4. Debaran Hati Faynara

148 11 0
                                    

Suasana tampak canggung, dengan Adrian yang fokus mengemudi, dan Fay yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Di dalam mobil, hanya ada suara musik yang menjadi penengah mereka. Adrian berdehem keras mencoba memancing Fay untuk buka suara, tapi sepertinya... Fay enggan.

Adrian menoleh sekilas ke arah Fay. Fay yang kebetulan menghadap ke Adrian membuat tatapan mereka bertemu, jantungnya berdebar dengan keras. Sedangkan Adrian yang merasa tercyduk sedang menatap Fay justru kembali mengalihkan pandangan.

“Gue nggak mau lama-lama tinggal di rumah lo,” ujar Fay membuat Adrian mengernyitkan dahi, kemudian matanya melirik Fay sekilas.

“Kenapa?” tanya Adrian.

Fay memiringkan tubuhnya menghadap Adrian. “Gue nggak mau nyusahin lo, kita kan baru kenal.” Fay menarik napas perlahan, Adrian tampak menunggu gadis itu melanjutkan ucapan. Fay kembali menatap Adrian. “Kalo motor gue udah beres, biar gue cari kerja deh.”

“Cari kerja itu susah, ada baiknya kalau kamu di rumah saya saja,” ujarnya membuat Fay menggeleng dengan keras. “Gue nggak enak kalo disitu,” ungkapnya jujur membuat Adrian sekilas berpikir.

Adrian menyunggingkan senyum dan menatap Fay, sepertinya ia sudah mempunyai ide yang cukup baik untuk dikemukakan. “Kamu tinggal di apartemen saja ya.”

“Bantuan lo kan?” Adrian menatap bingung Fay, dengan tatapan yang menyiratkan kata ‘maksudnya’ yang ia lontarkan. Kemudian diperjelas dengan adanya kerutan di dahi membuat kedua alisnya juga  ikut terpaut.

Fay yang tanggap akan aksi Adrian menyahut, “Sama aja, itu bantuan lo kan. Motor gue bener lo yang bantuin, gue tinggal di rumah lo juga yang bantuin, dan kalo sampai gue lo carikan apartemen... Itu sama aja!”

“Rasanya gue udah terlalu nyusahin lo, biar bagaimanapun berandalnya gue. Gue tetep tau dan sadar kok kalau gue emang udah bener-bener nyusahin lo, orang baru,” lanjutnya membuat Adrian tak terima karena mendengar penuturan terakhir Fay.

“Kamu bilang saya orang baru?” tanyanya tak percaya, Fay tidak menjawab melainkan menunjuk gerbang rumah Adrian yang hampir kelewatan.

Mobil berhenti, keduanya turun dan gegas masuk ke dalam rumah. Setelah mengucap salam, berbagai pertanyaan dari Diana juga Sarah dilontarkan pada Fay.

“Kamu tadi kemana, Fay?” tanya Diana. Fay hanya menjawab dengan seulas senyum.

“Adrian bikin ulah apa sama kamu? Kamu sampai pergi gitu, katanya cinta?” Kini, Sarah bertanya membuat mata Fay mendelik kaget. “Cin-cinta? Fay cinta dia?” jawab Fay terbata dengan tangan menunjuk Adrian yang tengah sibuk bermain ponsel.

“Loh, kamu gimana? Pagi tadi kan bilang udah cinta. Sebenarnya mama juga bingung deh sama kamu, Adrian. Masa sok cuek sama cewek tapi sekalinya dapat langsung bawa ke rumah. Bagus sih. Mama suka cara kamu.” Sarah terkekeh setelah menyadari dirinya berceloteh di depan calon menantu.

Adrian abai pada celotehan mamanya, ia segera pamit dan menarik Fay pergi.

Fay menggeplak tangan Adrian cukup keras, membuat tangan kekar itu lepas dari tangan kecilnya. “Mau kemana sih?!”

“Kamu mandi dulu, gih. Habis itu makan, nggak enak saya dengar perut kamu keroncongan,” ujar Adrian membuat Fay tersipu, bukannya terpesona Adrian justru jijik melihatnya.

“Tidak usah malu-malu gitu bisa? Eneg saya lihatnya. Kamu lebih baik—“ Adrian menutup rapat mulutnya melihat ekspresi Fay yang sebenarnya sudah kembali.

“Saya permisi!” pamit Adrian menghindar dari amukan serigala macam Fay.

Fay terkekeh geli melihat tingkah Adrian, setelahnya gadis itu segera masuk ke dalam dan membersihkan diri, lebih dari lima belas menit gadis itu keluar dengan pakaiannya. Kaos oblong hitam dengan tulisan ‘Fucking’ tak lupa dengan gambar jari tengahnya yang ber warna biru dongker dan celana jeans selutut.

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Onde histórias criam vida. Descubra agora