7. Kontrakan Baru

113 10 0
                                    

“PANTAIII ...!” Fay berteriak kesenangan saat keluar dari mobil Adrian, berlari menyusuri pantai tanpa alas kaki merupakan kebahagiaannya sejak kecil, namun setelah beranjak dewasa ia sudah tak ingat kapan terakhir kali mengunjungi tempat favoritnya.

Adrian memerhatikan dari gubuk yang disediakan di tepian. Bibirnya ikut tersenyum melihat Fay yang tertawa lepas. Fay mendekat pada Adrian, menarik tangannya dan mereka bergandengan menuju bibir pantai.

Berdiri sejajar, mata Fay menatap tulus Adrian masih dengan binar kebahagiaan. “Makasih, Mas.”

“Sama-sama. Saya senang lihat kamu tersenyum.”


Fay menunjuk sebuah perahu di tengah laut, matanya seolah memohon menatap Adrian. “Mau?”

“Iya.”

“Ayo!”


“Kamu kenapa suka dengan pantai?” tanya Adrian selepas mereka duduk di perahu kayu.


“Tempat ini selain memberi ketenangan, banyak kenangan bersama mama. Dulu sewaktu kecil, kalo gue nangis pasti nyokap selalu bawa gue ke tempat ini.”

Fay mengedikkan bahu dengan mata yang menatap lurus air. “Dan sampai sekarang, gue suka pantai.”

Perahu menepi, keduanya turun bersamaan. Adrian melirik jam tangan yang menunjukkan pukul setengah tiga. “Mau makan?” Adrian bertanya pada Fay yang masih sibuk mengukir namanya di pasir. Iris mata Adrian melebar melihat namanya juga diukir oleh Fay. Dibungkus dengan tanda cinta kemudian gadis itu mengeluarkan ponsel memotretnya. Belum menghiraukan Adrian yang bertanya.


Fay tersenyum menatap ponsel, matanya beralih pada lelaki yang masih memerhatikan tulisan di pasir. “Kita foto,  yuk!”


Fay mendekati Adrian, menghadapkan kamera tepat di depan wajah mereka. Ia tersenyum manis berbanding terbalik dengan Adrian yang tampak kaku dan berpose hanya melirik Fay. Fay menunjukkan hasil potret mereka pada Adrian. Jarinya menunjuk gambar lelaki yang ada di foto. “Lo kurang bagus posenya Mas.”

Kembali tangannya terangkat menghadapkan kamera. Mereka sempat berpandangan hingga tangan Fay menekan tombol untuk menyimpan potret. Mereka tersentak mendengar suara jepretan yang berasal dari ponsel Fay. Bersamaan melihat hasilnya, keduanya menoleh melempar senyum. “Ini natural.”

“Gue mau posting di instagram, boleh ya?” Adrian mengangguk menyetujui.

“Makan dulu, yuk!” Adrian menarik lengan Fay mendekati gubuk, mendudukkan Fay yang sibuk memikirkan caption yang cocok untuk postingannya.


“Kamu pesan apa?” tanyanya pada Fay yang tengah sibuk memandangi layar ponsel.


Fay mendongak. “Gue mau mi.”

Adrian beranjak dari duduknya, memesan dua porsi mi kuah, tempe mendoan , dan dua es teh. Kemudian kembali menghampiri Fay yang duduk di tempat. “Kamu tidak mau ganti baju? Basah itu, kotor lagi kena pasir.”

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now