harus ditunda karena saking paniknya setelah mendengar suara sang istri dari telepon itu terdengar serak. Ia gegas pulang setelahnya dan benar saja, ia melihat Sarah tengah duduk lesehan di atas karpet bulu di ruang televisi.

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now