34. Terkejutnya Angeline

40 8 0
                                    

Tangisan terdengar memilukan dalam heningnya malam. Fay, gadis itu duduk di depan makam sang mama.

Membiarkan gamis dan hijabnya bersentuhan langsung dengan tanah kuburan yang masih basah karena hujan sore tadi.

Sudah lebih dari dua jam sejak kejadian di taman.

“Aku lelah Ma, sesungguhnya aku pun malu. Aku menumpang hidup dengan orang lain.”

Dengan mata bengkak dan penampilannya yang lusuh. Fay bangkit meninggalkan pemakaman. Yang jika orang lain sadari, pasti akan sangat menyeramkan.

“Ke mana, ya? Aku bingung.”

Dengan segala konsekuensi yang akan ia terima. Ia menghampiri tukang ojek pengkolan.

“Makasih, Bang. Ini uangnya.”

Gadis itu turun dengan memeluk tas. Mengucap salam. Ia disambut tatapan kaget sekaligus heran oleh Diana.

“Fay? Kamu habis dari mana?”

“Dari makam, Mbak.”

“Kamu ada masalah lagi? Kok nggak bareng Adrian.”

“Mas Rian belum pulang?” tanya Fay. Sedikit tak percaya, apa mungkin .... Adrian mencarinya? Atau sibuk mengurusi ayahnya.

“Ke kamar dulu ya, Mbak.”

Mendudukkan diri di bibir ranjang ketika sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Fay meninggalkan salat ashar dan magribnya.

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan. Fay beranjak mengambil wudhu. Melaksanakan salat dan berzikir sebentar.

“Ya Allah, Ampunilah dosa hamba, dosa kedua orang tua dan dosa orang-orang yang hamba sayangi. Beri kemudahan untuk urusan hidup dunia dan akhirat hamba. Beri petunjukmu, Ya Rabb. Sesungguhnya hamba bingung, apa hamba perlu menikah dengan Mas Rian? Dalam keadaan hati yang masih tidak yakin.”

Perkataan itu terdengar oleh lelaki yang bersembunyi di balik pintu. Ia menatap nanar Fay yang masih khusyuk berdoa. Jika semacam ini, Adrian takut terjadi Gamophobia pada diri Fay.

Gamophobia adalah kondisi seseorang yang ketakutan pada menikah atau komitmen serius yang ditandai dengan serangan panik saat memikirkan atau membicarakan kedua hal tersebut.

Adrian tidak menginginkan hal itu terjadi. Dengan segenap hati, Adrian mengetuk pintu.

“Fay? Makan malam!”

“Ya.”

°•°

“Boleh bicara berdua?” tanya Adrian. Lelaki itu mendekati Fay yang tengah berbincang dengan Diana setelah makan malam usai.

“Kenapa?” Fay bersedekap dada, tangannya yang menyilang itu mengusap lengannya naik turun. Dingin.

“Saya minta maaf, saya sadar sering menyakiti kamu.”

“Nggak kok, emang akunya aja yang terlalu kekanakan,” pungkas Fay.

“Please, Fay. Maafkan saya, kamu sudah menjadi calon istri saya. Berdoalah agar Allah mantapkan hatimu. Bisa?”

Fay tidak bisa egois lagi, ia sudah banyak berhutang budi pada lelaki yang menatapnya melas.

“Minta maaf buat apa, sih? Orang nggak ada salah kok.” Tawa garing menggema dari bibir mungil Fay. Gadis itu berusaha mencairkan suasana di tengah hatinya yang tak menentu.

“Kok kamu?”

“Ya iya lah, kamu tahu nggak? Tadi aku pergi ke mana setelah ninggalin kamu di taman?”

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now